Hati Yang Tergerak

14 11 0
                                    

Rian merebut air minum Anton setelah tersedak makanan karena Kusuma mengatakan bahwa dia akan segera menikah.

Hari ini semua teman-teman berkumpul di kontrakan kami.

Sudah berapa minggu kami tidak berkumpul bersama karena sibuk dengan kegiatan kampus masing-masing.

"Kusuma? Lo mau kasih makan apa anak istri lo? Kan lo belum ada kerjaan" Tanya Rian penasaran.

Aneta lalu melempar bantal sofa dan melemparnya tepat di wajah Rian.

"Menikah itu ibadah, harusnya lo malu karena lo masih aja pegang-pegang anak orang yang belum berani lo halalkan, kalau masalah rejeki pasti Allah kasih, nggak ada yang nggak mungkin kalau lo ada niat, usaha dan doa" Kata Aneta yang tiba-tiba kesal.

"Gini nih kalau ustadzah kita sudah turun tangan, semua jadi serba salah" Balas Rian.

"Harusnya lo bersyukur masih ada teman yang ngigetin lo soal dosa, gue sih salut sama Kusuma dia berani mengambil keputusan untuk menikah, meski sulit tapi dia menunjukkan bahwa dia nggak mau berbuat dosa lebih jauh lagi".

"Siapa yang berani?" Tanya seseorang yang baru saja membuka pintu.

"Ee Arief lo datang bro, ayo duduk"

Aneta dan Arief tak sengaja beradu pandang dan saat mereka menyadarinya mereka lalu membuang muka.

"Kalian lagi ngomongin apa sih?" Tanyanya tanpa basa-basi.

"Ini lo si Kusuma bentar lagi married, nah kita lagi ngomongin kalau Kusuma itu berani untuk melamar kekasihnya" Terang Dipta.

Arief menganggukkan kepalanya dan hanya tersenyum mendengar penjelasan Dipta.

"Ee kalian belum kenal Ramon kan? Nah teman-teman dia ini Ramon teman kelas ku" kata Arief dan memperkenalkan Ramon pada semua orang.

"Salam kenal Ramon" Ucap semuanya.

Ramon lalu melirik ke arahku dan menatapku lama.

"Ada apa? Aku kan udah jelasin semua yang ingin kau tahu, apa masih ada yang ingin kau tahu?" Tanya Aneta membuat semua menatapnya.

"Nel lo tahu dia dekat sama Aneta?" Bisik Rian.

"Iya, setahuku Ramon itu suka sama Aneta" Balas Nela membisikkan Rian.

"Cinta segitiga dong" Ejek Rian.

Nela lalu menyikut Rian dan membuatnya berhenti berbisik.

"Iya Aneta, tapi aku mau tahu soal Al-qur'an, kemarin aku searching dan aku tahu kalau kalian umat muslim juga memiliki kitab suci yaitu Al-qur'an"

"Kalau soal itu, kenapa tidak tanya pada Arief saja, aku tidak terlalu bagus bacaan Al-qur'an nya tapi kalau Arief pasti dia bisa mengajarkan dengan baik" Kataku seolah sudah tahu jelas soal Arief.

Raut wajah Ramon sama sekali tidak kecewa, ini menandakan jika dia memang tertarik pada agama Islam.

Ramon berbalik dan menatap Arief yang terlihat santai dan tak acuh itu.

"Arief mohon bantuannya yah"

"Oke, nanti kalau sudah di kos yah" katanya dan semua asyik mengobrol satu sama lain.

Aneta dan Arief terdiam dan menyuruh yang lain diam ketika suara adzan Ashar berkumandang.

Rian berbisik pada Anton yang kebetulan duduk di dekatnya.

"Parah sih mereka, udah sama banget sifatnya, kenapa nggak jadian aja sih, bikin kesel gue aja" bisik Rian.

"Yang malah bikin gue kesel tuh lo, mereka nyuruh kita diam emang udah bener bego, tapi gue juga kesel sih, soalnya mereka kayak malah semakin jauh gitu kan"

Rian hanya menganggukkan kepalanya saja mendengar balasan dari Anton.

Arief bangkit dari duduknya dan memperbaiki celananya.

"Gimana kalau kita shalat Ashar dulu guys?"

"Kenapa nanya? Shalat itu wajib nggak perlu butuh persetujuan, gue bener kan?" Tanya Aneta kepada semua orang dan tanpa menolak mereka semua bangkit lalu bersegera mengambil wudhu.

"Mon, kau nggak keberatan kan kalau kami shalat"

"Yah nggak lah Ne, aku malah seneng karena bisa langsung melihat orang islam beribadah".

"Okelah, kita shalat dulu yah"

Hari itu hati Ramon tergerak dengan suara merdu Arief saat dia iqamah.

Ramon sih memang pernah dengar kalau suara Arief itu merdu, tapi mendengar suara Arief langsung membuat Ramon merinding dan takut.

Ramon memeluk lututnya sembari menunggu mereka, bulu kuduknya masih berdiri bahkan setelah Arief mengucap salam dalam shalatnya.

Rian berbalik dan melihat tingkah aneh Ramon.

"Ramon? Kau kenapa?" Kata Rian lalu bangkit dan mendekati Ramon.

Semua juga khawatir melihat Ramon meringkuk seperti itu.

"Aku nggak apa-apa kok" Katanya mencoba tegar.

Arief mendekatinya dan menepuk bahu Ramon.

"Kenapa? Lo nggak apa-apa?"

"Iya, gue udah baikan kok"

Melihat adegan itu malah membuat Aneta merinding.

Mereka kayak pacaran aja, ini nih kalau udah terlalu dekat batin Aneta.

"Kau mau minum Ramon?" Kata Ria menawarkan.

"Iya boleh, maaf yah Ri repotin"

"Santai aja" Ucapnya lalu berjalan menuju dapur sembari membawa segelas air.

Ria menyodorkan segelas air minum pada Ramon dan tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan dan membuat keduanya bertingkah kikuk.

"Thanks Ri airnya"

*****

Aneta dan Ramon bertemu di kegiatan bansos.

Akhir-akhir ini saat mereka bertemu karena Ramon yang ingin belajar islam tanpa sengaja bertemu dengan pengurus masjid yang menawarkan mereka ikut dalam kepanitian bansos mereka dan tanpa pikir panjang keduanya menyetujui.

"Maaf yah Aneta, lagi-lagi aku mengajakmu berduaan saja" Ucap Ramon tak enak hati dan menaruh air botol di samping Aneta.

Aneta meraihnya dan meminum air yang sudah di buka oleh Ramon.

"Berduaan apanya? Kan ada anak-anak lain, jadi kita nggak berduaan sama sekali".

"Syukurlah kalau kau berpikir seperti itu, Aneta? Apa aku boleh bertanya sesuatu?"

Aneta terdiam dan menatap Ramon sebentar lalu menundukkan kembali pandangannya.

"Kau mau menanyakan apa?"

"Apa kau pernah mengalami masa di mana kau melakukan hal yang paling bodoh dalam hidupmu?"

Aneta berpikir dan terdiam mendengar pertanyaan Ramon yang tiba-tiba tapi sangat mengejutkan itu.

Aneta meletakkan air minumnya dan menghela napas.

"Aku pernah melakukan hal yang paling bodoh dalam hidup aku. Aku pernah mencintai seseorang dengan secinta-cintanya, aku bahkan berpikir bahwa aku bisa melepas segalanya demi cintaku pada lelaki itu. Aku merasa hidupku akan hancur jika tak bisa mendapatkan dia, menurutmu aku melakukan kebodohan yang terlalu menjijikan bukan?"

"Bodoh sih Aneta, tapi aku pasti menjadi lelaki yang paling beruntung jika berada di posisi orang yang sangat kau cintai itu".

"Cinta itu memang menyakitkan Ramon, ada skala yang membuat kita tidak bisa berpikir jernih saat rasa cinta itu datang dan menurut aku cinta itu berbahaya".

"Kau benar, aku juga berpikir seperti itu".

"Nah sekarang giliran aku yang nanya, kapan kau melakukan hal yang paling bodoh dalam hidupmu?"

"Aku melakukannya baru-baru ini, karena rasa sukaku aku melakukan kebohongan dan pada akhirnya kebohongan itu menyeretku hingga membuatnya menjadi kebenaran, cinta itu memang berbahaya yah Aneta"

"Kau harus berhati-hati Ramon kalau kau berada di skala jatuh cinta yang berlebihan".

ANETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang