Part 7

72.4K 6.4K 241
                                    

Altezza mengerjapkan matanya saat ia terbangun dari tidurnya. Matanya menatap langit-langit ruang inapnya yang terlihat mewah.

 Matanya menatap langit-langit ruang inapnya yang terlihat mewah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kok gue baru nyadar ini kamar mewah banget, gimana gue bayarnya. Ginjal gue cukup gak ya buat bayar. pikir Altezza dalam hati.

"Kamu udah bangun dek?"

Altezza menengok pada sang pemilik suara, ia mengenalinya dia adalah salah satu dari kelima orang aneh tadi.

"Ngapain lo disini?" tanyanya.

"Bahasanya yang sopan dek, abang gak suka," kata Gavin mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibirnya. Entah mengapa ia tak bisa menampilkan sosok dinginnya dihadapan Altezza, ia malah ingin memperhatikan dan melindungi adiknya itu.

"Suka-suka guelah, mulut-mulut gue yang bacot juga gue. Gak usah sok ngatur."

"Kalo kamu gak nurut abang bakal nyuruh bang Gustav buat jahit mulut kamu."

Bangke ni orang mainnya jahit-jahit mulut. rutuknya dalam hati.

Ia memegang bibirnya tanda tak mau, "Maksud gue-"

"Ezza."

"Ha?"

"Mulai sekarang kamu panggil diri kamu Ezza," perintah Gavin yang membuat Altezza mau tak mau menuruti.

Mimpi apa semalem gue ketemu sama orang-orang serem kayak gini.

"Iya, maksud gu-Ezza kamu siapa?"

"Abang."

Anjing, ni orang ngomongnya irit banget ya. Padahal ngomong kagak bayar, mana gue kagak ngerti dia ngomong apaan.

"Maksudnya?"

"Mulai sekarang panggil saya abang, sama kayak yang lain. Saya Gavin, abang keempat kamu, kamu punya empat kakak, bang Gabrian, bang Gabriello, sama bang Gustav."

"Ribet banget deh, pake abang-abang segala. Gue gak punya abang." Tanpa sadar Altezza mengucapkan kalimat seperti itu.

Gavin menatap datar Altezza membuatnya bergidik takut, "Iya a-abang."

Mendengar hal itu Gavin tersenyum tipis, hal yang sulit dilakukan Gavin selama ini. Setelah sekian lama akhirnya panggilan itu mengalun dari bibir adiknya.

"Tapi kayaknya gu-Ezza pernah liat abang deh."

Sepertinya Altezza pernah melihat mata itu tapi dimana, ia merutuki otaknya yang selalu melupakan hal-hal seperti ini. Tapi ia yakin ia pernah melihat orang yang ia panggil abang.

"WOAHH, GUE INGET! LO YANG KALAH BALAPAN ITU KAN?"

Altezza mengingat mata orang yang ia panggil abang itu, mata yang sama dengan orang yang ikut balapan dengannya tadi malam.

ALTEZZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang