Rambu lalu lintas berwarna merah itu sudah menandakan bahwa untuk berhenti. Dion tersenyum sembari menatap istri nya lewat kaca spion motornya. Gadis itu hanya diam dan mengerucutkan bibirnya seperti bebek. Tatapan berarah ke jembatan membuat Dion mengangguk tahu apa isi kepala gadis itu.
Setelah sudah berwarna hijau, Dion menjalankan motornya ke arah jembatan sana. Kinan mengangkat alisnya satu dan langsung menepuk pundak suaminya itu.
"Kita mau kemana? Ini kan bukan arah apartemen." Teriaknya tepat di telinga Dion.
"Katanya elo mau ke jembatan sana." Ujar Dion tidak kalah kencang juga. Kinan mengembangkan senyumannya dan diam di atas motor itu.
Rumah gubuk dengan banyaknya koran dimana mana. Kinan turun dari motor itu dan melepaskan helmnya. Kinan langsung berjalan ke arah rumah gubuk itu dan mencari anak laki laki kecil yang kemarin ia temui disana.
"K-kakak." Kagetnya saat melihat Kinan sedang celingak-celinguk. Kinan menoleh dan langsung tersenyum hangat.
"Hey, kamu abis kemana?" Tanya nya sambil mensejajarkan diri nya kepada tubuh anak kecil itu. Laki laki itu tersenyum manis, "abis beli makanan kak, ini makanannya."
"Kamu beli apa?"
"Aku beli nasi pakai ayam kak. " Jawabnya dengan antusias. Kinan terkekeh dan menoleh kearah Dion.
"Kenapa beli satu?" Tanya Dion kepada anak kecil itu. Seketika wajah anak kecil itu berubah menjadi sedih dan sendu.
"U-uang aku hanya cukup untuk membelikan makanan satu kak. Ibu aku belum makan dari kemarin." Jujurnya. Kinan dan Dion langsung tersentuh dan menatap satu sama lain.
"Kamu tinggal berdua?"
Anak kecil itu menggeleng. "Aku tinggal ramai ramai sama anak jalanan kok. Cuma, hanya aku saja yang membawa ibu. Karena teman aku semua sudah yatim piatu." Ceritanya jelas.
"Apa kakak boleh tahu nama kamu?" Kepo Kinan terhadap bocah itu.
Anak kecil itu mengangguk. "Nama aku Ian kak. Umur aku udah 7 tahun, oh iya kakak berdua mau kenal sama ibu aku?" Tawarnya. Kinan mengangguk semangat dan langsung mengekori Ian untuk masuk ke dalam rumah gubuk.
Seorang paruhbaya yang sedang tertidur dengan pakaian usang. Kinan merasa kasihan dengan ibu itu. Apalagi melihat rumah ini, rumah yang sangat tidak layak bagi Kinan. Apa Kinan harus membantu nya.
"Ibu..."
Ibu itu terbangun dan langsung mengusap anak satu satunya itu. Sebelum bertanya, ibu itu menoleh ke arah Kinan dan Dion.
"Siapa kalian? Apa anak saya berbuat aneh aneh?" Tanya ibu itu dengan raut wajah khawatir. Kinan menggelengkan kepalanya. "Tidak Bu, saya hanya ingin berkenalan dengan kalian."
"Maaf ya nak, rumah kami jelek dan tidak pantas."
"Tidak apa Bu," ucap Dion lembut. Kinan langsung tersenyum. "Kenapa ibu bisa sakit?"
"Sebelum ayah Ian meninggal. Ibu dan Ian harus mengalami hal ini. Awalnya kita adalah keluarga yang bahagia. Setelah ayah meninggal, kita menjadi susah dan apalagi ibu sudah sakit sakitan dan rumah harus terjual."
"E-eh maaf. Ibu jadi cerita," kekehnya dan tersenyum. Kinan tersenyum dan langsung celingak-celinguk.
"Apa itu semua anak jalanan?"
"Iya, mereka semua anak jalanan. Ibu yang menyuruh mereka untuk tinggal bersama. Ibu merasa kasihan jika mereka dijadikan budak dan dijadikan pengemis karena suruhan preman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Secret [End]
Teen Fiction(3) cerita ini memang cerita tentang perjodohan tetapi di dalam cerita ini ada sebuah kejanggalan atas meninggalnya SARAH CLARAYA. *** BELUM DI REVISI Gimana rasanya nikah sama ketua osis? Rasanya sama aja. Sama sama tidak saling mencintai dan sali...