Ajakan Teman-Teman

16 11 0
                                    

Aneta sudah sembuh dari penyakitnya, walau kadang tiba-tiba saja dia merasa akan jatuh tapi dia sudah bisa mengatasinya,"Ma, aku minta maaf andai saja hari itu aku tidak mematikan ponselku" Kataku dengan nada penyesalan.

Mama mendesah dan meletakkan bukunya, dia menatap Aneta dengan tatapan senduhnya lalu memegang kedua bahu putrinya itu,"Nak, mama kan sudah bilang Allah punya rencana lain untukmu nak, jadi kamu harus bersabar, mama tidak masalah kok soal itu sayang, kamu yang kuat yah" Ucap mama berusaha menyemangati Aneta.

Aneta merasa tenang mendengar ucapan mamanya, dia lalu bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamar, Aneta terus berpikir mungkin perkataan kak Jian ada benarnya, Aneta tidak seharusnya terus menjadi beban mamanya. suara dering telpon membuyarkan lamunan Aneta, dia lalu mengangkat telponnya.

"Halo? ada apa Nel?" ucapku tak bersemangat.

"Kenapa Ne? kamu ada masalah?" tanyanya khawatir.

"Nggak apa-apa kok, ada apa? tumben nelpon?"

"Apanya yang tumben? sudah lima bulan saat kau meninggalkan Jakarta, kau lupa? kau janji padaku akan terus menelponku kan? kau mengingkari janjimu"

Aneta meremas rambutnya,"Maaf, sudah dua bulan aku terbaring sakit Nela ini aku baru saja sembuh"

"Apa!" Aneta menjauhkan telinganya dari ponselnya karena suara Nela yang begitu nyaring hampir memecahkan gendang telinga Aneta.

"Iya aku sakit, maaf karena tidak memberitahumu".

"Kau jahat sekali, kau tidak memberitahuku kalau kau sakit" ucapnya dan kudengar suara ramai yang ikut khawatir padaku, aku yakin semua teman sedang berkumpul sekarang, aku jadi kangen masa-masa itu.

"Maaf yah"

"Udah Ne, Nela udah nangis kejer tuh, nggak bakalan bisa berhenti"

"Dia memang seperti itu" Ucapku.

"Aneta gimana kalau lo kembali ke Jakarta" ajak Dipta padaku.

"Untuk apa? sekarang susah untuk mencari kerja"

"Bukan kerja Ne, kami semua di sini akan melanjutkan S2 ke Jogyakarta, gimana kau mau ikut?"

"Mau sih, tapi aku tidak punya uang, kalian saja. aku doakan kalian semua berhasil kuliahnya".

"Nggak! pokoknya kau harus ikut kami semua" Ucap semuanya.

"Tapi bagaimana dengan biayanya"

"Kau tidak perlu khawatir, Ka Jian udah bayar uang muka S2 mu"

Aku terkejut dan hampir terjatuh dari ranjang,"Ka Jian? kok dia bisa tahu?"

"Kemarin kami menelponmu tapi Ka Jian yang mengangkatnya dan dia minta kami menceritakan niat kami, jadi dia bersiap membiayai kuliahmu"

"Ah benar, kemarin aku memberikan ponselku pada ka Jian".

"Jadi? kita jadi kan ke Jogyakarta hari Kamis?"

"Empat hari dari sekarang yah, iya aku ikut toh ka Jian sudah bayar uang kuliahku".

"Kalau gitu kita tutup telponnya yah, kami tunggu kamu di Jakarta".

Suara telpon terputus menandakan pembicaraan sudah berakhir.

Aku menelpon ka Jian tapi dia tidak mengangkatnya mungkin dia sibuk, jadi aku hanya mengirim pesan padanya, ucapan terima kasihku padanya dan akan berjanji jika selesai kuliah aku akan serius mencari pekerjaan.

*****

Aku sudah tiba di depan kontrakan Dipta, Dipta memelukku erat,"Gue kangen sama lo Ne, gue kangen banget"

ANETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang