Part 34

29.2K 3.4K 245
                                    

Altezza berjalan menuju kelasnya, seperti biasanya ia didampingi oleh Bondan dan tiga pengawal lainnya tanpa kehadiran Gavin karena abang terakhirnya itu sedang ada urusan di kelasnya. Sedangkan pengawal lainnya sudah berada di kelasnya lebih dulu.

Ia memasuki kelasnya dengan semangat, netranya memindai ruang kelasnya yang sudah lumayan ramai oleh teman sekelasnya. Ia segera menuju ke tempat duduknya ketiga melihat teman-temannya juga sudah berada di tempat duduk mereka.

“Kok lo sekolah?” tanya Dewo sambil membalikkan badannya menghadap ke arah Altezza yang duduk di belakangnya.

Altezza meletakkan tasnya di atas meja lalu menatap Dewo bingung, “Anjir, maksud lo apa?”

“Kan lo kemarin ketahuan bolos, bos,” jawab Dika melihat tatapan bingung Altezza, Dewo pun menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan teman sebangkunya itu.

Altezza yang mengerti maksudnya mengendikkan bahu, sejujurnya ia masih merinding mengingat kejadian itu.

“Ya bisalah, apa yang gak bisa buat gue,” ucapnya sambil menepuk dadanya, sombong.

“Ngalahin Daddy sama Abang lo, Al.” Mata mereka sontak menoleh pada asal suara, ternyata Adit yang baru sampai di mejanya.

“Bener tuh, gue setuju,” sahut Dika sontak membuat Altezza mendengus meski dalam hati menyetujui itu.

“Tumbenan lo pada gak telat? Takut sama Bu Evi?” tanya Altezza sambil meletakkan dagunya di atas lipatan tangan yang ada di atas tasnya.

“Bangke, lo baru keluar goa apa gimana sih Al, orang Bu Evi udah keluar katanya di pecat,” jelas Dhika membuat Altezza kaget.

“Gak usah ngebatin, gue tau lo seneng, Al” ucap Adit melihat raut Altezza.

Altezza cengengesan, “Kok gue gak tahu sih, Bu Evi juga gak ngabarin gue.”

Dika, Dewo, dan Adit memutar bola matanya malas melihat tingkah ketuanya itu.

Kring…kring…kring

Bel masuk sekolah berbunyi sontak saja para siswa berhamburan masuk ke dalam sekolah. Termasuk Malvin yang memasuki kelas dengan santai.

Dika dan Dewo pun memperbaiki posisi duduknya begitu juga dengan Altezza bangun dari posisinya.

"Baru dateng Vin?" tanya Dika.

"Yoi," jawab Malvin seraya duduk di tempat duduknya.

Selama sepuluh menit mereka duduk namun belum ada tanda-tanda guru masuk ke kelas.

"Jamkos kali ya," ucap Dewo membuat seisi kelas diam-diam mengaminkan perkataan Dewo.

"Semoga aja sih, gue males pelajaran nih," sahut Dhika yang dihadiahi pukulan dari lks yang digulung Dewo.

"Kapan lo gak males Dik," ucap Dewo.

"Gak pake geplakan berapa mas?" tanya sinis Dhika sambil mengelus kepalanya.

Ceklek.

Bunyi pintu dibuka membuat mereka mengalihkan perhatiannya pada pintu kelas. Seorang pria dari ruang piket membuka pintu sontak saja semua orang tersenyum sumringah.

"Ngapain kalian senyum-senyum gitu," ucap pria yang selalu ditunggu-tunggu jika sedang memasuki kelas itu pasti membawa kabar gembira.

"Kayak gak tau aja pak," celetuk Adit sambil memainkan alisnya.

"Kalo saya yang masuk disenyumin, coba kalo guru weh boro-boro disenyumin diliat aja kagak," ucap Pak Gunawan sontak membuat yang lain tertawa.

"Pak!" panggil Dewi membuat Pak Gunawan berhenti berjalan.

ALTEZZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang