Matahari telah berada tepat di atas kepala membuat Altezza segera berjalan memasuki mansion, ia merasa sudah cukup melakukan tour mansion. Ia sudah mengenal seluk belum mansion yang ia tempati.
Garviello memasuki mansion dengan Altezza yang masih berada di dalam gendongannya, Altezza beralasan jika ia masih lelah dan dengan senang hati Garviello tetap menggendong adiknya
Garviello berjalan menuju ruang makan, mereka berencana akan makan siang.
Mata Altezza berbinar ketika melihat Giandra dan ketiga abangnya sudah berada di kursi masing-masing.
"Woah kok udah pada di sini sih?" Tanyanya sambil berjalan menuju kursi kosong di samping Gavin.
"Kamunya dek yang kelamaan keliling mansion sama main basket gak ngajak-ngajak," balas Gavin sambil menyeka keringat Altezza yang menetes karena kepanasan di luar.
"Kalo mansionnya sepetak mah gak lama bang, ini mansion kayak perumahan elit plus fasilitas lengkap jadiin satu, jangan salahin adek kalo lama." Bela Altezza tak terima.
"Iya-iya sekarang kita makan siang," ucap Giandra memulai makan siang.
Mereka makan siang dengan keheningan sesekali Altezza berceletuk membuat suasana lebih hangat dan meriah.
Kini mereka sedang berada di ruang keluarga setelah makan siang. Gabrian, Altezza, Garviello duduk di sofa panjang. Gustav duduk di sofa tunggal di samping kanan dan Giandra yang duduk di sofa tunggal di samping kiri. Sedangkan Gavin ia duduk di atas karpet dengan kepala ia sandarkan di paha Altezza yang berada di belakangnya. Altezza pun sudah mandi dan wangi, dia duduk sambil memakan camilan yang tadi ia bawa dari dapur.
"Eh bentar, kok kalian ada di rumah?" Tanya Altezza setelah sadar kalo semua abang dan daddynya berada di rumah.
"Iya dek, sekarang kan hari libur." Jawab Gustav sambil berbaring di sandaran sofa.
"Oh iyaa, lupa adek."
"Kan kamu dah tua dek."
"Sembarangan, masih ada Daddy yang lebih tua. Kalo adek tua, Daddy bangkotan dong!"
"Heh mulutnya!" Giandra melotot mendengar perkataan Altezza.
Yang lainnya pun tertawa mendengar celetukan Altezza.
"Maaf Dad, tapi emang bener sih kata Ezza," timpal Gavin yang langsung dilempari bantal sofa oleh Giandra.
Siang itu diisi canda tawa keluarga Faresta, suasana bahagia dan kekeluargaan terasa nyata.
***
Altezza menutup pintu kamarnya lalu berbaring di tempat tidur, matanya melirik jam yang masih menunjukkan pukul 2 siang. Ia merasa lelah setelah bercanda bersama daddy dan keempat abangnya.
Sekarang ini ia akan habiskan untuk tidur siang, apalagi kasur yang sedang ia pakai berbaring sepertinya mulai posesif pada dirinya.
Altezza menarik guling lalu dipeluknya, ia akan terlelap sebelum suara getaran ponsel mengganggu dirinya. Ia membuka matanya paksa lalu membuang gulingnya, dengan terpaksa ia turun dari ranjang dan mencari sumber getaran.
Drrtt drrtt drrtt
Sedari kemarin, ia memang tak memegang ponsel jadi ia lupa sekarang ponselnya dimana. Bunyi getaran ponsel berasal dari dalam tasnya ia mengambil ranselnya yang ada di atas sofa lalu membukanya untuk mengambil ponselnya.
Altezza duduk di sofa lalu tangannya dengan cepat menghidupkan layar.
Ia melihat ada satu pesan yang dikirim oleh Dewo, tanpa kata ia langsung membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA [END]
Teen Fiction[END] [BROTHERSHIP #01] Si ketua geng Garesta yang hidup sendirian setelah memutuskan pergi dari keluarga pamannya yang toxic. Si brandalan yang hobi tawuran, dan berkelahi, hidup dengan bermodalkan hasil kemenangan dari balap liar. Sosok nakal dan...