3🇮🇩

1.5K 110 0
                                    

Ais mendapatkan jadwal penerbangan jam dua siang, sekarang dia sudah berada di bandara Adisucipto bersama Andi. Mereka sampai 15 menit yang lalu, dia maksa antar Ais kebandara dengan ancaman jika ais menolak maka dia tidak mau menemani Vika di kampus.

Panggilan untuk penerbangan Ais sudah disampaikan, ia segera bangkit dan berpamitan kepada Andi

"Gue berangkat dulu ya, tingkiw udah antar ndi, nitip adek gue hhehe" kekeh ais

"iya neng, hati-hati kalau sudah sampai kabari gue" jawab andi dijawab anggukan oleh ais.

Setelah beberapa jam, ais sudah sampai di Bandara Internasioanal Minangkabau, ia segera memesan taksi untuk melanjutkan kerumahnya. Tak sampai satu jam dia tiba di rumahnya, beberapa orang menyapanya di jalan.

"assalamualaikum" ucap ais memencet bel rumahnya,
"wa'alaikumsalam, uni ais..." bocah yang membukakan pintu itu berlari memeluk sangkakak yang amat dirindukannya

"lah gadang yo adiak uni, maa ayah samo bunda nyo?" kata ais dengan logat kas minang. (udah besar ya, adek kakak, mana ayah sama bunda?)

"di dalam uni, biaa Lana yang baok koper uni, uni lah panek" kata sang adek membawa koper milik ais kedalam (di dalam kak, biar Lana saja yang bawa kopernya, kakak udah capek)

"assalamualaikum ayah, bunda. Ais taragak bana" ais memelum kedua orangtuanya yang sedang menonton begitupun sebaliknya

"jadi jo ais pulang kironyo hee" kata sang ayah (jadi juga ais pulang ternyata ya)

"ayah ko ndak kaba anak nyo yang di tanyolah, malah jadi pulang yang di sabuik nyo" sahut bunda Ais memukul pundak sang suami (ayah ini gak kabar anaknya yang ditanya, malah jadi pulang yang di sebut)

"jadi yah, patang di mintak langsuang dapek" kata ais (jadi yah, kemarin diminta langsung dapat)

"istirahat lah Ais lu, panek bagai anak ayah ko mah" kata sang ayah (istirahat lah ais dulu, capek nih anak ayah)

Paginya Ais bangun lebih cepat setelah melakukan keqajiban ia membantu sang bunda masak di dapur, hitung-hitung belajar jadi ibu rumah tannga, heheh.

***

Di lain tempat sepasang suami istri sedang sarapan pagi dalam keheningan, mereka tampak merasa sangat sepi, anak semata wayangnya adalah seorang abdi negara yang harus siap jika ditugaskan kemana-mana.

"Pa, Abi kok beluk telfon ya? Gak biasanya loh gak nelfon setiap pagi, apa karna dia marah sama yang kita omongin kemaren ya?" tanya sang istri kepada suaminya

"gak kok ma, mungkin Abi masih beres-beres sebentar lagi pasti di telfon" baru saja sang suami menjawab langsung saja berbunyi deringan hp didekat ibu itu

"nah kan apa yang papa bilang, cepat angkat keburu mati" sahut sang suami kembali

"..."

"wa'alaikumsalam, mama kirain abi gak bakal nelfon mama lagi" kata mamanya sambil tersenyum

"gak kok ma, masa iya mama abi tersayang bakal gak di telfon"

"papa gak bi?" sahut papanya itu

"papa juga kok"

"Abi marah sama mama karna yang kemarin?" tanya sang mama hati-hati

"gak kok ma, mama benar seharusnya abi sudah ngasih mama cucu. Maaf ya ma"

"gakpapa, mama ngerti. Terus bagaimana tawaran mama kemarin?"

"kalau soal itu Abi fikirkan dulu ya ma, ini juga menyangkut masa depan Abi"

"iya, gak papa, jam berapa apel hari ini?l

"sebentar lagi ma, kalau gitu abi tutup ya ma, lanjutin beres-beres lagi"

"iya, hati-hati ya nak. Assalamualaikum"

"wa'alaiumsalam"

"semoga aja ya pa Abi mau"

"iya, lagian kita udah tau jelas bagaimana keluarganya" sahut sang suami itu.

Abiska Rafif Kereem, anak dari Muhammad syahid dan Giska novalia yang telah berpangkat letnan satu itu sampai kini belum ada wanita yang mendampinginya, sehingga sang orang tua berinisiatif untuk menjodohkannya dengan anak teman suaminya.

Abi adalah laki-laki yang cukup dingin, tertutup, sangat tegas, disiplin dan terbilang keras, apalagi keras kepala. Dibalik sifat itu ia juga memiliki hati yang lembut kepada orang yang di anggap dekat dengannya, ingat cuma orang yang dianggap dekat.

Sebenarnya dekat dengan seorang dokter, tapi karna dirinya yang tidak peka terhadap perasaannnya sendiri sampai sekarang dia masi berstatus jomlo. Dokter itu juga memiliki rasa terhadap Abi, tapi dia tidak mungkin juga menyatakan perasaan itu duluan.

Setelah melaksanakan apel, Abi dan rekannya sudah kembali ke pekerjaan masing-masing. Ia memiliki tiga orang sahabat, mereka telah bersama dari pendidikan pertama sampai sekarang.

"kenapa sasuh, apa ada yang dipikirkan?" tanya temannya yang bernama sofiq itu

"biasalah" David dan Rangga tertawa setelah mengucapkan ciri khas mereka

"soal hati palingan" Rangga meninggalkan mereka bertiga di belakang

"mama jodohin gue sama anak temennya papa" tutur Abi tampak lesu

Dari rautnya Sofiq tampak menahan tawanya, sekarang masi ada juga perjodohan ya batinnya.

"ya... lo nya sih sasuh, efek kejomloan tuh, ya gitu jadinya. Gimana jadinya?" diantara mereka berempat Davidlah yang paling tenang menghadapi apapun tidak salah jika dia bagus sebagai pemberi saran yang tepat.

"belum tau juga, lagian gue gak kenal perempuan itu bagaimana. Entah pengangguran entah apa" jelasnya kembali

"sasuh nanri kalau sasuh gak mau, buat saya saja ya" jiwa playboy Sofiq kembali berkibar, Sofiq seorang playboy yang terkenal dari bangku Sma, gak salah kalau dia sering gonta-ganti pasangan ketika acara makrab di akmil dahulu.

"tobat fiq, cari yang serius aja lagi. Kelamaan playboy jadi perjaka tua kau ntar" David tertawa renyah sedanglan Sofiq malah bodo amat, katanya menikmati masa lajang dulu biar ada cerita yang berkesan buat keturunannya.

Dasar si Sofiq, buat apa coba nanti kalau di ceritain ke generasinya. Suapaya ditiru juga dengan alasan yang sama dengan Sofiq, gak bapak able banget tu.

"sasuh sama bu dokter gimana kabarnya?" tanya sofiq

"alhamdulillah baik, dia sehat kok" jawab Abi dengan enteng. Pengen sekali mereka berdua berteriak di wajahnya abi DASAR TIDAK PEKA

"Gak itu maksudnya, kabar hubungannya sasuh..." ok, kali ini Sofiq memilik jiwa kesabarannya kembali

"hubungan? Kami gak ada hubungan apa-apa" tukas Abi kembali, David teetawa renyah, dia tau kalau abi memiliki perasaan terhadap dokter yang katanya cuma teman jalannya itu

"gak ada kemajuan gitu dong bi?" tanya Sofiq kembali
"kita cuma teman jalan, gak lebih. Kalian aja yang berfikir aneh-aneh"

"Dasar tidak peka" teriak David dam Sofiq serentak

"woi ngapain teriak-teriak, turun! Push up lima puluh kali" perintah Rangga karna merasa terganggu sedang melatih junior baru.

*See you*


TERUNTUK LETTU ABI (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang