Cuaca pagi ini terlihat mendung, awan kelabu menghiasi langit. Angin berhembus kencang menciptakan rasa dingin yang sedikit menusuk tulang.
Suasana duka semakin terasa di area pemakaman khusus keluarga Faresta.
Giandra dan keempat anaknya berdiri menggunakan setelan serba hitam dan menggunakan kaca mata hitam.
Angin berhembus menggerakkan rambut mereka, tak ada yang bersuara.
Semua mata tertuju pada satu gundukan tanah yang terlihat masih baru terlihat dari tanahnya yang masih basah tertutup bunga-bunga segar. Tertulis nama seseorang di batu nisan tersebut.
Altezza Syachdez Faresta.
Ya, hari ini adalah hari pemakaman Altezza. Altezza memilih pergi mengikuti Adisty ketimbang hidup bersama Giandra dan keempat abangnya.
Tak hanya Giandra dan keempat abangnya, di samping mereka ada anggota Garesta yang juga menggunakan setelah hitam menandakan begitu berdukanya mereka.
Mereka semua kehilangan sosok anak, adek, sahabat, partner, pemimpin.
Altezza adalah sosok yang ceria dan juga
Dika menyeka air mata yang menetes dari matanya, ia menatap nisan milik sahabatnya dengan raut sedih.
"Baru dua tahun gue jadi sahabat lo Al, dan sekarang lo udah ninggalin gue," ucapnya lirih membuat Dewo yang berdiri di sampingnya segera merangkul Dika, memberi kekuatan pada Dika.
"Siapa lagi yang bakal nyuruh-nyuruh gue Al, siapa lagi yang bakal traktir gue, siapa yang bakal nistain gue." Tambahnya, meski semua perlakuan Altezza sering kali membuatnya kesal namun ia sangat menyayangi sahabatnya itu. Terlahir sebagai anak tunggal membuatnya sedikit terobati dengan kehadiran Altezza.
Namun sekarang, sahabat sekaligus sudah ia anggap adik pergi meninggalkannya.
Dewo menghela napas, ia memandang gundukan tanah di depannya.
"Kita selalu bertiga Al. Lo, gue sama Dika, kenapa lo tega ninggalin gue sama Dika. Gue udah nganggep lo kayak adik sendiri, tapi sekarang gue harus kehilangan lo. Gue gak pernah bilang sama lo, gue bangga bisa jadi sahabat lo, g-gue gak tahu habis ini gue bakal gimana."
Mata Dewo berkaca-kaca, ia tak tahu apalagi yang ingin dia katakan. Dia belum siap kehilangan sahabat yang begitu tiba-tiba seperti ini.
"Om, bang. Kita pamit ya," ucap Adit mewakili teman-temannya.
Giandra dan keempat anaknya hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya pada makam Altezza.
"Al, kita pamit. Kita bakal sering ke sini kok," ucap Geo diangguki oleh semuanya.
Mereka pun pergi meninggalkan seseorang yang masih berdiri menunduk.
"Maaf tuan, saya tidak bisa menjaga tuan muda dengan baik," ucap orang itu.
"Tak apa Malvin, semua ini sudah terjadi," ucap Garviello membuat Malvin mengangkat kepalanya.
Ya, Malvin adalah salah satu bawahan Faresta yang ditugaskan oleh Garviello untuk menjaga Altezza, namun takdir berkata lain Altezza kini sudah tiada. Malvin diangkat menjadi bawahan Faresta saat ia berumur 10 tahun, saat itu ia sedang mencoba mencuri dompet milik Garviello namun ketahuan. Beruntung saat itu ia tak dibawa ke penjara namun ia dilatih untuk menjadi bawahan Faresta.
Ia beruntung menjadi bawahan Faresta apalagi saat disuruh menjaga tuan muda mereka, rasanya ia senang bisa berada di dekat Altezza.
Namun kini sudah tak ada lagi orang yang akan ia jaga.
Kini di pemakaman hanya tersisa Giandra dan keempat anaknya, mereka masih berdiri menatap tempat peristirahatan dua orang yang mereka sayangi dan juga kasihi.
Altezza dimakamkan di samping Adisty, mommynya.
Gavin jongkok di depan nisan Altezza, ia mengelus pelan nisan itu seakan yang ia pegang adalah Altezza.
"Dek! Sekarang adek gak kesakitan lagi, adek pasti seneng udah ketemu sama mommy. Adek ninggalin abang sama yang lain di sini, sekarang rumah bakalan kerasa sepi tanpa ada adek lagi."
Gustav ikut berjongkok, ia memegang tanah yang ada di depannya.
"Maafin abang dek, abang gak bisa nyelametin adek. Tahukan abang sayang banget sama adek, tapi kenapa adek milih pergi? Adek gak kasihan sama abang? Abang gak tahu ke depannya gimana, sekarang gak ada lagi yang bikin abang senyum cuma liat wajah Ezza." ucap Gustav lirih sambil mencengkram erat tanah yang ia genggam.
Garviello pun berjongkok lalu memegang bunga yang ada di gundukan itu dengan pelan, "Abang gak pernah merasakan hal ini sebelumnya, abang selalu membunuh musuh-musuh abang tanpa tahu bagaimana keluarga mereka kehilangan seseorang. Saat mommy pergi, abang masih kecil begitu juga saat kamu diculik. Namun kita kembali bertemu saat abang sudah besar, perilaku Ezza yang begitu berbeda dibanding bang Brian, Gustav maupun Gavin membuat abang dengan mudah menyayangimu. Abang begitu senang bisa melihat adik kecil abang kembali lagi, namun kenapa kamu pergi begitu cepat? Abang belum menghabiskan banyak waktu bersamamu Ezza, kenapa Ezza jahat sama abang?"
"Adek abang, meski kita baru bertemu sebentar namun kehadiran Ezza begitu membekas di ingatan abang. Maafin abang yang selalu mengekang Ezza, maafin abang yang terlalu dingin hingga abang bingung mengekspresikan kebahagiaan abang ketika bertemu dengan Ezza. Adek abang, Altezza. Abang sayang banget sama Ezza, Ezza baik-baik di sana sama mommy. Abang bakal jaga Garviello, Gustav, sama Gavin. Adek baik-baik di sana, salam buat mommy. Bilang sama mommy, abang kangen." ucap Gabrian panjang lebar sambil berjongkok dengan tangan terulur merangkul bahu Garviello.
Gabrian berjalan lalu berjongkok di antara sela makam Altezza dan Adisty, ia mengelus kedua nisan itu dengan sayang.
"Boy, Daddy minta maaf selama 15 tahun hidupmu kau habiskan tanpa kami, pasti kamu merasa sangat kesulitan. Maafkan Daddy yang baru bisa menemukanmu dan kini kamu sudah pergi meninggalkan Daddy, padahal Daddy baru sebentar bertemu denganmu, baru sebentar mencurahkan rasa sayang Daddy. Ezza sayang, sekarang gak ada lagi yang bikin Daddy kesel, bikin Daddy ketawa, bikin Daddy senyum. Daddy pernah bilang sama Ezza, kalo Ezza pergi Daddy bakal cari kemanapun dan kapanpun itu untuk bisa bertemu Ezza. Tapi sekarang Ezza pergi dan Daddy gak bisa mencegah itu karena Ezza sekarang sudah bersama dengan Mommy. Berbahagialah di sana boy bersama Mommy tunggu Daddy dan keempat abangmu," ucap Giandra lalu berdiri diikuti oleh Gabrian, Garviello, Gustav dan Gavin.
Giandra berjalan mendekati keempat anaknya, ia berdiri di tengah-tengah mereka lalu merangkul Garviello dan Gustav.
"Adisty, aku akan menjaga keempat anak kita dan kamu, tolong jaga Altezza untuk kami. Selamat tinggal," ucap Giandra.
-S E L E S A I-
Kisah Altezza belum benar-benar selesai.
Mungkin ini bisa dikatakan berakhir namun bukan akhir yang sebenarnya
Masih ada hal yang belum dituntaskan, dan dibalaskan.
Masih ada kelanjutan, mungkin dalam bentuk yang berbeda?
Satu lagi,
Faresta tak mungkin membiarkan kesayangannya pergi dengan mudah kan?
P.S.
Jangan hapus Altezza dari perpustakaan kalian.Ada sesuatu yang akan di sampaikan mungkin di part selanjutnya?
~13 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA [END]
Teen Fiction[END] [BROTHERSHIP #01] Si ketua geng Garesta yang hidup sendirian setelah memutuskan pergi dari keluarga pamannya yang toxic. Si brandalan yang hobi tawuran, dan berkelahi, hidup dengan bermodalkan hasil kemenangan dari balap liar. Sosok nakal dan...