Di bab ini akan Fanny ceritakan sedikit tentang kisah cinta Lia. Semoga suka dan selamat membaca! 😉
......
Tujuh tahun kemudian....
Waktu silih berganti seperti halnya kehidupan. Pertemuan dan perpisahan, tak akan ada yang mengetahuinya. Bisa saja masa lalumu yang menyedihkan akan menemukan kebahagiaannya di lain waktu. Dan sebaliknya, yang kau anggap sebuah kebahagiaan bisa saja akan menjadi luka di hari kemudian.
Itulah yang terjadi kepada sahabat Sandina, yaitu Lia. Kehidupan percintaannya ternyata tidak seperti apa yang dirinya inginkan. Ia pikir, cinta pertamanya adalah sebuah kebahagiaan. Ia pikir Elang merupakan cinta pertama dan terakhirnya, namun pemikiran Lia serta Elang berbeda. Bagi Elang, Lia adalah cinta terakhirnya dan benar-benar terakhir untuknya di Dunia ini.
......
Setelah Acara kelulusan siswa-siswi Adiwiyata tujuh tahun yang lalu, hubungan antara Lia dan Elang terbilang sangat romantis. Dalam waktu dua minggu Lia dapat menilai Elang karena perubahan drastisnya. Tetapi, semuanya berakhir singkat.
"Yaya, kamu bahagia sama aku?" tanya Elang ketika mereka berada di rumah pohon tak jauh dari tempat kediaman Elang.
"Kamu liat? Ya jelas aku bahagia! Apalagi perubahan sifat kamu yang dulunya dingin banget, sekarang udah mencair kaya air sirop," balas Lia tersenyum.
"Tapi boleh gak aku minta kamu jangan terlalu merasa bahagia sama aku?" pertanyaan Elang kali ini sangat membingungkan Lia.
"Lah? Aneh banget! Harusnya kamu senang dong, aku bahagia dengan hubungan kita."
Elang menggenggam kedua tangan Lia erat. Cowok itu menatap lama manik cokelat milik kekasihnya itu. Lia menduga-duga sekarang, ia yakin Elang tengah menutupi sesuatu darinya.
"Elang.... kamu gak nyembunyiin apa-apa kan?" tanya Lia, dirinya takut sakit yang di derita cowok itu kambuh lagi. "K-kalo kamu ngerasa sakit, bilang aja ke aku. Biar aku turun ambil obat kamu!" Lia panik sebab Elang tidak menjawab.
Saat Lia ingin berjalan ke bawah, pemuda itu menahannya. Membuat Lia kembali duduk di hadapannya kembali. Entah mengapa jarak mereka semakin dekat sampai Lia harus menahan napasnya.
Cup!
Satu kecupan mendarat tepat di pipi Lia. Lalu Elang mendekap Lia seakan takut kehilangan gadis itu. Sementara Lia, wajahnya menjadi merah namun dirinya masih bingung dengan sikap kekasihnya.
"Maaf Yaya! Aku harus mutusin kamu. Karena aku gak yakin bisa selalu ada di sisi kamu. Maafkan aku!" ungkap Elang belum melepas pelukannya. Airmata pemuda itu mengalir membasahi baju Lia.
Tubuh Lia lemas, ia juga tak bisa apa-apa sekarang. Hatinya hancur, semua pengorbanannya untuk Elang terasa sia-sia. Namun di satu sisi, Lia menyadari kenyataan terutama dengan penyakit yang Elang derita. Apakah tak ada obat yang betul-betul menyembuhkan penderitaan Elang?
"Aku minta maaf Yaya.... rasa sakit ini terkadang membuatku sesak. Aku gak mau karena dia, kamu jadi repot ngurusin aku kalo kita sampe menikah. Tolong kamu mengerti ya, aku cinta banget sama kamu! Tapi penyakit ini lebih mencintai aku." Ujar Elang melepas pelukannya. "Rasanya muak buatku. Lebih baik aku mati aja Yaya dari pada membebani kamu!" lanjutnya.
"Gak Elang! Aku gak bakal ngerasa terbebani! Aku siap kapan pun kamu butuhin aku! Please, jangan pikir kaya gitu!" bantah Lia.
"Aku bakal selalu di samping kamu Elang. Jangan khawatir kamu pasti baik-baik aja." Lia memeluk Elang mencoba menenangkan pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDINA
RomanceDemi menutupi aib keluarga, Sandina terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya. Hari-harinya sedikit berubah, ia seolah hidup dalam persembunyian, menyembunyikan statusnya yang sudah berubah tentunya. Tinggal bersama seorang cowok cupu yang baru beberapa...