🐳 Epilog

1.9K 119 6
                                    

DIHARAPKAN DENGERIN LAGU NYA!! ASLI ENAK BANGET.

Suara bising dan teriakkan sudah menggema di rumah sakit Abadi. Para suster juga sudah datang dengan wajah yang sangat khawatir. Sedangkan sang pasien hanya terbaring lemah di atas brakarnya dengan wajah yang sudah berkeringat tak karuan.

"Sabar Nan, suami elo lagi di jalan. Sabar ya sayang, tarik nafas–– Kinan pasti bisa!" Ucap Papay dengan nafas yang tersengal-sengal. Kinan mengelap air matanya dan menganggukkan kepalanya. Dirinya yakin, bahwa dirinya bisa melahirkan dengan normal.

Kinan pingin sekali melahirkan secara normal. Dirinya pingin tahu, berapa sakitnya berusaha mengeluarkan manusia yang sudah 9 bulan berada di perutnya. Sudah sekian lamanya Kinan menunggu anaknya lahir dan berada di dunia.

"Baby, tahan ya. Daddy mu sedang di jalanan, jangan keluar dulu ya." Gumam nya dengan keringat yang sudah bercucuran. Para suster juga sudah membawa Kinan ke dalam ruang bersalin dan siap untuk di tangani oleh dokter pribadi Kinan selama check disini.

"Waktunya sudah lahiran, apa pak Dion datang?" Tanya dokter muda itu kepada Kinan dan Papay. Papay menggelengkan kepalanya.

"Pak Dion, segera datang Bu." Jawab Papay kepada dokter muda itu. Dokter muda itu hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan ke arah para suster yang sudah mengambil alat alatnya.

"Kita akan melahirkan secara normal, ibu," ujarnya kepada Kinan. Kinan hanya pasrah dan tetap mengeratkan pegangan nya kepada Papay.

Berbeda dengan Satya, Fadil dan Dion. Mereka bertiga sudah berada di mobil, setelah mendapatkan kabar bahwa Kinan akan melahirkan, Dion langsung berlari meninggalkan kelas nya dengan wajah yang sudah frustasi. Dosen yang mengajar pun terheran heran lalu acuh karena itu tak penting.

"Buruan. Elo bisa buruan gak si!" Gertak Dion kepada Satya. Satya mendegus dan menoleh ke arah samping, Dion sudah menahan kesalnya karena Satya membawa mobilnya lambat.

"Iya sabar, macet bego. Lagian kenapa malah dadakan si, kaya tahu bulet aja." Sahut Satya dengan kesal.

"Sumpah si, gue kaget banget. Lagi belajar tiba tiba Dion lari, dikira kebelet berak, ternyata Kinan lahiran." Dion hanya acuh dan tidak mendengarkan Fadil yang sudah berceloteh tidak jelas.

"Macet." Ucap Satya tiba tiba. Padahal, sedikit lagi mereka akan sampai di rumah sakit Abadi. Tanpa lama lama, Dion langsung membuka pintu dan berlari meninggalkan mobil membuat kedua laki laki yang berada di mobil melototkan matanya.

"Biarin Aja, dia ini yang capek." Seru Satya karena Fadil hendak ingin keluar juga. Fadil menganggukkan kepalanya dan memainkan ponselnya kembali karena Papay menelponnya.

Dion berlari dengan wajah yang sudah bercucuran keringat nya. Laki laki itu berlari tanpa mempedulikan tatapan tatapan para orang orang yang sudah menatapnya dengan heran.

"Mas, kalau lari pake celana pendek aja mas. Biar gak gerah," celetuk ibu ibu dengan botol air di tangannya. Dion menoleh dan langsung menatap segerombolan ibu ibu senam di sampingnya.

"Istri saya lagi melahirkan Bu, saya duluan." Lari Dion kembali dengan cepat membuat para ibu ibu senam itu mengaga dengan lebar.

"Ternyata nikah muda, masih ganteng pisan." Seru ibu ibu satunya lagi dengan decakkan yang kagum.

Tin.
Tin.
Tin.

Suara klakson berbunyi dengan kencang di kala Dion asal menyebrang. Dion langsung menyatukan kedua tangannya meminta maaf dan melanjutkan larinya. Untung saja, dirinya tidak tertabrak.

"Kinan! Kinan." Teriak Dion saat sudah sampai di koridor rumah sakit. Para pengunjung rumah sakit Abadi langsung menoleh dengan wajah yang terpana, Dion sudah sangat tampan walaupun wajah nya sudah kusam dan berkeringat.

Married Secret [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang