POV
Mobil pun berhenti di sebuah rumah besar dengan pagar menjulang tinggi. Ini masih sangat pagi, bahkan hawa dingin saja masih terasa di kulitnya. Tapi karena ini sebuah keharusan dan kesialan sekaligus bagi Gun, dia hanya bisa menerimanya.
Pagi ini, dia sudah berada di depan pagar rumah Off. Kalian tahu kenapa? Karena Tay yang meneleponnya. Dia bilang Off sedang membuat anaknya sendiri tersiksa dan tentunya Gun cepat-cepat datang. Tapi yang disayangkan Gun adalah ini hari pertama Singto bekerja, tapi Gun tidak bisa menyiapkannya sarapan ataupun bekal.
"Maafkan aku, Na Phi. Aku tidak bisa membuatkanmu sarapan atau bekal," ucap Gun yang masih berada di dalam mobilnya.
"Tidak apa-apa, Gun. Aku bisa membelinya nanti. Kau tenang saja, oke?" Gun menghela napas lalu mengangguk. Singto mengusap kepala Gun lalu tersenyum melihat raut wajah Gun.
Gun membuka seatbelt-nya lalu memeluk Singto. Setelah itu, dia turun dari mobilnya.
"Phi, apakah kau mau aku antarkan makanan? Jika kau mau, akan kuantarkan nanti. Bagaimana?"
"Tidak perlu, Nong-ku yang imut," ucap Singto yang mencubit kedua pipi Gun hingga membuat pipi putih itu sedikit memerah, seperti semburan malu.
Gun menatap tajam Singto yang sedang memainkan pipinya hingga memerah. Gun memukul-mukul tangan Singto agar dia berhenti bermain dengan kedua pipinya. Dia sepertinya terobsesi dengan kedua pipi Gun.
"P'Sing, lepaskan. Baiklah, aku tidak akan mengantarkanmu makanan. Tapi nanti New atau setidaknya Krist akan membawakanmu sarapan dan bekal. Oke, bye Na P'Sing," ucap Gun lalu dia masuk ke dalam tanpa membiarkan Singto untuk membantahnya.
Gun tahu Singto sangat sulit untuk sarapan. Jadi, jika dia bilang akan membelinya, itu adalah bohong. Pasti dia tidak akan sarapan dan membuat perutnya kosong.
Jadi, jalan satu-satunya adalah meminta Krist atau New untuk membawakan bekal atau sarapan Singto. Gun tidak mau di hari pertama Singto bekerja, dia malah sakit. Dokter macam apa Singto sebenarnya yang membiarkan dirinya sakit?
Gun sudah berada di depan pintu besar rumah Off. Dia menekan belnya, lalu tidak lama kemudian, Tay lah yang keluar dari rumah Off."Akhirnya, Gun, kau datang. Ayo masuk dan bereskan Off yang sok tahu dan keras kepala itu," ucap Tay yang langsung membawa Gun ke atas, lebih tepatnya ke kamar Chimon.
Gun hanya mengikuti langkah Tay yang menyeretnya, walaupun Gun agak sedikit susah mengimbangi langkah Tay yang jauh lebih besar darinya, hingga membuat Gun harus cepat-cepat melangkah.
Saat masuk ke dalam kamar Chimon, penciuman dan penglihatan Gun langsung kacau, seperti baru masuk ke dalam sebuah gua yang penuh dengan bau pup.
"Uh, apa yang terjadi? Apakah Chimon pup?" tanya Gun yang menutup hidungnya, begitu pun Tay.
"Begitulah dan sekarang Off yang keras kepala itu sedang memandikan Chimon. Lihat saja di kamar mandi Chimon. Jangan kaget bila terlihat seperti kapal pecah," ucap Tay. Dia langsung keluar, rasanya tidak kuat jika harus lama-lama berada di dalam kamar Chimon yang didominasi oleh bau pup.
Gun berjalan menuju balkon lalu membukanya agar udara pagi yang masih sejuk mengantikan bau yang tidak sedap ini.
Lalu, Gun cepat-cepat ke kamar mandi karena sepertinya Off mulai meracau tidak jelas hingga terdengar hingga ke luar.
Dan benar saja, kamar mandi sudah tampak seperti kapal pecah. Botol sabun, sampo di mana-mana, pakaian Chimon yang tergeletak di bawah, dan busa sabun yang meluap-luap keluar dari bathtub. Ditambah Off yang sedang memegangi Chimon yang tidak mau diam dengan busa yang menempel di seluruh badannya.
"Khun Off, kau membuat Chimon terlihat seperti boneka salju. Kenapa dengan kamar mandi ini? Dan kau tidak memanggil Bibi Choi untuk membantu mu?" ucap Gun yang mendekat kepada Off dan Chimon yang sudah berada dalam bathtub dengan Off yang masih utuh dengan pakaian tidurnya.
Off menengok saat mendengar suara Gun dan dia menghela napas. Akhirnya ada yang bisa membantu dia selain Tay yang datang hanya untuk membuat dia semakin bingung.
"Gun, cepat bantu saya. Chimon tidak bisa diam saat dimandikan." Gun melepaskan celana jeansnya terlebih dahulu agar tidak terkena air, lalu segera mengambil Chimon dari tangan Off.
Dan benar saja, kamar mandi sudah tampak seperti kapal pecah. Botol sabun, sampo di mana-mana, pakaian Chimon yang tergeletak di bawah, dan busa sabun yang meluap-luap keluar dari bathtub. Ditambah Off yang sedang memegangi Chimon yang tidak mau diam dengan busa yang menempel di seluruh badannya.
"Khun Off, kau membuat Chimon terlihat seperti boneka salju. Kenapa dengan kamar mandi ini? Dan kau tidak memanggil Bibi Choi untuk membantu mu?" ucap Gun yang mendekat kepada Off dan Chimon yang sudah berada dalam bathtub dengan Off yang masih utuh dengan pakaian tidurnya.
Off menengok saat mendengar suara Gun dan dia menghela napas. Akhirnya ada yang bisa membantu dia selain Tay yang datang hanya untuk membuat dia semakin bingung.
"Gun, cepat bantu saya. Chimon tidak bisa diam saat dimandikan." Gun melepaskan celana jeansnya terlebih dahulu agar tidak terkena air, lalu segera mengambil Chimon dari tangan Off.
"Chimon, kenapa kau tidak memukul atau menendang ayahmu? Dia telah membuatmu menjadi sebuah buntelan putih seperti ini dan kau hanya menikmatinya?" Off hanya merebahkan dirinya di dalam bathtub. Dia lelah telah dibuat bekerja pagi-pagi oleh Chimon karena dia yang pup di pagi hari.
Dan ditambah Bibi Choi yang tidak bisa datang pagi-pagi karena anaknya belum dia siapkan untuk sekolah, jadilah sebuah penyesalan karena Off akhirnya memanggil Tay dan membuatnya semakin kacau.
Gun memindahkan Chimon ke bathtub yang lebih kecil agar lebih mudah untuk memandikan Chimon.
Setelah selesai, Gun langsung menghanduki Chimon dan membawanya ke dalam kamar.
"Apa kau kedinginan? Tentu saja, karena ini masih pagi, dan ayahmu itu malah memandikanmu. Eh, di mana Khun Off?" Saat sesi berbicara sendiri, Gun teringat bahwa Off masih di dalam kamar mandi. Apakah dia tertidur?
Gun dengan cepat memakaikan baju Chimon. Setelah itu, dia mengecek kamar mandi dan ternyata benar, Off tertidur.
"Khun Off, bangun. Kau bisa sakit jika tidur di sini," ucap Gun dengan mengguncang bahu Off agar dia bangun. Mata Off mulai terbuka dan dia langsung terduduk melihat ke arah Gun dan air di bathtubnya.
"Apakah saya tertidur?" tanya Off. Gun mengangguk, lalu Off turun dari bathtubnya dan berjalan ke box shower. Dia akan mandi dan membersihkan tubuhnya sekalian saja karena dia sudah basah kuyup seperti ini.
Gun memicingkan matanya. Apa yang akan dilakukan Off? Lalu tiba-tiba Off membuka bajunya dan memperlihatkan perut dan dadanya yang sangat bagus. Oh, tunggu, dan Off memiliki tato tulisan di dadanya. Gun langsung memejamkan matanya dan berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Lecturer
Fanfiction[ Completed ] [ B×B ] [ 21+++ ] Gun Atthapan Punsawat, seorang mahasiswa semester 2, tanpa sengaja terlibat dalam kehidupan seorang bayi yang dititipkan padanya oleh seorang mahasiswa asing yang tak dikenal. Dalam perjalanan merawat bayi tersebut, G...