25.meeting

42 28 3
                                    

Sudah seminggu dari kejadian antara aku dan taehyung, kami menjadi tidak saling menyapa.

Sangat canggung rasanya harus menghubungina duluan tapi jadwal keberangkatan kami ke korea sudah semakin dekat.

“tae..” sapaku di telfon

“emm” jawabnya dingin

“bagaimana kabarmu ?” tanyaku basa basi

“em baik, kau bagaimana ?”

“baik, ada yang ingin ku tanyakan” kataku to the point

“apa ?”

“mengapa kau masih sangat dingin ? kau benar benar” gerutuku kesal atas sikap taehyung

“jika ingin bicara keluarlah dari kamar, aku ada dirumah mu” jawabnya sekaligus membuatku sangat terkejut.

Ku berlari kearah pintu kamar tanpa mematikan telfon di genggamanku, kulihat senyum khasnya sambil menggoyangkan ponselnya ke arahku.

Dia kembali, taehyungku kembali dengan kejutan – kejutannya.

“apa aku baru menyebutnya dengan kata taehyungku. Aigoo!!” batinku sambil menjitak kepalaku.

aku keluar kamar dan langsung menghampirinya,

“mengapa tadi kau menjawab dengan begitu dingin ?” tanyaku kesal

“aku disini ga in, bahkan aku mendengar semua pertanyaanmu dari sini. Jadi ya begitu”

“kau membuatku terlihat seperti orang bodoh”

“sejak kapan aku bilang kau pintar ?” tanyanya menggodaku

“ya !!!” teriakku sambil memukul tangannya keras.

Kami kembali seperti biasanya, rasanya seperti tidak terjadi hal apapun antara aku dan taehyung.

Ini sangat membuatku bahagia.

***

A

ku, janne dan namjoon menunggu jungkok di lobby apartemen, hari ini adalah hari keberangkatan kami ke korea.

“eomma, appa. Hari ini aku akan ke korea bersama teman temanku” kataku dalam telfon.

“ooo, jinjja ?” jawab eomma tidak percaya

“kau tidak bercanda ga in ?” tanya appa

“aku serius, aku sangat merindukan kalian”

“baiklah tal, hati hati ya. Kabari kami jika sudah sampai di korea” jawab mereka dengan sangat antusias.

Saat akan memasukan ponsel ke dalam tas, aku teringat pada kedua sahabatku.

“yaa.. aku akan kembali ke korea” isi pesanku dalam grup

“kau serius ga in ? tanya mun seok

“ku mohon jangan bercanda”  balas in ha

Saat membaca balasan in ha entah mengapa hatiku menghangat, aku sangat merindukannya.

Aku pergi tanpa menyelesaikan masalahku dengannya itu yang membuatku sedikit terbebani.

“100 persen aku serius”

“aku tidak percaya ga in, bahkan kau tidak pernah mengirimi kami pesan apalagi menelfon kami” gerutu in ha
Bukan kesal aku malah senang.

Mendapatkan omelan dari in ha, sudah sangat lama aku tidak mendengar omelan seperti ini dari in ha.

“mian, akan kuceritankan semuanya setelah sampai disana”

BE A STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang