Dunia Kedua 16

5K 981 72
                                    


"Kamu salah pada bagian ini dan ini"
Kevan mulai mengevaluasi pekerjaannya, mengajarkan Arin kembali cara mengerjakan soal itu dengan benar. Arin yang ada di sampingnya menggangguk berusaha memahami.

Bayangan menutupi cahaya kedua orang yang sedang belajar bersama.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Helen bertanya dengan lembut?

Arin dan sistem merinding, kesambet apa nih anak.

"Kami sedang belajar" Arin menjawab sambil senyum.

Helen melirik pada kedua orang di depannya, mereka duduk terlalu dekat pikirnya. Kemarahan menyerangnya, tetapi dengan cepat menenangkan diri.

Padahal jika orang lain yang melihat jarak duduk Arin dan Kevan, mereka rasa jarak keduanya berada di kisaran normal dan sepertinya mata Helen saja yang terlalu bermasalah. Terlalu banyak kecemburuan yang tidak jelas.

"Oh... Aku ingin bergabung juga. Tidak apa kan kak Kevan?" Helen memberikan mata penuh antusias pada Kevan, menunggu persetujuannya.

"Tidak"

Helen sedikit linglung, Kevan menolaknya. Dia melirik Arin, ini pasti karena dia.

Helen membuat ekspresi sedih seperti binatang kecil yang ditinggalkannya oleh tuannya. Dia melihat Arin yang berdiri diam di samping Kevan.

"Aku tau, kemarin kata-kata terlalu buruk." Dia berkata dengan sedih

"Tapiii... itu karena aku sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Maaf" Helen menundukkan kepalanya, terlihat sangat menyedihkan.

Dia berbicara untuk mengaku salah, tapi tidak diketahui untuk siapa dia meminta maaf. Arin tahu itu pasti bukan untuk dirinya, jadi dia memutar bola matanya diam-diam.

[Suaranya terlalu dibuat-buat, menjijikan]

[Teh hijau busuk]

'???' Arin sedikit terganggu, ada apa dengan sistemnya?

Kevan melihat Arin yang linglung di sampingnya.

Helen juga memperhatikan keduanya, dia sedikit kesal karena Arin dengan mudah mencuri perhatian Kevan darinya.

"Aku..." Helen menarik kembali perhatian ke padanya.

"Aku mengerti..."

"???"

'???'

"Tidak apa, jika kamu tidak ingin menerima permintaan maafku. Jika kamu tidak ingin aku ikut bergabung tidak apa, mungkin permintaanku telah menganggumu. Maaf"

'Hah??? Apa dia gila?' Arin sedikit kesal setelah sadar dari keadaan linglungnya

"Tidak, tidak bukan begitu. Dari awal aku tidak menganggap perkataanmu kemarin itu benar-benar dari hati." ya, sebenarnya semua perkataanmu tidak pernah kuanggap ada hahaha' arin tidak mengucapkan kalimat terakhir itu karena tidak sesuai dengan citranya.

"Aku tau, kamu tidak bermaksud menghina desa kami kemarin"

???

Orang-orang yang berada di sekitar ketiganya telah mendengar dari tadi, tidak tau apa permasalahannya. Jadi mereka hanya mendengarkan dengan diam. Namun kalimat lanjutan Arin akhirnya membuat mereka memahami sesuatu.

Gadis kota itu menghina desa mereka kemarin. Benar saja, anak muda dari kota memang memiliki mulut yang patah dan sangat tidak sopan. Tidak baik sama sekali.

Mereka mulai melihat Helen dengan sinis dan penuh ketidakpuasan yang jelas. Mereka berbisik kecil, tetapi masih bisa terdengar oleh Helen.

Arin tersenyum baik.

Rebut pahlawan itu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang