16. Jarak (2)

126 7 3
                                    

Sore ini seperti janji yang mereka buat, Sandina mengajak Dimas jalan. Dan sore ini juga Dimas mengendarai mobilnya menjemput Sandina. Gadis itu mengenakan jumpsuit atau baju terusan bermotif floral bewana oranye tak lupa di tambah slingbag. Rambut curly gantung yang dibiarkan tergerai indah. Dimas memandang Sandina hanya memasang wajah datar. Padahal dalam hatinya, ia tepesona.

"Dim, ada apa?" tanya Sandina menyadarkan Dimas.

"Eh ya,"

Dimas mulai menyetir mobilnya menuju taman. Selama di perjalanan hanya Sandina yang berceloteh banyak hal. Dimas yang berada di samping Sandina cuma menimpali sesekali.

Mereka tiba di taman setelah menempuh perjalanan selama satu jam. Sandina berjalan disamping Dimas sambil meng- genggam telapak tangan Dimas. Suasana taman sore ini tidak begitu ramai. Sandina mengajak Dimas kemana saja yang ia mau. Dimas menuruti keinginan Sandina. Mereka kemudian menelusuri taman ini.

"Dimas!" panggil Sandina.

"Hmm"

"Kamu masih marah ya?" tanya Sandina.

"Liat deh Dim, cantik banget bunganya. Gak sia-sia kita ke tempat ini," lanjut Sandina. Lagi-lagi Dimas tak menjawabnya.

"Kamu kenapa sih Dim? Dari tadi diam mulu," ujar Sandina mulai sebal.

"Jawab dong Dim, biar aku tau apa kesalahan yang udah aku buat!"

Dimas menghentikan langkahnya. Kemudian ia menatap Sandina yang geram padanya. "Alasannya itu lo San," jawab Dimas semakin membuat Sandina bingung.
........

Setelah berkeliling, Sandina mengajak Dimas bermain ayunan yang terbentuk dari akar gantung pohon, lalu di pergunakan oleh orang-orang menjadi ayunan. Sambil menggunakan flowercorn Sandina semakin tampak cantik, seperti seorang putri kerajaan.

"Dim, fotoin aku dong!" pintanya memberikan ponselnya ke Dimas.

"Satu..Dua...Tiga.."

Dimas berhasil mendapat beberapa foto Sandina. Sebenarnya ia senang bisa melihat Sandina secantik ini, tapi semua itu ia simpan dalam hati.

"Bagus banget!!" pekik Sandina senang.

"Sekarang kita bareng fotonya," ucap Sandina. Ia lalu meminta tolong pada orang untuk memfoto mereka.

Semua hasil foto yang di tangkap bagus-bagus. Walau, wajah Dimas hanya tersenyum kecil. Mereka menghabiskan waktu sampai malam datang tanpa di minta. Kini kedua pasangan kekasih itu berada di cafe. Namun, Sandina sedikit sedih karena sedari tadi Dimas menghemat perkataan.

"Dimas, kalo kamu marah, kita bisa bicara baik-baik kan?" coba Sandina. Sudah beberapa kali ia mencoba agar Dimas mau membuka suara.

"Nanti gue jelasin,"

"Tapi kamu jangan gini terus dong! Mana senyumnya aku mau liat,"

Dimas memperlihatkan senyum manisnya membuat Sandina sedikit senang.
...........

Sekarang mereka berhenti di salah satu jalanan sepi. Sandina bisa melihat dengan jelas, Dimas tampak berat mengatakannya. Ia masih tetap menunggu Dimas berbicara semua. Dimas menghembuskan napas pelan.

"Sandina gue mau kita udahan," ucap Dimas melirik Sandina.

"Maksud kamu, kita-"

"Iya! Kita putus!"

Ucapan menyakitkan itu mulus keluar dari mulut Dimas. Sandina saat ini tak bisa berkata apa-apa selain terkejut. Ini seperti mimpi bagi Sandina, ia benar-benar tak menyangka.

SANDINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang