Dunia Pertama 04

16.6K 2K 19
                                    

Siang harinya, Paman Jion dan Leon tidak pergi bekerja, dia bilang ingin menghabiskan waktu bersama Arin. lalu Lana pulang, bukan lebih tepatnya dia disuruh segera pulang oleh bibi.

Ekspresinya Lana terlihat malas, Orang tuanya selalu memanjakan Arin lebih dari anaknya sendiri.

"Kak Lana selamat datang" Arin menyambut dengan ceria.

"Ayah, ibu, kakak apa kabar?" Lana tidak menghiraukan Arin yang menyambutnya.

"Kak Lana, " Arin memanggilnya lagi dengan ceria, dia bahkan memeluk lengannya. Lana memberikan ekspresi tidak suka.

Entah bagaimana Arin ini memang tidak peka atau sekedar iseng, intinya Lana sejak kecil kurang menyukai Gadis ini.

"Ibu kenapa memanggilku?" Lana sekali lagi tidak menghiraukan Arin, melepaskan pelukannya dan bertanya ke ibunya.

Arin yang baru sadar Lana menolak untuk berada di dekatnya berhenti mendekati Lana. Dia mundur menjauh dari Lana menundukkan kepalanya dengan sedih. Selain Lana, semua yang berada di sana melihatnya dan membuat mereka menjadi tertekan.

"Lana tidak bisakah kamu bersikap baik sedikit kepada Arin, kamu membuatnya sedih" Leon yang tertekan membela Arin, mendekatinya dan menarik tangan Arin untuk berada di sampingnya

Lana menatap Leon lalu beralih ke Arin.

"Huh.. Dia memiliki mata yang sehat kenapa masih bertanya? Aku tau dia hanya iseng." Sarkas Lana, Arin yang mendengar itu menjadi gemetar dan Leon yang memegang merasakan getaran itu.

"Hentikan, dia hanya ingin bertanya"
Leon membela Arin.

"Ck"Lana membuang muka, Dia adalah Adik kandungnya tapi dia malah berada di pihak sepupunya.

"Cukup, Lana bersikap baiklah pada Arin. Dia akan kuliah di tempat yang sama denganmu, jadi jaga dia baik-baik. Setidaknya selama dua Minggu, kamu harus berada di sampingnya. Dia tinggal di apartemen Star, tidak jauh dari apartemen Moon mu." Paman Jion memberitahu Lana ketika mereka sudah duduk di sofa.

"Dia yang pindah universitas? kenapa aku yang harus menjaganya? Aku tidak mau." Tolak lana

"Lana, Hanya kamu yang dikenal olehnya di sana, Kamu harus membantunya karena kamu adalah kakak sepupunya." Bibi Lin membujuknya.

"Bu, Aku sibuk"

"Tidak ada penolakan, kamu harus menemaninya, kalau tidak Kamu tidak akan mendapat uang saku."

"Ck, Iya..iya.. Hanya dua Minggu. habis itu selesai, tidak ada lagi lain kali."

"Aku harus kembali, Cepatlah"
Lana berdiri dan melihat Arin. Arin yang mengerti segera berdiri dan berpamitan dengan Paman Jion, Bibi Lin dan Leon lalu mengikuti Lana di belakang.

"Kak Lana, Kita akan naik apa?"

"Bis"

"Ah... Anu... kak Lana, aku akan memesan taksi, bisakah kita memakai taksi saja?." ucapnya pelan.

"Kalau begitu naik taksi saja"

ucapan Lana membuatnya lega, dia mengangguk. Lalu beberapa saat kemudian, mobil taksi yang dipesan datang. Mereka naik dan segera pulang ke apartemen mereka.

Taksi berhenti di depan apartemen Star, Mereka sepakat untuk mengantar Arin terlebih dahulu. Arin turun dari Mobil dan membayar biaya taksi, dia membayar lebih untuk biaya mengantar Kakak sepupunya. Lana hanya memperhatikannya, Toh.. dia yang memesan taksi.

"Kalau begitu sampai jumpa lagi kak Lana" ucapnya riang.

Lana hanya berdehem menanggapi, lalu mobil taksi pergi menjauh.

Rebut pahlawan itu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang