Dunia Pertama 02

19.6K 2.2K 163
                                    


Setelah seminggu setelah permintaannya disetujui, Tuan Harley memberikannya dokumen perpindahan universitas dan Seperti yang dia duga, Tuan Harley memindahkannya ke universitas tempat Izkel dan Lana belajar. Tentu saja itu karena universitas mereka adalah yang terbaik. Untuk tempat tinggal, Dia akan tinggal di apartemen Star.

Besok Aria akan berangkat. Dia akan berangkat sendiri tanpa seorang supir atau pengawal. Tuan Harley juga hanya bisa mengantarkannya sampai bandara.

Perjalanan dari kota A ke kota B membutuhkan waktu 2 jam. Setelah turun dari pesawat dia segera memanggil taksi, tidak ada yang menjemput karena dia datang seorang sendiri ke kota B. Bahkan.. sepupunya tidak tau kalau dia akan pindah ke sini.

Taksi berhenti di depan gedung Apartemen Star, tempat tinggal Arin selama berada di kota B. Tidak terlalu jauh dari kampus, hanya perlu berjalan kaki selama 15 menit dari sini untuk pergi ke kampus.

Arin turun dari taksi, tentu saja penampilannya akan secara alami menarik beberapa orang untuk memperhatikan dirinya. Wajahnya memerah malu, mata aprikot sedikit berkabut...Bulu matanya bergetar diam-diam.

tangan mungil yang seperti akan patah jika mengangkat barang berat, walaupun begitu di masih tetap mengangkat kopernya sendiri yang besar keluar dari bagasi taksi pelan-pelan tapi pasti.

Pengemudi taksi sudah menawarkan dirinya untuk membantunya, tetapi Arin menolak dengan tegas

Orang-orang yang memperhatikan Arin yang sedang berjuang, membuat mereka mau tidak mau hanya menyemangatinya diam-diam di dalam hati. setelah Arin dengan susah payah berhasil mengeluarkan koper dari bagasi mobil, hati mereka akhirnya menjadi lega.

Tapi tidak lama setelah itu mereka kembali khawatir karena masih ada beberapa anak tangga lagi yang harus di lewati gadis kecil itu.

Arin mendorong kopernya menuju anak tangga. Dia menatap anak tangga, wajahnya agak pucat karena kelelahan.

"Baik semangat"ucapnya lalu menggulung lengan baju bersiap untuk mengangkat koper miliknya. Baru saja ingin memegang pegangan koper, dia sudah keduluan oleh tangan besar yang ramping.

"Eh?"

Arin terbengong, dia menatap orang yang mengangkat kopernya. Mata besarnya yang jernih bertemu dengan mata pria itu. beberapa saat kemudian wajahnya memerah, dia panik. Arin segera menaiki anak tangga dengan terburu-buru, jika tangan besar dan ramping itu tidak menariknya dan  menstabilkan tubuhnya.. dia akan terjatuh.

Karena hampir terjatuh, tubuh Arin bergetar ketakutan Walau tidak terlalu tinggi anak tangga tetaplah tangga. Jika terjatuh pasti akan menyakitkan.

Membayangkan dirinya terjatuh, wajahnya Arin menjadi lebih pucat.

Pria itu menyadari ketakutannya dan segera menenangkannya.

"Tidak apa.. jangan takut, Apa ada yang terluka?" suaranya lembut membuat hati Arin menjadi lebih tenang. Arin menjauh selangkah dan segera menggelengkan kepalanya

"Mm... Terimakasih" suara lembut memasuki pendengaran pria itu, membuatnya bertanya dengan suara yang lebih lembut.

"Apa kamu akan tinggal disini? oh maafkan aku, sebelum bertanya seharusnya aku memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Aku Izkel, aku tinggal di apartemen ini."

"Aku Arin, aku baru pindah kesini" Suaranya sedikit bergetar, Dia memutar jari-jari putihnya, gugup karena tidak pernah memiliki interaksi yang banyak dengan orang asing.

Menyadari kegugupannya Izkel tersenyum lembut.

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu, berhati-hatilah saat berjalan. Sampai jumpa lagi"

Rebut pahlawan itu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang