Dia seorang lelaki bernama Okta menikmati malamnya bersama buku yang ia baca, di temani malam yang berisikan bintang-bintang. Indah. Kata itu berhasil keluar dari bibirnya. Angin malam yang tak begitu kuat, bersama pemandangan kota pada malam hari. Ia juga sedang menantikan kabar dari seseorang yang baru ini mengisi kesendiriannya. Tiba-tiba Hp nya berbunyi, segera ia mengangkat panggilan itu.
"Halo.."
"Ada apa Pah?"
"Gimana ada hasil?"
"Aku baru liat sebagian belum menyeluruh,"
"Tak apa nak. Yang penting jangan kamu buat kecewa. Itu aja yang ingin Papa tanya, baiklah sampai jumpa!"
'tuuut!'
Panggilan terputus sepihak. Okta menghembuskan napas pelan. Sepertinya ia mesti lebih bersabar untuk menjalankan amanah sang Papa. Menurutnya ini benar-benar tak logis, tapi semua sudah terlambat karena ia sudah menyetujui dari awal. Entah apa yang terjadi bila ia menolak keinginan Papanya, mungkin akan terjadi perang dingin diantara mereka.
..........
22.35 WIB.
Sudah jam segini tapi Sandina juga belum pulang.
Gadis itu memang sudah mengatakan akan ke rumah Juwita kepada Jeno. Namun, sampai jam sekarang Sandina juga tak muncul. Ada rasa khawatir terselip di hati Jeno. Ia memutuskan masuk ke dalam kamar, mungkin mengerjakan tugas lebih baik untuknya.
Selesai. Jeno telah menyelesaikan tugasnya tepat jam 23.25 dan Sandina juga belum kembali dari rumah sahabatnya. Ingin sekali Jeno menghubungi Sandina, namun ia tak punya nomor ponsel Sandina sejak awal.
'tink!'
Notifikasi pesan di ponselnya berbunyi. Jeno segera mengambil benda pipih panjang itu yang terletak di atas nakas, lalu memeriksa notifikasi pesan siapa yang masuk se.
+628539xxxxxxx:
'Sandina ada di gue. lo jangan khawatir'Begitulah isi pesan tersebut. Si pengguna tanpa nama. Apakah mungkin itu sahabatnya Sandina, Juwita dan Lia? Tapi bagaimana mungkin mereka tahu nomor ponselnya?
Jeno: "Kamu siapa?"
+628539xxxxxxx:
'Gue temennya Sandina.'
'Dia nginep di rumah gue, lo tenang aja'Jeno: "Kamu tau nomor saya dari mana?"
Tidak salah kan jika Jeno bertanya seperti itu? Lagipula Sandina juga tidak memiliki kontak Jeno. Bagaimana mungkin teman Sandina tahu kontaknya.
+628539xxxxxxx:
'Banyak cara buat dapetin nomor lo. Udah lo jangan khawatir. Sandina aman sama gue.'Baiklah. Ada benarnya juga apa yang dikatakan teman Sandina. Jeno cukup lega sekarang, semua kekhwatiran Jeno terjawab sudah. Ia tak perlu cemas dengan istrinya. Kini Jeno menuju tempat tidurnya untuk segera menjelajah alam mimpi.
...........
Di sisi lain, Sandina bersama kedua sahabatnya dan satu orang cowok sedang bersenang-senang di salah satu club. Mereka mengikuti irama musik yang di putar, membuat malam itu menjadi malam yang menyenangkan bagi Sandina serta teman-temannya. Dan juga ini adalah salah satu cara Sandina melupakan bebannya.
Cewek itu menari bersama dengan Juwita dan Lia. Semua gerakan-gerakan random mereka lakukan. Sementara Dimas, cowok itu hanya menonton dibangku sambil menikmati minuman. Pandangannya hanya tertuju pada satu gadis, yaitu Sandina. Dia tidak menduga jika gadis itu sangat asik orangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDINA
RomansaDemi menutupi aib keluarga, Sandina terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya. Hari-harinya sedikit berubah, ia seolah hidup dalam persembunyian, menyembunyikan statusnya yang sudah berubah tentunya. Tinggal bersama seorang cowok cupu yang baru beberapa...