Rahasia Arief bagian 1

14 11 0
                                    

"Lah buat apa coba dia nanya ke lo soal itu?"

Kusuma mengangkat kedua bahunya,"Entahlah, yang gue sebut nama asal kota lo dan gue juga ledekin dia gue bilang kalau misalnya ngelamar kamu cuman butuh 5 jam doang jaraknya, ee dia malah ngerespon malu lalu dia pura-pura sibukin dirinya dengan buku gue di atas meja" Aku Kusuma.

"Masa sih? Terus dia jauh-jauh datangin kamar lo cuman buat nanyain itu? Kurang kerjaan sih menurut gue"

"Bukan cuman itu sih Ne, dia tuh selalu aja nanyain kabar lo, dia selalu ngomong ke gue, Aneta baik-baik aja kan bro, kata orang dia itu baik cuman dia terlalu dekat sama cowok manapun dan cowoknya selalu aja sempurna" Cerita Kusuma lagi.

Aku spontan menarik lengan baju Kusuma karena saking akrabnya kami sudah terbiasa berbuat seperti itu,"Cerita ini bukan karangan lo kan? Lo tuh suka ngacoh kalau ngomong persis Rian" Kata Aneta ketus.

"Serius gue Ne, gue nggak bohong jadi menurut gue sih Arief tuh kayaknya tertarik sama lo"

"Tertarik belum tentu suka kan" tanya Aneta ke Kusuma.

"Tapi dari sisi pandangan gue tertarik berarti suka" godanya padaku.

Kini giliran Rian yang ingin bercerita tapi sebelum itu dia menyuruh Kusuma untuk bertukar dengannya.

"Ne kalau cerita gue tuh gini Ne, waktu itu dia nanya ke gue. Rian? Lo kenal Aneta nggak? Gue mau dong di kenalin sama dia, tapi setelah bertemu lo dia udah nggak nanyain apa-apa lagi sih dari lo, itu aja sih cerita gue soal Arief" katanya tanpa dosa dan sontak seluruh teman-teman menyoraki dan kesal pada Rian.

Wajah Aneta tampak murung dia kecewa, Aneta tahu jika memang Arief sama sekali nggak suka padanya.

Lalu di tengah kekecawaan Aneta, Anton mendorong kepala Rian pelan saat dia hendak duduk di sampingku,"Ne kalau gue punya cerita yang bagus buat lo, sebelum gue cerita gue mau kasih tau lo sesuatu. Arief itu setahu gue baik, rajin shalat".

"Itu sih gue tahu juga" Jawabku ketus lagi.

"Aduh Ne dengar dulu napa, nah selain dia rajin shalat dia tuh jago banget bahasa Inggris dan Arab sista. Dia sering lo di ajak buat jadi MC kalau-kalau ada duta Arab atau Inggris yang datang di kampus, bangga nggak?" Tanya Anton ke aku.

Aku menghela napas berat,"Itu sih pengetahuan umum Anton, gue udah tahu soal itu"

"Lah salah dong gue, tapi satu hal yang meski lo tau Ne, setahu gue jika Arief suka atau tertarik sama orang dia nggak bakal ngelepasin orang itu dan gue yakin orangnya itu adalah lo, jadi lo harus percaya dan nunggu dia, bisa kan?" Tanya Anton sembari menatap Aneta penuh harap.

Aneta mendorong wajah Anton darinya karena kesal,"Lo nyuruh gue nungguin teman lo yang nggak jelas itu? Sampai kapan gue nunggu? Sampai kalian semua nikah sementara gue harus tetap nunggu dia? Sakit lo kalau nyuruh gue nungguin dia ibarat kata gue nunggu tunas jagung yang nggak tumbuh-tumbuh karena nggak kesiram air, gue masih sehat" kata Aneta membungkam semuanya.

"Tapi Ne, Anton ada benarnya juga sih, gue juga udah cerita ke lo kan gimana perhatian dan dia nyariin lo mulu pas KKN dulu, jadi nggak ada salahnya lo nunggu" Saran Nela padaku.

Aneta menggelenggkan kepalanya dan menatap ke semua temannya,"Kenapa kalian semua pengen buat gue nunggu Arief, kenapa? Kalian kan teman gue, kita lebih dulu kenal daripada Arief kan, tapi kenapa kalian kek gini ke gue" Ucap Aneta sembari menundukkan kepalanya menahan tangis.

"Karena kita semua sayang sama lo Ne, jadi kita pengen lo bahagia" Kata mereka secara bersamaan.

"Gue tahu tapi nggak gini juga caranya" Kataku dan memutuskan kembali ke rumah.

"Gimana dong? Kayaknya Aneta seriusa marah deh ke kita-kita"

"Jadi kita gimana? Apa kita pulang aja? Toh Aneta udah pulang" Saran Anton.

"Iya deh kita balik aja"

Terdengar suara Kusuma yang begitu keras dari celah rak buku, tapi entah kenapa aku sama sekali tak perduli, aku tetap bersembunyi tanpa melihat mereka pulang.

Setelah mereka sudah tak ada barulah Aneta keluar. Dia juga kembali ke rumah. Aneta duduk di depan pintu menyandarkan badannya di dinding, angin sepoi-sepoi membuatnya nyaman.

"Apa aku sudah keterlaluan pada teman-temanku?" Ujarku.

Bunyi ponsel Aneta membuyarkan lamunannya, dia menyambar ponselnya di atas kursi dan melihat nomor ibunya.

"Assalamualaikum, halo? Mama kenapa?" Tanyaku.

"Aneta kamu kapan balik ke kampung nak?".

Masa bodoh dengan semuanya, aku akan menyelesaikan urusan kampus dan pulang ke mama batin Aneta.

"Insha Allah hari Kamis bu"

"Alhamdulillah, ya sudah kalau gitu mama tutup telponnya yah,Assalamualaikum"

"Waalaikum salam, Aneta kembali meletakkan ponselnya di atas kursi.

"Ini keputusan yang sudah ku ambil, aku harus fokus".

"Ne? Lo mau balik ke kampung? Lo nggak ada niatan buat cari kerja di Jakarta?" Tanya Nela yang begitu terkejut.

"Kayaknya nggak deh, gue besok balik aja ke kampung, toh aku udah ngambil ijazah aku sih, jadi nggak ada alasan lagi buat tinggal di sini".

Nela memeluk Aneta erat,"Gue pasti bakalan kangen sama lo Ne, lo jangan lupa buat nelpon gue terus yah Ne, lo juga nggak apa-apa kan, lo harus kuat Ne".

"Iya gue pasti bakalan hubungin lo terus, udah yah Nela gue capek kalau bahas masalah Arief".

"Iya deh maaf".

*****

Empat bulan kemudian

"Aneta kamu kirim CV kamu aja dek ke alamat ini, terus kamu tunggu panggilan perusahaan yah" kata kaka Hadi padaku.

Aku menganggukkan kepala dan mulai mengisi lembaran-lembaran CV itu dan kulihat kak Hadi pamit pada mama. mama mendekatiku dan mengelus rambutku lembut.

"Sayang mama doain kamu lulus berkas deh" ucap mama menyemangatiku.

"Iya ma, semoga aja".

*****

Udah seminggu aku terbaring sakit, entah dari mana penyakit ini datang, aku tidak bisa bangun jika bangun aku akan jatuh pingsan, makan pun tak bisa di tambah lagi kepalaku yang terus sakit, cobaan apa ini.

Aku ingin melupakan hari ini, karena kepalaku yang sangat sakit membuatku mematikan ponsel dan rupanya hari itu pihak perusahaan menelponku tapi aku tidak mengangkatnya karena sakit, semua keluarga marah padaku, terutama kakak perempuanku, mama tidak marah padaku mama tahu kondisiku yang tidak memungkinkan, aku terus saja menangis di pojok kasurku karena aku masih tidak bisa bangkit dari tempat tidur. 

Suara pintu terbanting keras, di sudut ranjang duduklah seorang gadis dengan wajah pucatnya, berusaha menahan sakit di kepalanya,"Aneta? Kamu ini kenapa bisa membuang kesempatan emas ini? Kau tahu ini peluang yang sangat langka dan tepat untukmu, kenapa kau harus sakit di saat seperti ini?

Aneta hanya terdiam mendengar Jian kakak ketiganya memakinya karena kebodohannya yang begitu saja melepas kesempatan dalam mendapat pekerjaan,"Lalu kakak ingin aku melakukan apa? Apa kakak ingin aku memutar balik waktu agar aku bisa mendapat pekerjaan itu?

Jian menatap tajam pada Aneta lalu berkata sesuatu sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan Aneta,"Apa kau akan hidup terus seperti ini? Untuk mendapatkan keinginanmu kau akan selalu meminta padaku dan saudara lainmu, jika kau terus begitu kau tidak akan pernah maju ucapnya dan menghilang di balik pintu.

Aneta tidak mengatakan apapun, melalukan pembelaan pada dirinya pun tak iya lakukan, saat ini hanya ada rasa sakit di kepalanya,"Ku harap masa masa ini akan berakhir.

ANETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang