Part 31

29.7K 3.5K 345
                                    

Ceklek.

"Apa hukuman yang pantas untukmu boy?"

Glek.

Altezza menelan ludah saat mendengar suara yang sudah ia kenali, ia menutup pintu depan dengan hati-hati.

Matanya melirik daddy dan keempat abangnya yang sudah duduk berjejer dengan mata tajam menghunus ke arahnya.

"Huaa!! Jangan ngasih hukuman!!"

Altezza setengah berlari ke arah mereka lalu memeluk daddynya agar ia tak kena semprot.

Kini ia berada di pangkuan Giandra dengan kedua tangan ia tautkan di leher Giandra. Namun Giandra yang masih marah pada Altezza melepaskan tautan Altezza lalu dipindahkan ke sofa tunggal.

"Tahu apa kesalahanmu?"

Gabrian selaku kakak tertua bertanya pada Altezza yang kini sudah duduk di sofa tunggal setelah dipindahkan oleh Giandra.

Altezza menunduk sambil memainkan kedua tangannya, ia merasa telah melakukan kesalahan fatal dan sedang di sidang sekarang.

"Altezza tadi cuma bolos Dad, Bang." Tanpa melihat ke arah mereka, ia mencoba membela diri.

Apa salahnya bolos sekolah, pasti setiap orang pernah melakukan hal itu. Bohong jika tidak, dia yakin pasti Daddy dan abangnya juga pernah melakukan hal itu.

"Dan membiarkan pengawalmu mencari-cari kemana tuan muda mereka hm?" tanya Gavin hingga membuat Altezza terpaksa mengangguk.

Dia menjadi sedikit bersalah, camkan cuma sedikit.

"Apa hukuman yang tepat untukmu?" Gavriello bertanya pada Altezza.

"Mau dikurung? Di rantai?"

Altezza yang mendengar perkataan Gustav sontak menggeleng ribut, dikira dia binatang peliharaan sampai dikurung atau di rantai segala. Tapi kan Jeje gak dirantai ya, begitu pikir Altezza.

"Abang tau hukuman apa yang pantas buat kamu." Ucapan Gabrian entah mengapa membuat jantung Altezza berdegup kencang.

"A-apa bang?"

Anjir, ngapain juga gue gugup! Bangke, batinnya.

Entah mengapa Altezza memiliki firasat yang buruk, dia sedikit menelan ludah menunggu apa yang akan Gabrian katakan.

"Panggil semua pengawal yang mengawal Ezza tadi." Perintah Gabrian pada Bondan yang berada di ruang tersebut.

Puluhan pengawal yang tadi menjaganya datang membuat Altezza deg-degan setengah mampus.

Jangan-jangan gue mau dihajar sama para kingkong itu, gusarnya dalam hati.

"Cambuk mereka!"

Perintah Garviello membuat Altezza melotot. Ia melihat bagaimana patuhnya Bobo, ah maksudnya Bondan dengan muka datarnya memerintahkan pada pengawal yang lainnya mengambil cambuk.

Ctarr!!

Ctar!!

Ctar!!

Ctar!!

Muka Altezza menjadi pucat melihat pandangan dihadapannya, ia melihat para pengawal yang dicambuk didepannya.

"STOP BANG!!" teriaknya namun tak ada yang meresponnya.

Daddy dan keempat abangnya hanya duduk dengan wajah datar melihat pengawalnya yang dicambuk dihadapannya.

Matanya memanas melihat para pengawal yang tubuhnya sudah bersimbah darah namun masih berwajah datar tanpa sedikitpun memperlihatkan kesakitannya.

ALTEZZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang