Segerombol siswa-siswi berjalan keluar dari ruang lab kimia setelah bel pergantian les berbunyi. Sandina serta Lia keluar paling akhir dari lab kimia tersebut. Sandina tadi sempat mengajak Juwita agar bersama-sama dengannya. Namun, sepertinya gadis itu serius akan ucapannya tempo lalu. Ia mengabaikan perkataan Sandina dan meninggalkan pesan untuk jaga jarak dengan dirinya.
"San, ntar lo jadi gak habis pulang sekolah?" tanya Lia.
"Jadi. Karena tinggal besok juga harinya," jawab Sandina.
"Udah lo pikirin belum mau kasih hadiah apa?"
"Apa ya? Gue juga bingung," balas Sandina. "Lo ada ide gak?" lanjutnya.
"Ada sih cuma gue gak yakin Jeno bakal tertarik," ucap Lia menimbang sarannya untuk Sandina.
"Gapapa! Kasih tau aja seka-" perkataan Sandina terpotong oleh seorang gadis yang ia duga dari kelas lain.
"Oh itu orangnya yang viral waktu itu?" kata gadis itu sambil menunjuk Sandina. "Gara-gara apa sih? Oh yang katanya udah pernah kena coba! Astaga, makanya kalo jadi cewek itu gak usah kecentilan. Sampah!" sambung gadis itu.
Ia bersama teman-temannya dan teman-teman Sandina yang masih ada beberapa ikut tertawa. Sementara Sandina sang korban gosipan mereka menundukkan kepalanya, perasaannya bercampur aduk. Lia yang melihat sahabatnya murung menjadi kesal. Ingin rasanya ia jambak rambut gadis itu, tetapi ia teringat akan pesan Elang agar tidak berkelahi dengan orang lain.
"Gimana tuh kabar cowoknya?" ujar siswi berkacamata.
"Eh, sstt! Jangan di omongin cowoknya! Ntar lo hilang bego!" jawab gadis mengenakan hoodie kuning.
"Bayar berapa ya dia biar tetap di sekolah ini?" kata gadis kuncir dua.
Lemes bener nih orang? Pengen di tampol kali ya?! Batin Lia kesal. Beruntungnya lagi keinginan Lia langsung terkabul, sebab Sandina yang mewakilkan perasaannya.
Orang-orang yang masih berada di sana terkejut bukan kepalang. Sandina berhasil menjawab pertanyaan gadis kuncir dua itu sekaligus menutup mulutnya dengan sekali tamparan keras.
"Riri!" teriak gadis berkaca mata dan yang mengenakan hoodie kuning syok.
"Maaf ya mbak. Kalo gue diem bukan berarti gue gak bisa jawab pertanyaan mbak-mbak ini. Lebih milih ngurangin tenaga aja, karena gue tau fans-fans gue semakin banyak dan kepo sama kehidupan gue!" ujar Sandina menatap malas tiga gadis tersebut.
"Butuh berapa hari gue buat balasin lo satu-satu? Kalo lo penasaran, ntar deh kalo ada waktu gue live Ig, bebas deh lo tanya apa aja ntar!" lanjut Sandina kepada semua orang yang belum kembali ke kelas.
"Cukup ya! Cukup dia aja yang dapat hadiah langsung dari gue! Jadi kalo lo semua gak mau sama kaya dia, gak usah ngeganggu! Tau istilah 'jangan pernah bangunkan macan tidur' kan?" setelah mengatakan itu Sandina langsung berjalan menuju kelasnya.
Semua orang hanya menatap kepergiannya. Ada yang bahagia melihat Sandina yang barbar telah kembali. Dan ada juga yang merasa ciut setelah melihat Sandina itu menampar kuat gadis kuncir dua tersebut.
"Sansan! Tungguin gue!" teriak Lia mengejar Sandina. Seneng banget gue liat Sansan tadi! Batinnya dengan hati bahagia.
......
Sebuah mobil BMW hitam berhenti di kediaman JenSan. Seorang sopir turun dan membukakan pintu mobil untuk Jeno. Dengan mengenakan kacamata hitam dan menenteng jas bewarna navy, Jeno berjalan menuju rumah setelah semalaman dirinya tidak kembali pulang.
Ketika pintu terbuka, keadaan rumah sangat sepi dan Jeno bisa memaklumi itu. Pasti gadis itu sudah berada di Sekolahnya. Ia memutuskan pergi menuju kamarnya sambil mengerjakan pekerjaan kantornya. Saat hendak ingin membuka pintu kamar, Jeno mengurungkannya sebab terdapat sebuah kertas bewarna Magenta tergeletak di depan pintu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDINA
RomanceDemi menutupi aib keluarga, Sandina terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya. Hari-harinya sedikit berubah, ia seolah hidup dalam persembunyian, menyembunyikan statusnya yang sudah berubah tentunya. Tinggal bersama seorang cowok cupu yang baru beberapa...