The beginning

51 42 1
                                    

Back to Ga in POV

Sinar matahari masuk di sela – sela jendela kamar membuatku terbangun karena silau. Aku mencari letak ponselku untuk memeriksa balasan dari sahabat – sahabatku tetapi aku teringat pesan yang dikirim junkook sunbae padaku, akupun mengurungkan niat untuk menghidupkan ponselku.

Hari ini adalah hari terakhirku berada di wellington, aku dan janne akan berangkat ke bandara pukul 2 siang nanti.

“ bagaimana hari mu berada di wellington ga in ?” sapa istri kakaku

“ menyenangkan, aku berasa melupakan semua tugas kuliahku eon”

“ jika seperti itu sering – seringlah berkunjung” balasnya dengan nada yang lembut

“ bukankah terlalu jauh untukku sering berkunjung eonni” jawabku sambil tertawa

“ haha kau benar ga in-ah, em dan ajak jungkook jika dia sedang mengunjungimu” ucapnya tiba – tiba.
Aku hanya mengganguk mendengar perkataan eonni barusan

“ sampai kapan aku harus berbohong pada eonni” batinku.

Setelah percakapan yang menegangkan itu, aku pun berinisiatif menelfon keluargaku yang ada di korea.

Sebenarnya aku mencoba mengalihkan perhatian eonni agar tidak selalu membahas tentang jungkook sunbae.

Melihat keluargaku sedang mengobrol bersama rasanya aku sangat ingin kembali ke korea, aku sangat merindukan suasa disana. Meskipun sekarang sahabat – sahabatku telah mengabaikanku.

Tibalah saatnya bagiku dan janne untuk kembali ke Auckland dan menjalani aktivitas kami. Diperjalanan menuju bandara aku kembali menghidupkan ponselku, yang tiba – tiba saja sudah sangat banyak notifikasi masuk.

*jungkook sunbae
*BORAHAE
*Taehyung

Ketika melihat nama jungkook sunbae di notifikasi, ingin sekali rasanya kubuka tapi aku teralihkan dengan notif dari grup chat aku, in ha, dan mun seok.

“ hai ga in, bagaimana kabarmu ?” balasan in ha

“ aku merindukanmu ga in” balas mun seok

“ ga in kau masih tidur ?”

“ ga in pria tampan disana banyak tidak ? apa lebih banyak di korea ?”

Pertanyaan mereka yang bertubi – tubi membuatku tersenyum sendiri, aku merindukan mereka bahkan in ha membalas pesanku walau hanya sebatas menanyakan kabar. Aku pun mulai membalas pesan mereka satu persatu sampai pada saatnya aku harus membuka pesan dari jungkook sunbae.

“ bagaimana kabarmu ga in ?”

“ aku mohon jagalah kesehatanmu”

“ jika aku memiliki kesempatan, bolehkah kita bertemu ? ada hal yang ingin kubicarakan”

Setelah membaca seluruh pesan jungkook sunbae, aku bimbang haruskah ku jawab atau ku abaikan saja.

“ ga in, mengapa kau melamun terus ?” tanya janne sambil memegang pundakku
Pertanyaa janne sedikit membuatku terkejut.

Mungkin karena melihat wajahku yang kebingungan akhirnya janne pun bertanya

“ ada apa ? siapa yang mengirimimu pesan sampai – sampai wajahmu seperti ini” tanya janne sambil menatapku

“ tidak janne, hanya teman lama”

“ tidak ga in, aku yakin bukan hanya teman lama” bujuknya

“ dia seseorang dari masa laluku yang sangat ingin kulupakan” ujarku pada janne

“ apa isi pesannya ? bolehkah aku tau ?” tanyanya dengan wajah memelas

“ dia ingin bertemu untuk bicara”

“ lalu apa yang kau pikirkan ?”

“ kau tidak mengerti janne, ini sangat sulit” jawabku menahan air mata sambil mengingat kejadian dulu.

***


Flash back on

Hari demo eskul di sekolahku sangatlah meriah, sangat banyak pertunjukan yang ditampilkan. Semua kegiatan disekolah menampilkan yang terbaik agar dipilih oleh para siswa – siswi yang baru bergabung di SMA KYUNGSO SEOUL.

“ in ha ayo kita ke ruang jurnal saja” celetukku pada in ha yang sedang berdiri di pinggir lapangan

“sebentar ga in, sampai yi an selesai. Oke ?” bujuknya

Aku pun mengangguk tanda setuju. Aku kurang tertarik untuk bergabung di tempat – tempat yang sangat ramai seperti saat ini, sebenarnya karena kurang percaya dirinya aku yang membuatku seperti ini.

Sambil menunggu in ha aku pun membuka ponselku untuk memeriksa keberadaan mun seok, tetapi tiba – tiba keadaan di lapangan menjadi semakin ramai dan membuatku semakin tidak nyaman.

“ yaaa in ha ayo kita ke ruang jurnal” paksaku pada in ha

“ ada apa ga in ? lihat ga in ada jungkook sunbae” jawabnya sambil menunjuk sekumpulan pria yang akan melakukan pertunjukan.

Ya dia JUNG JUNGKOOK, siapa yang tidak kenal dia, dia seorang sunbae berdarah biru leader dari grup B-boy di sekolah. Bohong jika aku tidak tertarik, bahkan mungkin semua wanita seantero SMA KYUNGSO tertarik padanya.

Tetapi aku tidak ingin menjadi orang bodoh yang menghabiskan waktuku hanya untuk berharap agar orang seperti dia melihatku.

Karena sudah merasa sangat tidak nyaman akhirnya kuputuskan untuk pergi ke ruang jurnal seorang diri tanpa in ha. Aku memasang earphoneku untuk mengalihkan suara – suara bising yang sedang terjadi di sekelilingku.

Sesampainya diruang jurnal tidak ada satu orang pun disini, akhirnya kuputuskan untuk merebahkan sebentar badanku di atas sofa, ketika baru akan memejamkan mataku tiba – tiba ada orang yang membuka pintu.

Bruk !!!

“ yaaaa” teriakku

Ketika melihat siapa yang terjatuh di depanku, aku sanga terkejut begitu pula dengannya. Mata kami bertemu yang menunjukan jika kami sama – sama terkejut.

“ mian, 5 menit saja. Orang – orang mengejarku, kumohon” bujuknya sambil memelas

“ baiklah hanya 5 menit” balasku sambil mengaktifkan timer.

“ apa yang kau lakukan ?”

“ menghidupkan timer”

“ untuk apa ?”

“ kau bilang hanya 5 menit kan ?” jawabku dengan nada dingin

“ yaa, kau ini benar – benar”

“ terserah” jawabku sambil mengangkat kedua bahuku.

Setelah mendengar segerombolan orang yang berlari – larian diluar sana dan bertepatan dengan suara timer yang berbunyi, kami lagi – lagi terkejut dan tertawa bersama melihat tingkah kami yang konyol.

“ hahaha maaf, bahkan aku sendiri terkejut” ujarku merasa bersalah

“ maafkan aku juga, bahkan aku masuk tanpa izin” jawab jungkook sunbae sambil tertawa

“ hai aku jungkook” sapanya memberikan tangannya

“ aku ga in” jawabku tanpa membalas jabatan tangannya

“ ow, dingin” jawabnya tiba – tiba

“ hah ? kenapa ?”

“ tidak, oh ga in terima kasih” balasnya lalu keluar dari ruang jurnal.

Ketika jungkook sunbae sudah keluar dari ruang jurnal, aku langsung melompat kegirangan. Bagaimana tidak, seorang jungkook yang digilai banyak orang datang keruang jurnal dan berkenalan denganku.

Memang secara tidak sengaja, tetapi tetap saja dia ramah padaku.

Lamunanku terhenti karena kedatangan mun seok dan ga in.

“ kau sudah disini ?” tanya mun seok

“ aku mencarimu ga in” gerutu in ha

“ maaf, aku sangat risih tadi dilapangan” jawabku sambil mencari posisi

“ bagaimana tidak ga in jungkook sunbae yang tampil, sayang sekali kau tidak melihatnya” jawab in ha

Sambil memejamkan mata aku berpikir haruskah ku beritahu mun seok dan in ha atas kejadian yang baru saja terjadi.

“ yedera, aku mau cerita” ujarku tiba – tiba

“ kenapa ? kau menemukan sunbae tampan yang kau sukai ?” tanya in ha

“ yaa.. kau. Tidak tidak!!”

“ tadi jungkook sunbae ada disini” kataku dengan suara yang semakin kecil

“ yak! Kau serius ?” tanya mun seok dengan mata yang membelalak

“ kau sangat lucu ga in” jawab in ha tidak peduli

“ yasudah aku tidak akan cerita lagi” jawabku kembali keposisi awal

Bahkan mereka saja tidak percaya jika jungkook sunbae ada disini, apalagi anak – anak yang lain. Jadi kuputuskan untuk melupakan begitu saja kejadian tadi.


***

Aku keluar dari ruang jurnal ketika melihat jam sudah pukul 5 sore, aku berjalan menyusuri lorong kelas yang sudah berubah menjadi sangat sepi, berbeda dengan tadi siang saat acara sedang berlangsung.

In ha dan mun seok sudah pulang karena mereka harus membeli beberapa bahan keperluan komunitas jurnal. Sedangkan aku hanya bertugas memindahkan hasil video dari kamera ke dalam Hardisk.

Dari kejauhan aku melihat orang yang sedang berkumpul di pinggir lapangan, siapa lagi jika bukan jungkook sunbae dan gengnya. Tanpa berpikir panjang aku mengambil langkah seribu meninggalkan lorong menuju gerbang sekolah.

Aku duduk di halte bus sambil menggunakan earphone kesayanganku, ketika sedang fokus dengan ponselku ada seseorang yang menyentuk pundakku.

“ hai ga in” sapanya

“ oh iya sunbae” jawabku sedikit terkejut

“ maaf menganggumu”

“ t- tidak sunbae, tidak apa apa” jawabku tergagap

“ kau mau pulang ?” tanyanya sangat ramah

“ iya sunbae, ada apa ?”

“ oh maaf, ini tadi aku mengambil topi ini di ruang jurnal” balasnya sambil memberikan topi

“ oh yaampun ini milik temanku sunbae, terima kasih sunbae” ujarku sambil mengambil topi itu

“ aku yang harus berterima kasih, em kapan – kapan boleh ku traktir nonton film ?” tanyanya yang membuatku tertegun

“ a- apa sunbae ?”

“ jika kau tidak mau tidak apa – apa, aku hanya merasa bersalah padamu” lanjutnya menjelaskan

“ bukan begitu sunbae, hanya saja ini sangat tiba – tiba” jawabku kebingungan

Tiba – tiba bus yang ku tunggu sudah datang,

“em sunbae maaf sepertinya tidak sekarang, terima kasih tawaranmu sunbae. Dan kau tidak perlu merasa bersalah karena aku akan melakukan hal yang sama pada setiap orang jika ada dalam kondisi seperti mu kemarin” jawabku menjelaskan lalu berlari naik ke atas bus.

Di atas bus aku membenturkan kepalaku sendiri ke jendela bus, “apa yang ku pikirkan ketika menolak ajakan jungkook sunbae tadi” batinku.

Diluar sana banyak orang yang menantikan momen ini, dengan bodohnya aku menolak ajaknnya tadi.
Hanya itu yang terus kupikirkan di atas bus sampai – sampai aku tidak sadar jika aku sudah sampai di halte tujuanku.

Drtt…..Drttt

“ ya in ha, kenapa ?”

“ aku dan mun seok sudah selesai berbelanja dan kami sedang ada di kedai roti lapis. Jika kau sudah pulang mampirlah kemari, kutunggu” ajak in ha di ujung sana

“ baiklah, aku baru turun dari bus” jawabku sambil berjalan kearah kedai yang ga in bicarakan.

***

Ketika akan masuk ke dalam kedai, langkahku terhenti ketika melihat jungkook sunbae dan teman – temannya berkumpul sambil tertawa di dalam kedai.

Aku berusaha bersembunyi agar mereka tidak melihatku,

“ in ha posisimu dimana ?” tanyaku pada in ha di telfon

“ kau tidak akan percaya ga in, tempatku dan jungkook sunbae sangatlah dekat” jawab in ha dengan nada bersemangat.

“ aish..”

“ aishh ? ada apa ga in ?” tanya in ha terkejut

“ tiba – tiba saja perutku sangat sakit, sebaiknya aku pulang saja”

“ yaampun ga in, iya sebaiknya kau pulang saja” jawab in ha dengan nada sedikit khawatir.

Setelah mendengar jawaban in ha tanpa berpikir panjang ku ambil langkah seribu untuk menjauh dari kedai itu. Napasku sudah sesak dan kakiku sudah tidak kuat lagi untuk terus berlari, “ sebenarnya apa yang kulakukan” gumamku seorang diri sambil tertawa konyol.

Flash back off

BE A STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang