Waktu plot segera tiba, Arin yang dari tadi menunggu di tempat terbaik, tidak terlihat oleh mereka tetapi dia bisa mendengar dan melihat keduanya.Tugas Arin sudah selesai sejak tadi siang, dan sebenarnya sejak mereka berkata akan membantunya mengerjakan pekerjaan miliknya, dia telah berhenti menyentuh sayur yang ada di keranjang-keranjang itu, semuanya telah dilakukan oleh para pria yang tadi mengerumuni dirinya. Dia hanya duduk manis, memberikan senyum pada mereka sebagai bentuk dari menyemangati mereka.
"Kak Kevan, aku suka padamu. Em... ini... Ini bukan seperti rasa suka biasa antara adik pada kakak, tetapi suka antara pria dan wanita."
Helen mengaitkan helai rambut yang menjuntai ke belakang telinga, pipinya merona menatap Kevan dengan tersipu malu.
"Kak Kevan, aku... Aku ingin menjadi pacarmu"
Hening... Tidak ada yang bersuara.
Arin yang dari tadi melihat dari tempatnya bersembunyi, mual dan ingin rasanya muntah setelah mendengar nada menjijikan dikeluarkan oleh mulut Helen tetapi dia harus menahan rasa mual dan terus menatap kedua orang yang sedang berdiri di sana. Walaupun jawaban yang akan diberikan Kevan sudah diketahui olehnya, Arin masih tetap ingin melihat ekspresi mereka, tidak, lebih tepatnya dia ingin melihat ekspresi Kevan. Jika dibandingkan dengan suasana malu-malu Helen, Kevan hanya diam menatap Helen dengan tenang membuat Arin mengangguk puas. Hal yang akan menjadi miliknya tidak mungkin terlalu lemah saat diserang oleh trik kecantikan pemalu Helen.
"Kak Kevan, bisakah?"
Suara penuh kehati-hatian Helen kembali terdengar setelah sekian lama tidak mendapatkan jawaban dari Kevan, Kevan masih tenang, dia menatap Helen dan akhirnya membuka mulutnya berkata "Tidak"
Suasana bagus langsung menghilang, Helen menatap tidak percaya pada Kevan. Dia membuka mulutnya untuk berbicara tetapi di sela "Aku hanya menganggapmu sebagai adikku, tidak lebih" Kevan berkata dengan tenang.
"Tidak, aku tidak ingin hanya menjadi adik, Kak Kevan aku sungguh menyukaimu dan ingin menjadi kekasihmu" Helen mendekat dan memegang lengan Kevan "kak Kevan tidak perlu menjawabnya sekarang, kamu, kamu bisa memikirkannya dengan baik, aku tidak akan mendesakmu menjawab sekarang. Aku akan menunggu"
"Tidak perlu dipikirkan lagi, aku menolak, jangan bicarakan ini lagi"
Kevan menolak lagi dengan cepat, Helen ingin berbicara lagi tetapi bagaimana bisa Arin melewatkan kesempatan yang baik untuk muncul? Jadi dia segera menginjak ranting kayu dan menjatuhkan tubuhnya ke tanah lalu berteriak kesakitan, untuk membuatnya lebih terlihat meyakinkan bahwa dia tidak sengaja menguping dia menutup mulutnya dengan tangan, mencegah dirinya untuk membuat suara lebih.
Tentu saja dia tahu, tindakan ini sia-sia karena suaranya telah terdengar dan membuat kedua orang itu menatap ke pohon yang menjadi tempat Arin bersembunyi.
Helen mengerutkan alis, seseorang menguping pengakuan cintanya, tentu saja dirinya tidak akan bahagia. Mengganggu pengakuan cintanya, ini sangat menyebalkan.
Melihat Kevan yang berjalan menuju asal suara, dia juga mengikuti dengan cemberut. Saat melihat pelakunya mata Helen menjadi gelap, sebenarnya yang menguping dan mengganggu pengakuan cintanya adalah orang yang paling dibencinya.
"Kamu, tidak tahu malu menguping pembicaraan orang lain. Apakah kamu tidak ada kerjaan lain? Bukankah orang desa seperti kamu ini tahu? Menguping itu adalah perilaku tidak sopan. huh... Ya benar saja, orang-orang desa itu buruk" Helen bahkan dia tidak peduli dengan Arin yang sedang duduk di tanah dan mulai mengatakan itu. Menurut pemahamannya orang desa itu sangat buruk, menyebalkan, tidak tahu malu, bau, jelek dan menjijikan, sangat tidak pantas dengan mereka yang berasal dari kota Seperti Kevan dan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebut pahlawan itu!
FantasyArin berkeliling dunia untuk merebut semua pahlawan pria dari pahlawan wanita asli. Menggantikan posisi yang seharusnya menjadi milik pahlawan wanita itu. Dunia pertama: Cerita kampus, merebut dewa kampus sekaligus dewa di hati sepupunya. [Selesai✓]...