Jangan Sentuh Aku

16 11 0
                                    

Arief berlari menemui Aneta, Arief mengintip sesaat dia sudah berada di depan kelas Aneta tapi Aneta sama sekali tidak terlihat di manapun, apa Ramon membohonginya atau bagaimana? pikirnya.

"Nah adik-adik sekalian, mohon tugasnya di kumpul minggu depan yah" Kata dosen yang suaranya terdengar dari celah pintu kelas.

Suara langkah kaki dosen semakin dekat lalu bunyi pintu terbuka terdengar dan Arief melihat Nela dan juga Ria. Arief menerobos masuk dan menghentikan mereka. Ketiga gadis itu membekap mulutnya melihat penampilan Arief saat ini.

"Nela gue dengar Aneta udah balik, lalu dia di mana? Lo liat dia nggak?" Kata Arief frustasi.

Lalu spontan Ria dan Nela menunjuk Aneta yang sedari tadi berdiri di samping mereka. Arief mengikuti arah telunjuk keduanya dan menemukan Aneta menundukkan pandangannya.

"Aneta? Jadi kamu sudah kembali? Kemana saja kamu selama ini?"

Aneta masih menundukkan wajahnya,"Aku selama ini di rumah nenek".

Arief lalu mengangkat tangannya dan menarik tangan Aneta,"Maaf, gue bawa teman kalian" kata Arief dan membawa Aneta pergi.

"Arief apa yang kamu lakukan?! Lepas!" Aneta memberontak. Tapi Arief sama sekali tak perduli.

"Kamu bisa bicara nanti kamu ikut aku saja dulu!" Kata Arief mencoba membuat suaranya galak.

"Tidak, lepaskan aku sekarang juga!" Kata Aneta kesal. Lalu tangan satunya yang bebas berusaha melepaskan pegangan tangan Arief yang malah semakin erat.

"Aneta kali ini saja dengarkan aku, aku ingin menjelaskan sesuatu padamu" katanya tegas.

"Kamu juga harus mendengarku, kumohon lepaskan tanganku, orang-orang melihat kita, ini tidak pantas Arief" Terdengar suara Aneta parau dan pegangan Arief terlepas.

"Aneta kamu tahu betapa khawatirnya aku padamu, kamu kemana saja selama ini?".

"Aku memperbaiki diri, selama ini aku sudah banyak berbuat dosa, seperti yang kamu ajarkan ke aku" kata Aneta kesal.

"Apa kau baik-baik saja?".

"Apa perdulimu?".

"Tentu aku perduli".

"Cukup, aku capek. Aku akan balik ke rumah" Kata Aneta dan berjalan melewati Arief tapi Arief menyentuh bahu Aneta.

Aneta berbalik dan menepis tangan Arief,"Jangan sentuh aku, kamu sudah tahu kan perempuan dan laki-laki tidak boleh saling menyentuh, kamu yang ajarkan aku itu tapi bagaimana bisa kamu lupa, Arief aku bukan Aneta yang dulu lagi".

Arief menatap wajah Aneta, baju tertutup dan memakai hijab yang menutupi dadanya membuat jantung Arief semakin berdetak kencang,"Kamu sekarang berhijab Ne, Alhamdulillah".

Aneta tidak mengatakan apapun dia pergi begitu saja. Kepergian Aneta membuat Arief terjatuh dan duduk di atas kursi, dia meremas rambutnya dan mengusap wajahnya yang terlihat lelah.

"Syukurlah Aneta sudah kembali, dan dia berubah seratus derajat".

Aneta terus berjalan sambil menghentakkan kakinya karena kesal,"Dia itu kenapa sih, suka sekali menyentuh orang seenaknya, sudah berapa kali dia selalu membuatku jantungan" celoteh Aneta.

Aneta langsung menghentikan taksi yang melaju di hadapannya.

"Pak ke jalan Landak yah"

"Ok" jawab sih supir taksi.

"Kenapa buru-buru mba? Mahasiswa baru yah?" Tanya supir taksi.

"Soalnya ada cowok yang ngejar-ngejar saya pak, nggak mahasiswa lama kok" kata Aneta jutek.

Aneta mengangkat ponselnya yang berdering ketika taksi melaju ke jalan,"Halo, Assalamualaikum? Iya Nel, gue udah pulang naik taksi" jawabku dan Nela memutuskan telponnya.

*****

"Mba kita sudah sampai" Taksi itu berhenti tepat di depan kontrakan Aneta.

"Terima kasih" Sopir taksi membalas senyum Aneta lalu taksi itu melesat kembali ke jalan kota Jogja.

"Assalamualaikum" kataku ketika tiba di depan rumah sambil membuka pintu rumah.

Hajra, Ria, Dipta, Sari, Rian, Raka dan teman yang lain berkumpul semua.

"Masya Allah Aneta lo tambah cantik setelah berhijab, pasti Arief makin jatuh cinta" Kata Rian yang sudah tak sabar menjahili Aneta.

Aneta tersenyum tipis dan melempar bantal sofa pada Rian kesal,"Sekali lagi lo ngomong, tas gue yang bakal mendarat di muka lo" kata Aneta kesal.

"Alhamdulillah, sifat Aneta masih sama seperti yang dulu, nggak ada lembut-lembutnya" balas Rian lagi.

"Astagfirullah, sabar Aneta" kata Aneta dan membuat semua orang tertawa.

"Guys, kita ke pameran yuk malam ini, pasti seru" Ajak Kusuma pada kami semua, mereka menyetujuinya kecuali gue.

"Lo nggak mau ikut Ne?" Tanya Dipta.

"Nggak, kalian aja. Gue udah nggak tertarik sama yang begituan, lebih baik aku dengar ceramah aja" kataku sembari menyetel video ceramah yang sudah ku rekam.

"Udah biarin aja, tapi lo nggak apa-apa kan di tinggal sendirian" Tanya Nela khawatir.

Aneta meraih kedua tangan Nela dan menepuk-nepuknya,"Ibu tidak perlu khawatir, anak ibu ini sudah dewasa tidak butuh perlindungan apapun, gue bisa jaga diri, udah deh bisa nggak kalian pergi aja tanpa banyak bicara? Bikin gue kesel" kata Aneta dan mengantar kami semua ke depan pintu.

Aneta kini tinggal sendiri, dia mengambil buku yang diberikan neneknya tentang Fiqih wanita. Aneta membaca buku itu antusias tapi tiba-tiba terdengar ketukan dari luar.

"Mereka baru pergi sejam, kok pulangnya cepat sekali?" Kata Aneta dia lalu bangkit menyambar jilbabnya dan membuka pintu.

"Kok kalian udah pulang?" Mata Aneta bertemu dengan mata lelaki yang mengetuk pintunya dan lagi-lagi jantung Aneta berdetak kencang.

"Aku datang karena yang lain menyuruhku, mereka khawatir meninggalkanmu sendiri" Kata lelaki itu.

Aneta mengigit bibirya kesal. Ini pasti ulah Nela batinnya.

Arief akan masuk tapi Aneta menahan pintu agar Arief tidak masuk.

"Kamu tidak mengizinkan aku masuk?" Tanyanya kecewa.

"Tentu saja, aku hanya sendiri di rumah mana mungkin aku membiarkanmu masuk. Nanti apa kata tetangga dan juga Allah, kamu nggak malu?" Tanya Aneta dan menyuruh Arief duduk di depan teras rumah kontrakan.

"Lo mau minum apa?"

Arief akan mengatakan sesuatu tapi Aneta menahannya,"Kopi kan, aku sudah tahu, tunggu di sini. Ingat jangan masuk, kalau kamu tetap masuk aku akan marah" Katanya dan itu terlihat imut bagi Arief.

Beberapa menit kemudian Aneta keluar membawa secangkir kopi dan menaruhnya di dekat Arief,"Maaf aku cuman punya kopi nggak ada cemilan" kata Aneta dan mengalihkan pandangannya ke taman.

"Nggak apa-apa jika cuman kopi saja, aku sudah senang" katanya lalu mengangkat cangkirnya dan menyuruput kopi panas bikinan Aneta.

"Ne" panggil Arief, Aneta lalu berbalik dan kembali menundukkan pandangannya.

"Kenapa?" Tanya Aneta.

"Waktu kamu datang menemuiku kamu tidak menyimpulkan sesuatu kan, apapun yang kamu lihat waktu itu adalah kesalahpahaman" Jelasnya.

Aneta menghela napas dan berkata,"Apapun yang kamu lakukan waktu itu tidak ada yang salah, lalu aku tidak punya hak menanyakan apapun atau salah paham tentang kamu karena aku sadar kita tidak punya hubungan apapun, jangan khawatir sekarang aku sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, kamu tidak perlu cemas lagi" Kata Aneta dan membuat keduanya membisu.

ANETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang