Taksi berhenti di depan pagar rumah, Izkel membantu Arin melepaskan sabuk pengaman.Supir taksi yang melihat keharmonisan mereka berkata "Semoga hubungan kalian langgeng"
Arin merona malu saat mendengar itu sedangkan Izkel yang mendengar itu tersenyum puas "Tentu saja, terimakasih"
Setelah itu dia membantu Arin untuk turun dari taksi, setelah di bayar taksi itu langsung pergi.
Sekarang Arin yang masih malu, hanya berdiam diri. Izkel menggenggam tangannya dan membawanya ke rumah yang ada di depannya.
Setelah dipersilah masuk oleh penjaga yang mengenali Izkel, mereka langsung berjalan menuju pintu utama, rumah ini besar. Menandakan bahwa Keluarga Izkel sangat makmur seperti dirinya.
Kami disambut oleh bibi pengurus rumah, "Tuan muda anda disini"
Izkel mengangguk dan berdehem sebagai jawaban "Dimana kak Ira?"
"Nyonya muda ada di kamar nona kecil"
"Oh... Kalau begitu, aku akan langsung ke sana"
"Ya tuan muda"
Izkel membawa Arin ke lantai dua dan membuka pintu yang ada gantungan nama yang lucu di pintu.
"Kak Ira"
Yang dipanggil menoleh, "oh kamu sudah datang, eh... Ini Arin bukan?"
Ira yang melihat Arin langsung bertanya, Arin mengangguk dan tersenyum. Sedangkan Lin yang dari tadi bersembunyi di balik selimut langsung membuka selimutnya setelah mendengar nama Arin, gerakan ini membuat Ira sedikit terpana karena dari tadi dia telah membujuknya untuk makan tetapi Lin yang bersembunyi di balik selimut tidak ingin membuka selimutnya.
"Kakak cantik!!"
Dia berseru dan turun dari ranjang langsung memeluk Arin membuat Arin tersenyum dan mengelus kepalanya Lin dengan penuh kasih sayang.
Hanya saja dia merasakan suhu tubuh Lin yang panas membuatnya khawatir, dia merendahkan tubuhnya sejajar dengan Lin.
"Apa kamu sudah minum obat?" Arin bertanya tetapi tidak mendapat jawaban, dia menatap Ira.
"Dia bahkan belum makan, bagaimana dia akan minum obat" Ira berkata dengan lelah.
Dirinya belum tidur tadi malam karena merawat Lin yang sakit, tubuhnya sekarang sangat lelah.
"Lin ayo makan dulu dan minum obat oke?" Arin membujuknya, untungnya Lin tidak mempermalukannya dan langsung setuju. Arin kembali mendidikan Lin di ranjang dan mengambil makanan yang ada di nakas, dia dengan pelan dan hati-hati memberi makan Lin, setelah makan... dia membuat Lin meminum obatnya.
Setelah beberapa saat obatnya bekerja dan Lin tertidur, Arin merapikan posisi tidurnya dan menyelimutinya, tidak lupa mencium dahinya Lin.
Mereka semua keluar dari kamar ini agar Lin bisa tidur dengan tenang, mereka semua duduk di ruang tamu.
"Bagaimana kamu bisa datang bersamanya?" Ira bertanya dengan penasaran.
"Aku yang mengajaknya"
"Oh begitu..." Ira mengangguk mengerti "... Tapi bukankah kamu tidak pernah mengajak seseorang ke sini, apalagi...." Dia menatap Arin yang duduk di samping Izkel lalu ke tangan yang saling terkait. "Kalian pacaran?!!!"
"Ya" Izkel menjawab dengan cepat membuat Ira lebih membelalakkan matanya.
Arin yang duduk di sampingnya Izkel menunduk malu, terakhir kali saat dia bertemu dengan Ira dia masih seorang junior dari senior Izkel, lalu tetangga depan rumah Izkel dan sekarang dia adalah pacar Izkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebut pahlawan itu!
FantasyArin berkeliling dunia untuk merebut semua pahlawan pria dari pahlawan wanita asli. Menggantikan posisi yang seharusnya menjadi milik pahlawan wanita itu. Dunia pertama: Cerita kampus, merebut dewa kampus sekaligus dewa di hati sepupunya. [Selesai✓]...