"Semua rencana sudah disiapkan," ujar seseorang di dalam kamar mandi sekolah.
"Bagus, jangan sampai kau ketahuan," balas seseorang dari balik telpon.
"Tidak akan, mereka tak akan menyadari karena aku begitu dekat dengannya."
"Kerja bagus."
"Kapan eksekusinya?" tanyanya.
"Besok jalankan rencana pertama."
"Baik, sampai jumpa."
Tut.
Panggilan itu diputus, dia merapikan penampilannya lalu mencuci tangan di kran setelah itu dia membuka pintu toilet pergi dari sana.
***
"Dari mana lo?" tanya Dika melihat Malvin yang masuk ke dalam kelas.
"Toilet."
Dika mengangguk lalu melanjutkan game di ponselnya.
Kring...kring..kring
"Anjing, baru juga mau main," ucap Dhika kesal lalu memasukkan ponselnya
Dika menatap Adit dan Dewo yang baru datang, dia lalu bertanya. "Dari mana lo pada?"
"Kepo kayak dora," ucap Dewo lalu duduk di bangkunya.
"Anjirr, bodolah gak jadi tanya gue," sungut Dika sambil merebahkan kepalanya pada tasnya yang ada di meja.
"Woyy, ini gak ada guru apa?" tanya Adit saat melihat guru tak juga masuk padahal bel sudah berbunyi sedari tadi.
"Kata Bu Partilah, beliau gak dateng karena anaknya baru sakit." Ucap ketua kelas membuat seisi kelas heboh.
Jam kosong lebih menyenangkan ketimbang hari libur, begitu menurut mereka.
"Alhamdulillah," ucap Dika dan Adit serempak membuat mereka diperhatikan oleh teman sekelasnya.
"Anaknya sakit kok malah Alhamdulillah, ogeb-ogeb," ucap Dewo menggelengkan kepalanya.
"Gue gak ngomongin anaknya ya Wo, gue ngomongin jam kosongnya." Bela Dika tak mau disalahkan diikuti anggukan setuju oleh Adit.
Altezza mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk menatap layar ponsel bermain game.
"Bolos kuy," ajaknya sambil meregangkan tangannya yang pegal setelah berlama-lama main game.
"Gass poll."
"Yxg kuyy."
"Bolos kemana?" tanya Dewo sambil memasukkan buku-bukunya ke tasnya, bersiap untuk bolos.
"Burjonan mang Boy kuy," ajak Dika.
"Tapi gimana sama bodyguard lo Al?" tanya Adit melihat kelasnya di kelilingi bodyguard Altezza.
Altezza melirik bodyguardnya dengan malas. "Gampang itu mah."
Hanya membutuhkan waktu lima belas menit akhirnya mereka bisa keluar dari sekolah.
Altezza, Dika, Dewo, Adit, dan Malvin kini sudah berada di belakang sekolah. Dengan seragam yang sudah tak rapi dan tas digendong. Mereka memanjat pagar belakang dan kini mereka sudah di pinggir jalan.
Matahari yang tepat berada di atas kepala membuat mereka berkeringat meski baru sebentar dibawah sinar matahari.
Altezza menyeringai mengingat para bodyguard daddynya pasti kelimpungan mencarinya.
Salah siapa gue dijagain kayak buronan, batinnya.
"Kita jalan kaki nih?" tanya Adit.
"Naek gerobak online aja." Dika memberi usul sambil mengetik sesuatu di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA [END]
Teen Fiction[END] [BROTHERSHIP #01] Si ketua geng Garesta yang hidup sendirian setelah memutuskan pergi dari keluarga pamannya yang toxic. Si brandalan yang hobi tawuran, dan berkelahi, hidup dengan bermodalkan hasil kemenangan dari balap liar. Sosok nakal dan...