Suasana ramai terlihat disalah satu jalan yang terkenal sebagai arena balapan liar, suara musik yang keras berasal dari audio mobil menambah suasana, kepulan asap kendaraan dan rokok bercampur menjadi satu. Malam semakin larut tak menyurutkan niat mereka untuk bersenang-senang.
Altezza yang sedang duduk di atas motor ninja milik Dewo ditemani Dika dan Dewo serta beberapa anggota Geng Garesta. Memakai hoodie oversize berwarna hitam membuat Altezza semakin imut.
Dika dan anggota Geng Garesta yang asik menghisap rokok ditemani segelas kopi yang mereka beli di warung, berbeda dengan Dewo yang sibuk mengotak-atik motor yang akan digunakan Altezza untuk balapan nanti.
"Gimana ok?" tanya Altezza setelah Dewo selesai memeriksa mesin motor kesayangannya itu. Ia mengelus pelan motor miliknya itu.
Motor ninja berwarna biru metalik adalah motor satu-satunya milik Altezza dan juga menjadi motor kesayangannya karena motor itu ia dapat dari hasil balapan liar. Motor yang menemani Altezza setiap ia ikut balapan liar dan selalu menang.
"Semua mesin ok kok, lo bisa turun malam ini," ujar Dewo sambil membersihkan tangannya dengan kain lap.
"Gue denger lawan lo tambah nanti bos, ada anak baru yang mau ikutan," ujar Toni, remaja yang memiliki badan besar.
Mereka kini berada di pinggir jalan yang sedikit jauh dari yang lainnya, ada yang duduk di atas motor milik mereka sendiri bahkan ada yang duduk di trotoar jalan.
"Emang iya bang? Gue gak tau," ujar Altezza.
Meski ia sebagai ketua geng, ia masih menghormati orang yang lebih tua darinya, namun tak berlaku pada Dewo dan Dika yang sudah ia anggap sebagai sahabat itu. Kebetulan Toni anak kelas duabelas namun berbeda 3 tahun dengannya. Altezza kini masih berusia 15 tahun, berbeda dua tahun dengan teman-teman seangkatan dengannya.
"Gue denger dari Lizo, anak orang kaya tuh," balas Toni.
"Mantep tuh kalo lo menang Al, kita bisa pesta malam ini!" heboh Dika yang disetujui oleh beberapa anggota Garesta.
"Tenang, percaya sama gue. Gue bakal menangin balapan nanti. Jangan panggil gue Altezza kalo sampe kalah," ujar Altezza sambil menepuk dadanya sombong.
"Percaya sih! Orang lo raja jalanan, iya gak guys?" tanya Toni yang disetujui oleh yang lainnya.
"Mana nih si Dino, takut dia?" Dika bertanya sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok yang menjadi musuh dari gengnya itu.
"Takut kalah lagi kali," celetuk Adit, teman sekelas Altezza yang memiliki wajah tengil itu.
"HAHAHA! Bener banget tuh palingan lagi sembunyi di ketek emaknya," seloroh Altezza membuat yang lainnya ketawa. Ia lalu turun dari motor Dewo dan menghampiri pemilik motor.
"Gue minta rokok dong," ujar Altezza sambil menyodorkan tangannya pada Dewo.
Dewo yang dimintai menggaruk kepalanya gatal, meski Altezza ketua geng ia belum pernah merokok karena usianya yang masih kecil ketimbang yang lainnya. Dan juga mereka khawatir anak menggemaskan seperti Altezza menghirup tembakau seperti itu. Tapi ia juga tak ingin menerima amukan dari kelinci imut dihadapannya.
"Gak boleh, lo masih bocah."
Dewo menghela napas lega saat Geo datang, Geo mempunyai perawakan tinggi besar dan memiliki wajah tampan meski begitu ia merupakan pentolan kelas dua belas yang menjadi jagoan saat tawuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA [END]
Teen Fiction[END] [BROTHERSHIP #01] Si ketua geng Garesta yang hidup sendirian setelah memutuskan pergi dari keluarga pamannya yang toxic. Si brandalan yang hobi tawuran, dan berkelahi, hidup dengan bermodalkan hasil kemenangan dari balap liar. Sosok nakal dan...