"Kak Kevan, ada apa?" Helen bertanya dengan bingungTidak menghiraukan pertanyaan Helen, Kevan berbicara lagi karena Arin yang tidak menghiraukannya dan terlihat ingin segera pergi dari sini.
"Arin tunggu dulu"
Karena namanya di panggil Arin berhenti bergerak, entah mengapa suasana menjadi aneh. Yah... Mungkin itu karena setelah mendengar nama Arin dari mulut Kevan, dia menatap Arin dengan rasa campur aduk, Bingung, kesal, benci, dan rasa negatif lainnya.
Arin yang memunggungi mereka tidak berbalik, dia juga merasakan tatapan tajam dari Helen pada dirinya sendiri. Menyeringai, dia melakukan gerakan gugup seperti saling mengaitkan jari-jari tangannya.
Benar saja, apa yang dilakukannya berguna. Robby melihat itu merasa kasihan, jadi dia menenangkannya.
"Tidak apa, kemarilah Arin"
Robby tahu alasan Kevan menyuruh Arin tidak pergi itu karena ingin memberinya kompensasi permintaan maaf dari Helen dan akan memastikan bahwa kejadian ini tidak akan terulang lagi.
Arin juga mengerti alasannya, tapi dia masihlah berpura-pura. Dia dengan hati-hati berbalik dan mendekati mereka, untuk membuat Helen lebih memanas, dia sengaja berdiri di antara Kevan dan Robby, sehingga membuatnya terlihat seperti sedang dijaga oleh keduanya dari si nenek lampir Helen yang berada di depan ketiganya.
Kevan dan Robby menatap Helen.
[Baiklah sidang dimulai!!!]
Suara terdengar tiba-tiba di pikiran Arin membuat Arin mengerutkan alis sekilas, untungnya tidak ada yang melihat itu. Tidak menghiraukan sistem Arin masih terdiam di tempatnya tanpa berbicara.
"Helen, minta maaf pada Arin" Kevan langsung berbicara dengan sedikit nada memerintah. Senyuman di wajah Helen memudar, dia menatap Kevan lalu Arin dan beralih lagi pada Kevan.
Mengerutkan alis tidak senang dan berkata "Apa?"
"Minta maaf ke Arin" Kevan mengulangi
Ekspresi Helen semakin jelek "Tidak mau"
"Helen!" Kevan masih dengan nada baiknya
"Aku tidak mau! Emang aku ada salah apa padanya?!" Nada suara Helen meningkat, dia tidak pernah meminta maaf pada orang lain dan sekarang dia harus meminta maaf pada orang rendahan seperti ini??! Apa kamu sedang bercanda!!
Kevan dan Robby mengerutkan alis menatap Helen, keduanya ingin menegur Helen tetapi di hentikan oleh Arin yang memegang lengan baju keduanya, ini membuat tatapan keduanya beralih ke Arin.
"Jangan.... " Arin menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum lembut "Tidak masalah, lagipula pekerjaan hari ini sudah selesai, Jangan bertengkar lagi dengannya"
Mata kedua pria itu sedikit melunak, menghembuskan nafas mereka berdua menatap Helen kembali.
Helen yang mendengar perkataan Arin ingin muntah, "Najis berpura-pura"dia bergumam dan menatap Arin jijik lalu saat tatapan kedua pria itu tertuju padanya dia mengurangi ekspresi jijiknya.
"Helen, semuanya yang datang ke sini itu akan melakukan tugas seperti mereka" Kevan menunjuk orang lain lagi berkerja di lahan "Semuanya punya tugas masing-masing dan itu harus di kerjakan, jangan melempar tugas pada orang lain. Seharusnya tadi kamu mengerjakan tugas bersama Arin tapi kamu tidak melakukannya. Kamu membiarkan Arin berkerja sendirian, kamu lihat... Tangannya terluka sekarang karena harus mengerjakan bagian tugasmu. Kamu sebaiknya minta maaf padanya, jangan mengulanginya lagi"
Helen yang baru saja di tegur oleh Kevan matanya memerah dan berair menahan tangis, sebenarnya ini pertama kalinya dirinya ditegur dan orang yang pertamakali menegurnya adalah Kevan yang sangat disukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebut pahlawan itu!
FantasyArin berkeliling dunia untuk merebut semua pahlawan pria dari pahlawan wanita asli. Menggantikan posisi yang seharusnya menjadi milik pahlawan wanita itu. Dunia pertama: Cerita kampus, merebut dewa kampus sekaligus dewa di hati sepupunya. [Selesai✓]...