Cia menangis dengan sesenggukan saat mengetahui fakta bahwa besok Abang tersayangnya harus pergi meninggalkan dirinya sendiri di ibu kota Jakarta. Sudah berapa kali, Devan menenangkan gadis kecilnya itu, Cia terus menangis dan menahan Devan dengan cara memeluk.
Siang ini, mereka sudah berada di bandara. Lebih tepatnya hanya Cia, Dion, Kinan dan Devan sedangkan baby Arga sudah Dion titipkan kepada Oma Jesi di mansion Samudra.
"Gue harus pergi, cuma 3 tahun gue di Bali. Gue titip Cia." Cia menangis di saat Devan benar benar harus pergi.
Dion menganggukkan kepalanya. "Tanpa elo perintah, gue juga akan jaga adik gue." Devan tersenyum dan memeluk Dion ala laki-laki.
"Bang Devan kok gitu, bang Devan gak kasihan? Besok, Cia lulus SD loh." Tahan nya agar Devan merasa kasihan. Devan tersenyum dan menatap Cia dengan intens.
"Gak gitu Ci, tapi ini emang udah keputusan Abang sama pihak rumah sakit. Abang cuma 3 tahun kok di Bali, kamu jangan nakal ya disini. Setelah 3 tahun, Abang akan balik ke Jakarta." Cia menganggukkan kepalanya dan memeluk Devan kembali dengan erat. Cia juga merasa kesal, kenapa pihak rumah sakit di Jakarta harus mengoper Devan ke Bali. Kenapa tidak disini saja?
"Lagi pula-- umur Cia kan udah 12 tahun. Tandanya udah besar dong." Cia kembali menganggukkan kepalanya dan memeluk Devan erat.
Umur Cia sudah masuk 12 tahun sedangkan Devan sudah berumur 24 tahun. Cia menangis, padahal besok adalah hari dimana dirinya akan melakukan wisuda di sekolahannya dan masuk ke masa SMP. Tetapi impiannya salah, dirinya malah ditinggal pergi oleh Devan selama 3 tahun di Bali. Berarti, selama dirinya menjadi anak SMP, Devan tidak ada di sampingnya.
"Abang, jangan lupain Cia yah," mohonnya dengan mata yang masih mengeluarkan air mata. Devan tertawa dan mencium puncuk kepala Cia dengan lembut.
"Tadinya mau cium bibirnya, sebelum Abang pergi, tapi-- ada Dion," bisik Devan tepat di telinga Cia. Dion dan Kinan hanya duduk menatap interaksi mereka berdua. Cia menahan tawanya dan langsung mencium bibir Devan dengan sekilas membuat Dion dan Kinan membulatkan matanya.
"Cia!?" Pekik Kinan dan Dion bersamaan. Sedangkan Devan sudah terdiam menahan detakkan jantungnya. Asli, dirinya menjadi salah tingkah kepada anak itu.
Cia tertawa. "Bentaran doang kak," tawa Cia renyah dan menggarukkan kepalanya. Tak lama, pesawat menuju Bali sudah berbunyi membuat Devan dan Cia menoleh.
"Abang Devan beneran?"
Devan tertawa dan menyeret kopernya. "Beneran, yaudah, Abang pergi dulu, Cia jaga diri. Inget! Belajar beladiri dari sekarang. Selama 3 tahun, kita LDR." Cia menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangannya dengan bibir yang melengkung kebawah. Sedangkan Kinan dan Dion sudah tersenyum dengan memeluk Cia agar gadis itu tidak menangis.
***
Bali.
Devan tersenyum dan menarik nafasnya panjang panjang. Setelah sudah, dirinya langsung membuka dompet kesayangannya dan menatap foto yang tertera di dalam dompetnya, foto Cia.
"Abang janji, setelah Abang balik ke Jakarta, Abang akan bawa Cia ke suatu tempat," gumam nya dan menutup dompetnya. Hari ini, dirinya akan LDR dan sibuk dengan pekerjaannya menjadi dokter bedah di salah satu rumah sakit di Bali.
Bruk.
"Awsh," ringgis seorang wanita dengan pakaian jas putih. Devan menoleh, dirinya bisa menebak bahwa itu adalah seorang dokter. Karena di apartemen ini, hanya berisi anggota dokter dan calon dokter yang sedang bertugas disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Secret [End]
Fiksi Remaja(3) cerita ini memang cerita tentang perjodohan tetapi di dalam cerita ini ada sebuah kejanggalan atas meninggalnya SARAH CLARAYA. *** BELUM DI REVISI Gimana rasanya nikah sama ketua osis? Rasanya sama aja. Sama sama tidak saling mencintai dan sali...