"Ngapain lo ngajak dia?" tanya Altezza dengan nada tak suka yang tak ia tutup-tutupi. Matanya melirik sinis pada orang yang ada di depannya.
Adit yang ditanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia merasa sedikit bersalah tanpa seijin Altezza dia mengajak Malvin untuk bergabung dengan mereka.
"Emang kenapa kalo gue ikut gabung?" tanya Malvin dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Dia menatap Altezza yang ada dihadapannya.
"Anjir! Songong banget lo," jawab Altezza kemudian maju memberi pukulan pada wajahnya.
Bugh.
Altezza tersenyum puas setelah menghadiahi pukulan. "Itu ucapan selamat datang dari gue."
Malvin yang menerima pukulan menyeka darah di sudut bibirnya karena pukulan Altezza. Dia menatap Altezza membuat Altezza balas menatapnya.
"Ngapain lo natap gue? Mau bales ha?!" tanya Altezza yang dibalas gelengan olehnya.
"Bagus, yuk ke kantin," ajak Altezza pada yang lain membuat mereka mengangguk lalu melanjutkan perjalanan mereka.
Mereka menjadi sorotan saat mereka berjalan terlebih melihat sosok baru yang ikut dengan mereka. Apalagi bodyguard yang mengikuti mereka.
Sesampainya di kantin, Altezza tak melihat abangnya sudah di kantin. Dengan cepat ia mengambil tempat duduk di tengah kantin.
Ia segera duduk membuat yang lainnya pun ikut duduk, meja yang cukup untuk enam orang itu diisi olehnya yang duduk di samping Dewo dan di depannya ada Dika, Adit, dan Malvin. Ia menoleh pada pedagang yang berjualan di sebelah kanan. Tangan kanannya mengetuk pelan dagunya, ia sedang berpikir untuk makan apa siang ini.
"Gue mau mie ayam sama es jeruk dah," ucap Altezza yang diangguki oleh Adit.
"Gue soto sama es teh," ucap Dewo
"Gue gado-gado sama es teh," ucap Dika.
"Gue-"
"Ngapain lo ikut-ikutan titip, lo ikut bantu gue," potong Adit sambil menarik tangan Malvin.
Mereka berdua pergi dari meja dan membeli pesanan mereka.
"Lo ngerasa curiga gak sih sama Malvin?" tanya Dewo pada kedua sahabatnya.
"Curiga kenapa? Gue biasa-biasa aja," ucap Dika.
"Emang dasarnya lo bukan makhluk hidup yang peka terhadap rangsang sih, Dik," ucap Dewo.
"Bangke amat omongannya." Balas Dika.
"Bodo, kalian sadar gak kalo dia natap Altezza itu gak biasa," ucap Dewo.
"Anjing!! maksud lo dia ngebet sama Altezza?! Dia homogen?" ucap Dika horor yang dibalas lemparan tisu oleh Altezza.
"Homo goblok! Kalo kanebo kering dihidupin ya kayak gini! Kesannya gak guna," ucap Dewo dibalas tatapan tak terima oleh Dika.
"Ya sorry, emang menurut bos aneh juga ya?" tanya Dika meminta pembelaan.
Altezza mengendikkan bahu, "Yang pasti gue gak suka muka songongnya."
"Lo harus hati-hati, bos," ucap Dewo.
"Kadang sahabat bisa menjadi orang yang diam-diam menginginkan kehancuran dari sahabatnya yang lain," ucap Dewo dengan lirih entah ada yang mendengar atau tidak setelah melihat Adit dan Malvin berjalan ke arah mereka membawa nampan.
"Lo berdua cocok jadi pelayan." celetuk Dhika membuat Adit reflek menendang kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA [END]
Dla nastolatków[END] [BROTHERSHIP #01] Si ketua geng Garesta yang hidup sendirian setelah memutuskan pergi dari keluarga pamannya yang toxic. Si brandalan yang hobi tawuran, dan berkelahi, hidup dengan bermodalkan hasil kemenangan dari balap liar. Sosok nakal dan...