Dunia pertama 18

12.8K 1.6K 54
                                    

Pagi hari lagi, ini adalah hari terakhir berada di sini, mereka akan pulang besok pagi-pagi sekali.

"Nah... Ayo pergi sekarang" Arin menarik tangan Sasha, Siapa bilang Arin adalah orang yang pendiam? Lihat saja sekarang, karena tadi malam kami bercerita tentang Kafe Pet di dekat sini, dia sangat bersemangat untuk pergi ke sana. Bahkan sejak kembali dari makan malam dia hanya menceritakan tentang Coco kucingnya yang sedang dia titip di rumah sakit hewan dan sekarang, dia bersemangat untuk belajar dengan pemilik atau pelayan kafe itu.

"Tunggu sebentar, dimana tasmu?"Sasha mengingatkannya

"Oh iya, lupa bentar"

Dia pergi ke nakas yang ada samping mejanya, tempat dia menyimpan tas dan kamera.

"Sudah siap, ayo pergi sekarang"

Dia kembali menarik tangannya Sasha dan Kiki, mereka berjalan di koridor dengan harmonis, lalu saat berada di tangga, dia berpas-pasan dengan Lana.

"Kak Lana... Apa kamu ingin ikut bersama kami? Kami akan ke kafe Pet " Arin mengajaknya dengan antusias dan mata yang berbinar-binar, hanya saja dia bertemu dengan sepasang mata dingin.

"Tidak, Menjauhlah dariku!" Nada suaranya sangat dingin

"Oh... Yaudah kami pergi dulu, kak Izkel dan senior lain pasti sudah lama menunggu. Kami pergi dulu, Bye kak Lana" Arin masih menanganggapi dengan ceria, seolah-olah tidak mendengar dan merasakan kedinginan Lana saat menolak tadi.

Melewati Lana bersama Sasha dan Kiki.

Mereka tidak tahu kalau sebuah seringai terbentuk di wajah cantik Arin saat melewati Lana.

Lalu Lana yang melihat mereka bertiga pergi merasa sedikit menyesal karena menolak ajakannya.

Lana tidak jadi kembali ke kamar dan malah pergi ke arah kepergian Arin dan yang lainnya.

Di sisi lain, Arin dan Izkel berjalan beriringan. Mereka tidak tahu kenapa bisa berjalan beriringan, padahal tadi mereka berada di jarak yang lumayan jauh.

Walaupun begitu mereka tidak terlalu memperdulikannya dan hanya berjalan seperti biasa.

Lalu kemudian mereka sampai di kafe hewan itu, ini membuat mata Arin semakin berbinar-binar. Dia sangat bersemangat, semua orang yang berada di sini merasakan pancaran semangat dari Arin. Mereka semua tersenyum lembut.

Memasuki kafe, mereka di sambut oleh pelayan dan beberapa kucing dan anjing. Arin membungkuk dan mengambil kucing kecil yang menggesekkan kepalanya ke kaki Arin, kebetulan warna kucing ini adalah warna favoritnya jadi dia bahkan menjadi lebih menyukai kucing ini.

Pelayan mengarahkan kami ke meja untuk enam orang,Arin berjalan mengikuti sambil membawa kucing di tangannya.

Setelah duduk pun dia meletakkan kucing di pangkuannya, dia mengecek nama di kalung kucing itu. "Mien" Oh nama yang bagus.

Kami memesan makanan, setelah makanan datang kami mulai makan, semua kucing dan anjing sini tidak ada yang mengganggu kami makanan, mereka hanya berdiam diri, tidur, bermain. Tatapan Arin berhenti di pelayan yang sedang mengurus anak kucing di sudut ruangan.

Arin berdiri membuat semuanya mata jatuh di tubuhnya, Arin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aku tidak lapar, kalian lanjutkan makan saja dulu. Aku akan ke sana" Arin menunjuk ke arah pelayan yang sedang merawat anak kucing membuat mereka semua akhirnya mengerti.

"Kamu makan dulu, kamu belum sarapan kan? Aku akan membantumu menanyakan cara mengurus Coco nanti" Izkel berkata dengan lembut, Arin yang mendengar itu hanya bisa pasrah dan ikut makan bersama mereka.

Rebut pahlawan itu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang