[ Chapter 4 ]

3.6K 323 7
                                    

POV

Dentuman musik begitu kencang, lampu yang redup ditambah dengan sorotan lampu kerlip sebagai pencahayaannya. Semua orang begitu nampak bahagia, menari, dan meneguk minuman yang mereka sukai dengan sepuasnya. Begitupun dengan Gun, New, dan Krist yang sekarang berada di dalam klub.

Karena rencana kemarin gagal, jadi malam ini mereka sepakat mendatangi klub untuk bersenang-senang.

"Ingat, kalian berdua jangan minum terlalu banyak. Sikap kalian saat mabuk terlihat begitu buruk," ucap Krist, yang selalu mengingatkan Gun dan New agar minum secukupnya. Jika tidak, dia akan kerepotan membawa mereka berdua pulang.

Walaupun Krist paling muda di antara Gun dan New, namun sikapnya selalu menjadi yang lebih bijak. Walaupun kadang-kadang di dalam otaknya banyak pikiran kotor yang menutupi kebijakannya dalam berucap.

"Baiklah, Krist, kami tidak akan minum berlebihan. Mungkin hanya 4 botol wine, bagaimana?" ucap Gun, menaik-turunkan alisnya. Gun memang kuat dalam minumnya, namun tetap saja, di botol ke-3 dia akan mulai melantur tidak jelas. Dan lihat sekarang, dia akan minum 4 botol. Krist memberikan tatapan tajam pada Gun.

"Krist, kau memang ibu yang baik. Oh, aku menyayangimu, Krist," Gun dan Krist melirik ke arah New. Mereka saling menatap. Apakah dia sudah mabuk?

Gun mengambil gelas yang New pegang, lalu dia mencium baunya. Gun memutar matanya setelah mencium bau whiski di gelas New.

"Dia meminum whiski. Apakah New tidak tahu cara membedakan minuman? Kenapa dia meminum whiski?" ucap Gun. Pantas saja New mabuk. Dia meminum whiski yang kadar alkoholnya bahkan 50%.

Dan kapan New mengambilnya? Bahkan Gun dan Krist tidak melihatnya mengambil minuman sejak tadi. Apa ada pelayan yang memberikannya pada New?

"Gun, awas saja jika kau sampai mabuk. Akan kutinggalkan kalian berdua di sini jika itu sampai terjadi," ancam Krist pada Gun. Belum juga mereka melakukan apapun, New sudah mabuk. Jika sampai Gun ikut mabuk, Krist akan benar-benar meninggalkan mereka berdua.

Krist adalah orang yang suka alkohol, namun dia masih bisa mengatur batas minumnya, sama dengan Gun. Gun juga penyuka alkohol, namun kadang-kadang saja dia melewati batas minumnya. Dan New, dia adalah yang paling tidak bisa minum alkohol berkadar tinggi. Jadi Gun dan Krist harus siap-siap menjaga dia jika sudah mabuk. Sikapnya saat mabuk lebih buruk daripada Gun.

New akan menari dan berceloteh sepuasnya, meminum semua yang ada di hadapannya. Bahkan, gilanya New bisa menelanjangi dirinya sendiri. Dan jika Gun, dia akan menjadi penari handal saat dia mabuk. Bahkan penari di klub saja akan kalah dengan Gun. Itulah yang membuat Krist selalu melarang mereka minum berlebihan.

"Uhhh, ayo kita menari. Kenapa kalian diam saja?" ucap New, mulai berdiri dari kursinya dan mulai melenggokkan tubuhnya.

"Jangan jauh-jauh dari kita, New," ucap Krist. Setelah itu, dia meneguk wine di gelasnya. Gun juga mulai ikut menari bersama New, dengan gerakan yang terbilang lincah. Mereka berdua menari mengikuti dentuman musik.

Kini, perhatian semua orang seakan teralih pada mereka berdua yang sangat menikmati setiap gerakan mereka. Gun dan New pun menarik Krist ikut serta untuk menari bersama mereka, menikmati setiap alunan musik yang begitu kencang di telinganya.

Tapi sakunya Gun bergetar. Itu berasal dari handphone-nya. Dia pun mulai sedikit menjauh dari kerumunan agar bisa mengangkatnya.

"Fuck, siapa yang menelpon di jam seperti ini? Aku sedang menikmati acaraku, dan sekarang handphone ini menggangguku," ucap Gun kesal. Karena ini sudah jam 1, tapi lihat, bahkan masih ada saja yang ingin mengganggunya saat sedang bersenang-senang. Lain kali, dia tidak perlu membawa handphone-nya saat sedang ke klub.

Saat dia melihat siapa yang menelponnya, ternyata itu adalah Off. Dia yakin Gun harus menemuinya sekarang juga. Lalu Gun mengangkatnya.

"Hallo, Khun Off. Ada apa? Kau tahu, kau menggangguku," ucap Gun sambil memanyunkan wajahnya, mendang-nendang angin di hadapannya.

"Ck, cepatlah kemari. Chimon sulit untuk ditidurkan," Gun mengeratkan giginya. Sudah dia duga ini akan terjadi. Seharusnya Gun benar-benar meninggalkan handphone-nya di apartemennya.

"Bisakah aku menolak datang?" Dia berharap Off menjawab bisa. Dia ingin menikmati malam ini. Bahkan dia berada di sini belum lebih dari 2 jam.

Dan Gun harus meninggalkan kesenangannya demi dosen sialannya itu? Sungguh menyebalkan.

"Tidak, jangan banyak bicara, Gun. Kau membuat anakku menunggu begitu lama." What the hell! Rasanya Gun ingin menginjak badan Off sampai biru. Bahkan mungkin seluruh tubuhnya akan memar jika Gun diperbolehkan menyiksa Off.

Gun memejamkan matanya, menghela napas. Sudah dalam dugaannya, Off tidak akan membiarkannya tenang.

My Dear LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang