Part 27

36.4K 4.1K 306
                                    

Brak

Pintu ruang tamu dibuka secara kasar, Altezza yang tadinya melamun terperanjat kaget. Ia menatap garang beberapa orang yang ada di depan pintu.

"Ngapain ke sini?!" sentak Altezza sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kamu gak kenapa-kenapa kan dek?" tanya Giandra sambil memutar tubuh Altezza mencari luka.

"Ezza gakpapa. Kalian dari mana sih? Kok adek ditinggal," kesal Altezza, ia baru sadar sedari tadi daddy dan keempat abangnya tak ada di rumah bahkan saat kamarnya dilempari batu mereka tak datang.

Emang paling bangsat mereka ninggalin gue sendirian, batin Altezza.

"Maafin kita ya dek," ucap Garviello berjalan menuju Altezza yang duduk di sofa ruang keluarga. Dia duduk di samping Altezza yang masih sebal.

"Bodo, emang kalian tu jahat banget sama adek. Ditinggal sendiri terus kamarnya dilempar batu, mana ada suratnya lagi. Mana suratnya pake kode-kode, untungnya adek peka jadi bisa bacanya," cerocosnya masih tak terima dan menjelaskan apa yang terjadi padanya.

"Surat apa?" tanya Gabrian.

"Ini nih!" ucapnya sambil mengambil kertas di saku celananya lalu menyerahkannya pada Gabrian.

Gabrian segera membuka kertas itu, dengan mudah ia tau apa yang ditulis di kertas itu. Dengan cepat ia melipat kertas itu lalu memasukkannya dalam saku jasnya.

"Sekarang adek tidur lagi yuk, masih malem ini," ucap Gavin melihat gestur Gabrian yang menyuruhnya membawa Altezza pergi.

"Gak mau! Masa Ezza suruh tidur di jendela yang bolong, entar kalo mbak kunti nyamperin gimana?!" sembur Altezza, ia tak ingin saat ia tertidur ada perempuan berbaju putih yang menunggunya.

"Kamu tidur di kamar abang," ucap Gavin.

Altezza tersenyum lalu mengangguk, ia merentangkan kedua tangannya pada Gavin. "Abang Gav! Gendong adek yaa."

Tanpa menjawab, Gavin dengan suka rela menggendong tubuh adiknya. Dengan mudah dia berjalan ke lift untuk menuju ke kamarnya.

Setelah kepergian Altezza dan Gavin, keempat orang yang masih di ruang keluarga menggeram setelah mendengar surat yang tadi dibuang Gabrian.

"Kita harus menyingkirkannya bang," ucap Gustav khawatir dengan adiknya, ia tak masalah jika yang mereka incar dia atau yang lainnya tetapi tidak untuk Altezza.

"Itu pasti. Kita ikuti permainan mereka," jawab Garviello diangguki oleh Gabrian.

"Perintah Barraq untuk melacak pelaku pelemparan." Perintah Giandra yang langsung diangguki oleh Gabrian. Dengan cepat dia menghubungi tangan kanannya itu.

"Sepertinya kita harus pindah rumah, Dad," ucap Gustav, ia merasa rumahnya kini tak lagi aman.

"Benar apa yang dikatakan Gustav, kita harus pindah Dad," ucap Garviello.

"Seminggu lagi kita akan pindah ke mansion Faresta," ucap Giandra membuat yang lainnya terkesiap, mansion Faresta adalah rumah utama Faresta dimana mereka tinggal bersama mommy mereka. Semenjak mommy dan kehilangan Altezza, mereka pindah dari mansion itu.

Mereka mengangguk setelah beberapa saat terkesiap, mansion Faresta adalah tempat yang cocok untuk memperketat keamanan Altezza.

Kini mereka akan kembali ke rumah utama mereka, bersama Altezza.

"Perketat keamanan Altezza, jangan sampai kecolongan lagi." perintah Gabrian pada pengawal yang berjaga di ruang keluarga.

Apa mereka harus memanggil tim Alpha?

ALTEZZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang