Altezza menjatuhkan rahangnya melihat mobil mewah yang terparkir manis di depan matanya. Meski ia tak mengerti merk-merk mobil mahal namun ia yakin mobil-mobil yang dihadapannya ini hanya orang yang benar-benar kaya.
Saat ini ia, keempat abang dan tak lupa Giandra sudah ada di depan teras rumah.
"Adek bareng abang ya," pinta Gustav sambil menunjuk ke arah mobil miliknya.
Netranya menatap mobil yang ia lihat di ponsel Gustav. Ia akan mengangguk namun ucapan Gavin membuatnya mengurungkan niatnya.
"Gak, Altezza bareng Daddy," titah Giandra membuat yang lainnya mendengus pelan mereka tak terima perintah Giandra.
"Adek bareng bang Gav aja Dad," pinta Altezza membuat Gavin diam-diam tersenyum puas.
"No, adek biar Daddy yang antar,"
"Tapi bang Gavin yang bareng sekolahnya sama adek, Daddy emang masih sekolah?" tanya Altezza membuat yang lainnya menahan tawa.
Ehem
Giandra berdehem pelan, "Oke adek bareng Gavin. Bondan!!"
Bondan yang berada di depan pintu mobil berjalan menuju Giandra, "Saya tuan."
"Apakah keamanan siap?" tanya Giandra.
Giandra memerintahkan Bondan untuk memperketat penjagaan di SMA Galaxy, ia tak ingin kejadian 14 tahun lalu terulang kembali. Dan ia pastikan, tak ada satupun yang bisa menyentuh putra bungsunya bahkan untuk seujung kuku sekalipun.
"Semua sudah siap tuan."
Giandra mengangguk pelan, ia menatap Altezza yang berada di sampingnya.
"Jangan bandel, turutin perintah Gavin, oke?" pinta Giandra sambil mengusap surai hitam Altezza.
"Oke," ucap Altezza sambil menyodorkan tangannya ke depan.
Giandra mengerutkan dahinya namun ia meletakkan tangannya di atas tangan Altezza, berjabat tangan.
"Apaan sih Dad, orang Ezza minta uang saku," keluh Altezza melepaskan tangan Giandra.
Giandra mengendikkan bahu lalu mengambil dompetnya, mata Altezza tak kedip saat melihat banyaknya kartu yang tak ia ketahui apa itu berjejer dan jangan lupa uang kertas berwarna merah yang juga tak kalah banyak.
"Nih."
Giandra menyodorkan salah satu black card miliknya pada Altezza yang langsung ditolak Altezza.
"Ezza minta duit bukan kartu item kayak gini. Mana bisa buat jajan."
Emang dasarnya Altezza yang bego tanpa tahu kartu itu memiliki limit tak terbatas jika ia pakai.
Giandra menggelengkan kepalanya lalu mengembalikan black card beralih mengambil semua uang berwarna merah yang ada di dompetnya. Disodorkannya uang itu pada Altezza yang disambut sumringah olehnya.
"satu..dua..tiga...empat...."
Mulut kecilnya menghitung uang yang diberikan Giandra, netranya yang bulat semakin membulat dengan mulut megap-megap seperti ikan yang kekurangan oksigen.
"Dad, uang saku adek lima juta?"
"Iya dek, emang kurang?" tanya Garviello membuat Altezza menggeleng ribut.
"Ini buat beberapa bulan ya?" tanya Altezza lagi.
"No, itu buat sehari dek," ucap Gustav enteng.
Woah, cepet kaya nih kalo sehari gue dapet lima juta gak usah nyuruh Dika ngepet lagi, batin Altezza.
"Kalo kurang entar minta sama abang dek," ucap Gavin hanya dibalas anggukan kaku Altezza.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA [END]
Teen Fiction[END] [BROTHERSHIP #01] Si ketua geng Garesta yang hidup sendirian setelah memutuskan pergi dari keluarga pamannya yang toxic. Si brandalan yang hobi tawuran, dan berkelahi, hidup dengan bermodalkan hasil kemenangan dari balap liar. Sosok nakal dan...