13🇮🇩

1K 79 5
                                    

Siang harinya, Abi bersama yang lainnya melakukan penggalian dua sumur umum dengan di bantu oleh warga sekitar.

Sedangkan para kaum perempuan memasak masakan khas tempat tinggal mereka, kegiatan ini juga dihadiri oleh sesepu kampung itu dan dua orang tenaga medis desa tersebut.

Terik matahari tidak membuat mereka patah semangat, ada yang menggali lubang, ada yang tukang angkat tanah, dan ada juga yang mengangkut bahan material untuk menemboknya.

Hari sudah menunjukan pukul tiga siang, para kaum perempuan juga sudah memasak makanan.

"Ayu, panggil semua orang kesini. Suruh mereka makan kesini" kata seroang wanita yang mungkin di tuakan di desa ini (anggap aja ngomongnya pake bahasa jawa ya)

"iya, mbah" jawab gadis yang bernama ayu tadi

Ayu menuju ke tempat para kaum adam bekerja, ia tampak malu-malu untuk memanggil orang tersebut.

Dia mengedarkan pandangannya mencari sosok bapaknya yang mungkin bisa iya panggil, tapi nihil. Ia tidak melihat bapaknya itu.

Astaga, siapa yang bakal aku panggil, mana ada kak Abi lagi. kata Ayu dalam hati

Ia sedikit melirik Abi yang sedang berbicara dengan sesepu desa itu, Ia memberanikan dirinya ke tempat mereka itu.

Ayu cuma mengenal sedikit orang di desa itu, karna ia orangnya pemalu dan tertutup, ditambah lagi ia disini kurang lebih tiga tahun. Sebelumnya ia tinggal bersama nenek dari ayahnya di Papua.

"permisi mbah, di panggil mbah yaya disuruh istirahat sama makan." ia menundukkan kepalanya dan memainkan jari-jarinya.

"iya, nanti mbah sampaikan sama yang lain. Kamu balik dulu" jawab mbah tersebut.

Sepeninggalan Ayu, Abi di suruh untuk memanggil yang lainnya untuk beristirahat.

"istirahat dulu, nanti kita lanjutkan" teriak Abi.

Hiruk-pikuk suara orang menciptakan suasana kekeluargaan yang sejahtera. Wajah mereka tampak senang dan gembiran.

Sambil makan, sesekali mereka melontarkan candaan.

"eh mbah, apa boleh saya jatuh cinta kepada salah satu orang disini?" tanya salah satu tentara yang berlogat medan itu sambil melirik salah satu gadis disana.

"jangan mau mbah, dia dimana-mana selalu berkata begitu. Nanti sakit pula hati anak orang sama kau" sahut Sofiq meniru logat batak nya.

"eh diam kau, kau tidak jauh beda dari saya. Nanti saya tempak kepala kau." balasnya kembali.

Semua orang tertawa mendengarkan berdua yang sedang beradu argumen, sedangkan perempuan yang di dekati salah satu tentara tadi menunduk malu-malu.

"Kalau soal itu terserah kamu dan tergantung hati siapa yang kamu ingin dapatkan. Kami tidak melarang asalkan kamu tidak menyakitinya, perempuan itu hati nya rapuh jangan pernah sekali-kali kamu menyenggol hati tersebut jika kamu tidak mau menggenggam supaya rapuhan itu tidak jatuh." Sahut mbah yaya.

"dengerintu fiq, yasa. Yang di omongin mbah yaya tu benar, bayangkan yang di posisi itu saudari perempuan kalian atau ibu kalian, bagaimana?" kata Devan

"nggeh mbah" jawab sofiq dan Yasa.

Beberapa hari di deda tersebut membuat para tentara dan masyarakat desa saling kenal mengenal lebih dekat, begitu juga dengan Yasa, salah satu anggota tni ad yang pernah mengatakan isi hatinya, semakin kesi ia makin dekat dengan gadis pujaannya.

Tidak jauh dari sana, Ayu sudah berkutat di dapurnya dengan hp yang ia taro di tepi jendela dapur, di desa ini mungkin ayu adalah salah satu  remaja yang memakai hp android dikarnakan ia pernah tinggal Papua bagian kota.

Ia berencana membuat masakan yang ia lihat di youtube untuk di berikan kepada orang yang menarik oerhatiaanya beberap hari ini.

Kali ini ia membuat rawon, mungki. Ada yang bertanya dari mana ia mendapatkan bahan-bahan makanan itu? Jawabannya dari neneknya yang sering mengirim bahan makanan ke cucunya disini.

Ayu mulai meracik bahan-bahan yang  ditunjukan youtube itu, tidak lama kemudian rawon yang ia masak sudah mulai beraroma menandakan hampir matang, ia mencicipi terlebih dahulu bagaimana rasanya.

"lumayan, smoga aja kak Abi suka sama masakan aku" kata ayu puas dengan hasilnya.

Ia sudah hafal jam berapa Abi mengantatkan saudara laki-laki Ayu kerumahnya.

Ia bergegas mandi supaya terlihat lebih fres di depan Abi, baru saja ia akan keluar kamar suara motor berhenti terdengar di depan rumahnya.

Ia berlari kedepan memangil supaya Abi tidak keduluan balik, sesampai di depan pintu rasa malunya muncul sehingga membuat nya kebingungan.

"k-kak Abi," panggil Ayu.

Kedua pria tersebut menoleh ke Ayu, Ayu yang di tatap Abi membuatnya salting sendiri.

"k-kak Abi singgah dulu, tadi A-ayu masak banyak, sekalian kita makan bersama. Ya kan kak?" kata Ayu sekilas ia melirik ke kakaknya untuk membantu meyakinkan Abi.

Kakaknya yang paham dengan maksud sang adik pun mengajak Abi juga untuk makan bersama, sekalian balas kebaikan Abi yang sudah antar jemputnya setiap hari.

"bagus tu, yok lah pak Abi, kita makan bareng aja kapan-kapan lagi bisa seperti ini" ajak Giyan, saudara laki-laki Ayu

Karna Giyan yang mengajaknya barulah ia masuk kedalam rumah tersebut, diiringi Ayu yang berjalan di belakang Abi.

"tunggu sebentar pak, saya mau bersih-bersih dulu" ucap Giyan meninggalkan Abi di ruang tamu

"Ayu buatkan pak Abi minum dulu" lanjut Giyan dari kamarnya

"Ayu bikinin minum sebentar, kak. Duduk dulu" Abi mengangguk sebagai jawabannya.

Setelah kepergian Abi dari rumah Ayu, Ayu langsung masuk kamar agar tidak di intograsi oleh kakaknya itu, ia malu kalau di tanya mengenai maksudnya tadi.

Tok tok tok

Dugaannya benar, pasti itu kakaknya yang mengetok. Ia berpura-pura tidur supaya abangnya gak masuk

"ayu buka pintunya, mas tau kamu gak tidur" ucap kakaknya dari luar. Dengan terpaksa Ayu membuka pintu kamarnya.

Kakaknya duduk di tepi kasur, sedangkan Ayu melanjutkan rebahannya tadi.

"Ayu suka sama pak Abi yang tentara itu?" tanya Giyan to the poin. Ayu kebingungan mau jawab apa.

"gak, mas souzon aja. Tadi ayu memang masak banyak, kan bagus gitu kita bagi-bagi rezeki" jawaban Ayu sama sekali gak nyambung untuk di terima Giyan.

"gak biasanya kamu masak yang begituan" kata Giyan kembali

"Ayu emang masak itu karna mau ucapin makasi karna kak Abi sudah ngantar jemput mas setiap hari, mas aja yang gak tau terima kasih" jawaban Ayu kali ini membuat Giyan menatap Seringai ke arah nya.

"Kamu ngomongnya seperti mas ini adek kamu ya, yu"

"nuwun sewu mas"

"ayu, yen sampeyan seneng karo Pak Abi, omongna marang kowe, kakang, kepiye sampeyan bisa mbantu Ayu. Ayo, adhiku" tutur Giyan dengan lembut (ayu kalau suka sama pak Abi bilang sama mas, mana tau mas bisa bantu Ayu. ayu kan adeknya mas)

Kalo salah tulisan maap ya, authornya gk orang jowo, inipun liat translate^ω^

"nggeh mas."

Sampe sini dulu ya, gak tau mau ngetik apa lagi, akunya bingung.
Author juga minta maaf karna lama gak upt, you know lh si tugas" membuat ulah🤦‍♀




TERUNTUK LETTU ABI (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang