Kado Untuk Pacar Mantan

14 12 1
                                    

          Ne? kok diam? kamu nggak bisa yah Ne?

Aku bukannya nggak mau Vi, aku cuman mikir aja kok.

Kalau gitu kamu mau kan? kalau kamu bisa ngebantuin aku, aku bakal jemput kamu.

Sebenarnya aku masih ragu, aku seperti orang bodoh jika menyetujui keinginannya, tapi jika aku tidak membantunya aku pasti menyakiti perasaan Arvi batinku.

Iya, aku bisa kok ngebantu kamu. kamu jemput aku aja, di kontrakan aku, aku bakalan ngirim alamatnya ke kamu.

Percakapan kami berakhir di situ, aku membalik ponselku, sebentar lagi Arvi akan datang, aku lelah dan juga mengantuk, tapi lebih baik aku mandi dan bersiap.

Pukul 18:30 tepat setelah shalat magrib, Arvi menungguku di luar rumah, aku melihatnya menggunakan jaket dan celana jeans, pesonanya tetap sama seperti dulu, tapi aku tidak deg-degan sama sekali untuknya. aku keluar menemuinya, aku menggunakan rok selutut dan baju lengan panjang warna biru, dan rambutku kubiarkan terurai.

"Vi? aku udah selesai, ayo kita pergi".

Arvi menatapku dan tersenyum,"Kau selalu saja terlihat cantik Ne".

Aku mengerutkan keningku, lalu dia bangkit dari duduknya dan menepuk bahuku.

"Maaf Ne, aku nggak ada maksud apapun kok, aku cuman nggak tahan memujimu".

Aku melirik benda yang di genggam Arvi saat ini, aku lalu menatapnya dengan raut wajah bingung.

"Kamu yakin Vi? Pacar kamu akan suka celengan dengan motif doraemon yang serba meriah itu? Vi, pacar kamu bukan anak SD yang kamu minta untuk belajar menabung" ucapku pada Arvi.

Dia lalu tersenyum kecil sembari mengaruk kepalanya.

"Lucu Ne, siapa tahu dia suka modelan ini, dia harusnya menerima apapun yang aku berikan bukan? dia tidak seharusnya menilai barangnya tapi ketulusannya" jelasnya yang membuatku sedikit kesal.

Aku memukul bahunya pelan,"Kamu itu nyebelin Vi, apa yang kamu ucapkan nggak ada kaitannya dengan kata-kata indah itu, dengar yah Vi, di mana-mana kado itu harus di berikan untuk memberi kebahagiaan pada si penerima, bukannya pemberi kado yang senang, logika kamu berbanding balik Vi" celotehku panjang lebar padanya.

Dia lalu melirikku dan berkata,"Lalu kado apa yang cocok untuknya?" tanyanya padaku.

Aku mendengus,"Kamu coba ceritakan ke aku, pacar kamu orangnya seperti apa?".

Dia lalu berpikir keras dan beberapa detik kemudian kulihat dia menemukan titik terang.

"Dia sangat manja Ne, lalu suka pada sesuatu yang imut-imut itu sebabnya aku memilih celengan tadi".

Aku memerintahkan Arvi untuk berhenti berbicara, aku lalu menariknya ke bagian boneka, kutunjuk boneka beruang besar berwarna pink pada Arvi,"Beli boneka itu untuk pacar kamu Vi".

Raut wajah Arvi terlihat senang dan menatapku penuh bahagia.

"Pilihanmu benar sekali Ne, aku sama sekali tidak kepikiran soal ini, terima kasih yah Ne, Kamu sangat membantuku".

"Sama-sama" jawabku lirih.

Setelah membungkus kado ulang tahun pacar mantan ku, Arvi mengajakku makan di sebuah restoran yang terbilang mewah, aku meminta berbagai macam makanan, jujur niatku ingin mengerjainya tapi zonk, dia cowok yang sangat royal mengeluarkan dana seberapa banyak apapun itu.

Sesampainya di rumah, badanku yang sudah sangat letih ku buang di atas kasurku, aku masih sempat mengeluarkan ponsel dari dalam tasku dan mencargernya di samping bantalku.

Tapi ada yang aneh, ponselku tak henti-hentinya berdering, sebenarnya ada hal heboh apa sih di grup? sampai-sampai ponselku terus berdering, rasa kantukku mengalahkan rasa penasaranku pada benda kotak di sebelahku, kuputuskan membuka dan melihat isi obrolan di grupku. aku membulatkan mataku, aku terduduk dan kembali menatap sebuah gambar yang sangat tak asing bagiku. bener sekali, itu gambar aku dan Arvi saat aku menariknya ke toko boneka, siapa yang menggambil gambar kami?

obrolan di grup KKN 

Rian : Gila! ini bukannya Aneta? sejak kapan Aneta punya pacar?

Anton : Boleh nih Ne, cowok Lo cakep bener

Ria : Ada apa nih? kok aku nggak tahu Ne?

Nela : Mana nih si Aneta, pokoknya Lo harus jelasin ke kita semua.

Lia : Congras Ne, cowok Lo asli ganteng tiada tara.

Fitri : Cocok kok Ne, siapapun yang sama Lo gue dukung deh.

Dipta : Parah sih, gosip cepet banget nyebarnya.

Kusuma : Hati-hati Lo kalian, jangan sampai ada yang salah paham, ehmm.

Rahman : Waduh, Ne belum apa-apa Lo udah selingkuh.

Saleh : Gokil, gue sih butuh traktiran aja mah ini.

Yogo : Asyik kedapatan.

Raka : Aneta? ini seriusan? gue butuh penjelasan, Lo nggak panas Rief?

Demi apa? kenapa jadi kayak gini sih? ini benar-benar kesalahpahaman fatal yang hakiki protesku. Raka emang nggak ada otak, kok bisa-bisanya dia notice Arief sih, apa kata Arief jika melihat kejadian ini. dan saat aku mencoba menjelaskan segala sesuatunya, tiba-tiba sebuah pesan muncul dan itu dari Arief.

Arief : Ya ampun emang yah kalau kebiasaan udah begitu pasti akan susah berubah, cewek ini selalu saja mempertontonkan auratnya.

Raka : Hahaha...Arief gue kira Lo bakal ngebahas pacar baru Aneta, ee diluar dugaan gue bro, Lo malah bahas rok pendek Aneta.

Aneta : Kalian salah paham, cowok itu cuman teman kok, tadi dia minta tolong di temenin nyari kado buat pacarnya.

Arief : Kalau bukan pacar, ngapain kamu narik-narik tangannya dia kan bukan mahram kamu.

Raka : Gue nggak ikutan yah.

Rian : Kabur...

Yogo : Perang dunia ke dua nih, santuy Bro.

Aneta : Susah buat ngejelasin segala sesuatu, jika orangnya susah menerima penjelasan kita, apalagi menyudutkan.

Arief : Segala sesuatu apapun yang berbentuk pacaran itu haram hukumnya.

Anton : Runyam nih urusannya, gue by deh.

Aneta : Tapi, aku dan dia bukan pacaran, kami hanya sebatas teman.

Arief tidak membalas chat ku lagi, aku mengunjungi kontaknya dan kulihat dia tak lagi online. aku kesal padanya, dia seenaknya bicara tanpa memikirkannya terlebih dahulu, memutuskan sesuatu tanpa mengetahui kebenarannya terlebih dahulu. aku benci padanya.

Seminggu sudah berlalu, percakapan di grup malam itu tidak lagi di ungkit, aku tidak tahu kenapa semua melupakan pertengkaranku dengan Arief, meski kurasa itu hanya membahas statusku saja.

"Kenapa Ne? Ngelamun aja".

"Ee Ria, udah selesai urusannya?

"Udah mulai ada titik terang sih Ne".

Aku menoleh ke arah jalan masuk ke fakultas. Anton dan kawan-kawan datang dan menghampiri kami.

"Ee ada Aneta. Gimana Ne? Ada kabar dari Arief?"

"Loh kok tiba-tiba Lo ngebahas itu sih?"

"Penasaran aja sih, emang kalian berdua sering chatan?".

Aku menggelenggkan kepalaku,"Bisa nggak? Lo nggak usah bahas teman Lo yang alim itu".

"Kok sensi Ne?" Tanya Yogo.

"Sebenci apapun Aneta ke Arief tapi dia juga sayang" goda Saleh.

Aku hanya bisa tersenyum lirih dan mengabaikan omongan mereka.






ANETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang