Dunia pertama 14

12.6K 1.7K 11
                                    


Selesai makan, mereka kembali ke kamar. Lana tidak ada, sepertinya dia lagi pergi entah kemana.

Tidak ada yang membahas Lana, Arin ingin bertanya tentang Lana, mulutnya sudah terbuka tetapi tidak ada satupun kata yang keluar. Akhirnya dia tidak jadi bertanya, Kiki dan Sasha yang melihat itu hanya merasa bingung, mereka tahu apa yang akan dikatakan Arin tetapi karena Arin tidak jadi berbicara, mereka juga tidak memikirkannya lagi. Mereka bergiliran untuk mandi, setelah selesai dan mereka telah siap pergi ke lantai bawah untuk makan malam bersama teman-teman satu jurusan lainnya, saat tangan ingin membuka pintu, pintu telah terbuka dari luar, Lana kembali.

Arin menatap Lana, menyeringai di dalam hatinya, tetapi tersenyum lembut di wajah kecil itu.

"Kak Lana, akhirnya datang. Kami akan pergi ke lantai bawah untuk makan malam, Ayo pergi bersama"

Arin mengajaknya dengan murah hati, tetapi tentu saja ini tidak akan cukup untuk menghapus rasa benci yang ada di hatinya Lana. Jadi dengan wajah dingin dan kasar dia berkata "jangan terlalu sok akrab"

Setelah itu entah sengaja atau tidak, dia menyenggol bahu Arin saat masuk ke dalam kamar, gerakan kasar itu membuat Arin hampir terhjatuh karena kehilangan keseimbangan. Untungnya Sasha berada belakang yang menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

Karena lagi-lagi dia ditolak, wajah Arin terlihat sedikit sedih. Kiki yang berada di samping dan melihat ekspresi Arin langsung berkata "Ayo kita pergi duluan, Lana akan menyusul nanti."

Arin mengangguk dan berkata "Mm.." dengan lemah.

Setelah menutup pintu, mereka berjalan pergi ke lantai bawah. Hanya saja saat berada di tangga Arin berhenti berjalan dan berkata "Ah... Aku meninggalkan hp dan dompet di kamar, Aku.... Aku akan mengambilnya. Kalian pergi duluan" tanpa menunggu jawaban dari kedua orang itu, Arin langsung berlari kembali ke arah kamar mereka.

Sasha dan Kiki bahkan belum bereaksi, hingga Arin menghilang dari pandangan mereka barulah mereka beraksi.

"Tidak apa, mereka adalah sepupu, tidak akan ada yang terjadi. Ayo pergi dulu" Kiki meyakinkan Sasha yang memiliki ekspresi khawatir di wajahnya. Mendengar perkataan Kiki, Arin adalah sepupunya, Lana tidak mungkin akan menyakitinya. Memikirkan ini membuatnya menjadi lega.

Kedua orang itu melanjutkan perjalanan mereka, di lantai bawah sudah banyak teman satu jurusannya yang berkumpul untuk makan malam.

Mereka mencari-cari tempat, untuk duduk. "Kiki, Sasha, Disini" mendengar itu kedua orang itu menoleh ke asal suara. Ada Bilen, Lion, Izkel yang duduk di sana dengan tiga kursi kosong di mejanya.

Karena sudah ada kursi kosong disana, tidak perlu lagi mencari di tempat lain. Gunakanlah yang ada, lumayan lah... Bisa liat cogan sambil makan Mwehehehehe.

Keduanya mendatangi ketiga pria itu, dan langsung duduk di kursi yang tersedia. Kali ini Sasha mengambil tempat di pinggir, menyisakan kursi kosong yang berhadapan dengan Izkel.

Mereka sedang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di atas, Ada sesuatu yang hebat terjadi.

***

Ketinggalan hp dan dompet hanyalah alasan yang dibuat Arin agar bisa memprovokasi Lana dan agar arin  mendapatkan simpati dan dukungan lebih dari semua orang, dia juga akan mulai merusak lingkaran cahaya yang dimiliki oleh Lana.

Sistem berkata, dia memerlukan energi dari dunia ini, dan energi itu hanya bisa di dapatkan ketika lingkaran cahaya pahlawan wanita rusak. Sekarang yang bertugas merusak adalah Arin, oleh sebab itu sekarang rencana akan dimulai.

Lingkaran cahaya adalah sekumpulan orang-orang yang berada di sekeliling pahlawan wanita, biasanya orang-orang ini akan selalu menolong dan bersikap baik pada pahlawan wanita.

[Tuan rumah, pahlawan wanita sedang memegang hpmu]

'Oh kalau gitu aku tidak perlu capek-capek memikirkan alasan untuk membuatnya mengamuk'

Arin berdiri di depan pintu dengan wajah menyeringai, dia segera membuka pintu.

"Eh?? Kenapa kak Lana memegang hpku?" Arin bertanya dengan bingung.

Arin menghampirinya untuk mengambil hpnya kembali, walau seseorang itu sangat baik dan lembut, orang itu pasti tidak ingin ada orang lain yang mengusik privasinya.

'Sistem apa dia sudah melihat fotonya?'

[Sudah tuan rumah]

'Bagus'

Foto yang dimaksud Arin adalah foto bersama senior saat makan siang tadi,  Awalnya mereka berfoto berenam tapi Kiki berkata Arin dan Izkel terlihat seperti pasangan jika hanya berdua saja. Arin membantah dengan malu dan Izkel juga membantah dengan lembut perkataan Kiki. Karena keduanya membantah dan alasan tidak cocok, Kiki memiliki ide untuk memfoto mereka, hanya berdua, Izkel dan Arin.

Foto pertama berjauhan, Kiki tidak puas dan berkata "Lebih dekat" Arin hanya bergeser sedikit, Kiki berkata lagi "Lebih dekat" Arin bergeser sedikit lagi. Ini membuat Kiki berkata dengan gregetan "Lebih dekat lagi"

Lalu, tiba-tiba jarak antara Arin dan Izkel sangat dekat, tercium parfum aroma woody dari tubuh Izkel. Aroma woody adalah aroma yang memberikan kesan maskulin dan juga lembut. Ini sangat cocok pada kepribadian Izkel.

Wajah Arin memerah, "Baiklah lihat ke kamera"

Arin dan Izkel melihat ke kamera tetapi saat foto di ambil, mereka tidak menatap ke arah kamera melainkan ke arah lain. Arin menundukkan kepalanya telinganya memerah karena malu sedangkan Izkel.... Dia menatap lekat Arin dengan tatapan lembut, jangan lupakan senyum lembut dan tampan miliknya.

Ketika Arin kembali ke kamar, dia merubah wallpaper hp miliknya dengan foto itu. Dia pikir ini akan berguna nanti, dan sekarang terbukti bahwa ini berguna.

Arin merona malu, dia tahu bahwa Lana telah melihatnya, dia harus memainkan drama dengan baik.

"Oh iya... Aku akan mengambil dompet milikku dulu" Arin dengan cepat ingin mengalihkan perhatian dia dengan cepat bergerak ke nakas yang berada di samping kiri ranjang miliknya. Ada vas bunga di sini, tetapi dompet miliknya tidak ada. Sepertinya tergeser dan terselip di sela nakas.

Arin mengambil Vas bunga "Kak Lana, tolong pegang ini" Arin memberikan vas bunga itu ke Lana tetapi Lana tidak menyambutnya dan vas bunga itu terjatuh dan pecah.

Arin yang tadinya sudah membalikkan badannya menghadap nakas berbalik kembali ke arah Lana, Lalu menatap dengan ekspresi tidak percaya pada Lana.

Hanya memegang vas bunga sebentar, vas bunga itu sudah pecah menjadi serpihan.

"Kak Lana... apa yang kamu lakukan? Kenapa tidak berhati-hati, bagaimana jika nanti kamu terluka?!! Jangan ceroboh seperti ini lagi" Arin berbicara seolah-olah sedang menasehati seorang anak.

Lana berbalik tidak ingin berbicara dengan Arin, hatinya sedang tidak mood untuk meladeni Arin.

"Kak Lana mau kemana?" Arin memegang tangannya, dia menahan Lana untuk tidak pergi.

"Kak Lana... Kak Lana.... Kak Lana..." Itulah yang di dengar Lana sekarang, dia mengerutkan alis, mengibas-ngibaskan lengannya agar tangan Lana terlepas. Tetapi tangan Arin tidak pernah terlepas.

"Kak Lana... Akh..." Arin ingin berbicara tetapi tangannya di Cengkram dengan kuat oleh Lana. Jangan pernah memanggilku kak Lana, aku bukan kakakmu, dan jauhi senior Izkel, dia bukan seseorang yang bisa kamu dekati seenaknya"

Setelah berbicara dia menghempaskan tangan Arin dengan kuat sehingga Arin terjatuh ke lantai, tangannya langsung menyentuh pecahan kaca vas bunga itu. Darah keluar mengalir dari sela luka, Arin merintih kesakitan. "Kak Lana" dia menatap Lana yang menghilang di balik pintu.

"Hehe Berhasil, Aww sakit..." Arin berhenti tersenyum, karena saat menggerakkan tangannya, sakit luar biasa terasa di telapak tangannya.

Dia membersihkan luka, mengobatinya lalu membersihkan kekacauan ini, bahkan darah kembali keluar saat membersihkan kekacauan. Arin mengobati ulang telapak tangannya.

.
.
.
.
.
.
.
.

   👇🌟

Rebut pahlawan itu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang