23. Care

109 4 0
                                    

Byuur!

Ia melompat ke dalam lautan biru agar terhindar dari orang-orang yang mengejarnya. Namun sialnya, ia tidak bisa naik ke atas seolah-olah kakinya ditarik oleh seseorang di bawah sana. Tangannya berusaha untuk mendorongnya naik, tetapi tarikan itu semakin kuat saja.

Semakin panik saat tahu pinggang sampai ke kakinya mulai kaku. Ia merasa badannya juga mulai kaku seperti batu. Tangan yang tadinya ia gunakan untuk mendorong tekanan air, dihentikan seolah ia tahu bahwa ini akhir untuknya. Ia ditarik hingga menjauhi permukaan laut. Dan hanya ada kegelapan.
.......

"San! Sandina! Bangun!" teriak Jeno mengguncang tubuh Sandina.

Gadis itu bangun dari tidurnya dengan keringat membasahi pakaiannya. Ia juga tampak ngos-ngosan seperti habis berlari jauh.

"Aaww!" desisnya sambil memegang kepala.

"A-ada apa San?" tanya Jeno lalu memeriksa kondisi Sandina.

Panas! batin Jeno setelah memegang kening gadis yang berada di hadapannya. "Kamu jangan banyak bergerak. Istirahat aja dulu," ucapnya dengan aku-kamu.

Sandina hanya menuruti permintaan Jeno untuk kembali tidur. Sementara Jeno, ia mengambil ponselnya menelpon seseorang.

"Lo bisa datang gak?"

"Kenapa Sandina?"

"Keknya dia kurang sehat. Amel bisa kemari gak?"

"Iya, iya. Nanti gue sama Amel datang kesana."

"Oke, cepetan"

"Sip!"

Jeno mengakhiri panggilan telponnya sepihak. Ia kembali menemani Sandina yang sudah memejamkan matanya. Paras wajah Sandina tetap memancarkan kecantikan dan keindahan walau dalam keadaan sakit.

Saat tidur seperti ini, Sandina benar-benar berbeda dari biasanya. Ya, ia terlihat seperti gadis polos layaknya anak kecil. Garis melengkung tipis terlukis pada wajah Jeno ketika melihat itu semua.
.....

"Gimana Mel keadaannya?" tanya Jeno kepada seorang dokter muda bernama Amel.

"Dia gapapa. Cuma demam biasa. Tapi..." Amel sengaja memberi jeda karena ia belum percaya dengan yang barusan ia lihat.

"Tapi kenapa Mel?!"

"Enggak, gue cuma heran aja. Lo berdua habis berantem ya? Soalnya ada luka di keningnya," jelas Amel.

"Berantem? Selama ini kita baik-baik aja. Gak ada tuh yang namanya berantem,"

"Oh gitu. Syukur deh kalo gak ada apa-apa. Yaudah lo tinggal beli yang gue catet di kertas ini!" pinta Amel lalu duduk di samping suaminya Barka.

"Berarti pindahannya dibatalin ya?" tanya Barka.

"Mau gimana lagi? Mungkin minggu depan."

Sebenarnya hari ini Jeno dan Sandina sudah memutuskan akan pindah ke rumah Jeno. Tetapi, karena kondisi Sandina yang tidak sehat, Jeno tak punya pilihan selain menundanya.

"Ngomong-ngomong, lo udah ketemu si itu?" tanya Barka membuka topik baru.

"Siapa babe?" tanya Amel kepada Barka.

"Ooh, udah kemaren. Kenapa?" ucap Jeno.

"Lo udah jelasin belum?"

"Udah. Gue udah jelasin semuanya. Ya gue harap dia bisa ngerti lah," balas Jeno.

"Semoga. Soalnya, dia itu keras kepala banget. Gue juga gak habis pikir kenapa lo bisa sama tuh orang," Ujar Barka sambil mengingat tingkah orang yang ia maksud.

SANDINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang