12💉

1K 84 0
                                    

Jangan lupa vote and koment:)

*
Setiba di kantin Andi melepaskan tangannya dari Vika dengan sedikit sentakan, ia langsung duduk di bangku kosong yang berada di dekatnya.

Arisha merasa bersalah, karna dirinya Andi bertengkar dengan Raka dan dilihat oleh banyak orang.

"hmm... Ndi. Gue minta maaf, karna gue lo jadi berantem sama Raka. Seharusnya lo gak usah belain gue, lagian Raka mungkin gak sengaja nyenggol bahu gue." tutur Ais duduk di depan Andi

Andi mendongakan kepalanya menatap Ais dengan intens, yang di tatap pun merasa gugup.

"lo sadar gak sih yis, Setelah nyenggol bahu lo, dia senyum loh sama lo. Itu namanya yang gak di sengaja? Gue aja yang udah dari semester awal kenal lo belum pernah nyenggol bahu lo dengan sengaja, palingan kesenggol tangan lo doang, itupun gak sengaja karna bercanda.

Sedangkan dia? Mustahil kalau dia gak tau lo anti disentuh oleh lawan jenis." Andi berkata sedikit nada yang naik

Ais menundukan kembali kepalanya, ia baru kali ini melihat Andi semarah ini.

Sebenarnya ia tau bahwa Raka sengaja menyenggol bahunya, ia merasa risih dan ingin marah tapi keburu Andi yang duluan memarahi Andi.

"maaf, gue kebawa emosi. Gue gak maksud bentak lo," Andi merasa bersalah karna telah membentak gadis yang dia cintai. Ia tau kalau Ais ketakutan melihatnya yang sungguh marah kepada Raka di koridor tadi.

"iya, gue juga minta maaf juga. Tadi gue juga mau marah, tapi lo keburu marah sama Raka. Makasi ya ndi, lo udah ngeebelain harga diri gue" Ais berkata sambil tersenyum tenang

"omaygat... Apa-apaan ini? Kok jadi melow sih? Hei! Gue masih disini ya..." siapa lagi kalau bukan Vika yang dari tadi menyaksikan adegan melow para jones didepannya ini.

"geser kak, udah capek aku liat adegan melow mu itu" Vika menduduk badannya dengan sedikit mendorong Ais kesebelah, Ais yang terdorongpun sedikit oleng kesebelah

"lo jatuh anak orang gegara lo baru tau rasa" sahut Andi tampak malas melihat akan adanya sandiwara kakak beradik ini

"mbok, teh es tiga ya mbok" ucap Vika

"tunggu sebentar ya neng" jawab si mbok itu

"nanti lo gak boleh deket-deket sama si Raka itu lagi. Enek gue liat tampang sok cool dia itu" Andi melarang Ais untuk tidak dekat dengan Raka lagi karna dia merasa ada yang aneh terhadap pria itu

"gak di suruh pun gue bakal ngehindar" jawab Ais

"ini neng teh es nya." kata simbok mengantarkan minuman mereka bertiga.

Di depan ruang pak Dadan, mereka melihat Raka yang duduk di depan kursi tunggu bersama Dania teman sekelas Raka.

Andi menatap jengah ke laki-laki itu, mereka melewatinya begitu saja. Raka menatap lekat ke arah Arisha yang tidak meliriknya sedikitpun.

Arisha duduk di sebelah Dania dan Andi di sebelah Arisha. Dania yang merasakan panasnya atmosfir di sana membuatnya merasa diintidimasi oleh-oleh orang sebelahnya.

Tadi ia sempat melihat perkelahian Andi dan Raka di koridor kampus.

"Assalamualaikum, maaf saya terlambat."

Suara kedatangan pak Dadan memecahkan atmosfer yang panas itu dan membuat Dania mengusap dadanya atas kedatangan pak Dadan.

"wa'alaikumsalam," jawab mereka serempak

"mari masuk, tapi dua-dua ya biar cepat, saya masi ada urusan" sambung pak Dadan masuk ke dalam ruangannya.

Andi dan Ais saling menatap dan berdiri pergi masuk ke dalam ruangan pak Dadan, Raka berdehem menetralkan suasana setelah mereka masuk keruangan tersebut.

Dania yang sudah di landa kepo menanyakan yang terjadi kepada Raka walaupun ia tau bahwa tidak ada jawaban dari sumber berita.

"hmm... Sorry ya rak. Tadi gue liat lo berantem sama Andi apa iya gegara si Arisha?" tanyanya sedikit gugup.

Raka melihat kearah Dania sebentar dan membuang muka nya kedepan.

"Bukan karna Arisha. Dia aja yang sok jadi pahlawan," ucap Raka

Dania mengangguk mengerti dan kembali bertanya, dan pertanyaannya ini membuat wajah Raka berubah

"masa iya lo gak tau kalau si Arisha gak bisa di sentuh lawan jenis sih? Atau lo emang benar-benar gak tau?" tanya Dania

Raka tidak menjawab pertanyaan Dania, ia berdiri meninggalkan Dania sendiri di kursi itu.

"sepuluh menit lagi gue balik" katanya sambil berjalan.

Dilain tempat, empat pria itu selalu bersama ketika sedang bertugas. Seperti saat ini, Abi, Rangga, Sofiq, dan David bersama rekan-rekan saat ini mendapat tugas di daerah terpencil di Jawa Timur kurang lebih dua bulan .

Mereka di sana membantu kegiatan dan mendirikan beberapa bangunan yang dibutuhkan oleh orang yang tinggal di bagian daerah terpencil itu.

Seperti pembangunan jembatan, membantu pertanian masyarakat, dan bersosialisasi di sekolah-sekolah yang kurangnya tenaga kependidikan.

Siang ini Abi bersama David melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah yang mayoritas isinya siswa sd, mereka memberi arahan mengenai pentingnya pendidikan bagi masyarakan dan dirinya sendiri.

"apa adek-adek gak mau jadi orang sukses? Bisa loh pergi kemana-mana, bahkan bisa naik pesawat. Apa ada yang mau naik pesawat?" tanya David ke siswa sd yang berkumpul di lapangan sekolah itu.

"mau," jawab mereka bersemangat.

"karna mau, kalian harus giat belajar untuk masa depan adek-adek semua. Di Indonesia wajib belajar itu sampai kelas 3 smp atau sederajatnya." ucap Abi melanjutkan kata David

"kak, saya mau bertanya," sahut salah satu siswa bersuara dan berdiri di tempat duduknya

"Jika kami tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya, bagaimana cara kami bisa menjadi orang sukses kak? Perekonomian orangtua kami tidak lah muda disini" sambubg siswa itu.

Abi tersenyum mendengarkan pertanyaan siswa tersebut,

"pertanyaan yang saya tunggu. Ok saya akan menjawab pertanyanmu, sebelumnya siapa nama kamu?" kata Abi

"Rinja kak"

"ok Rinja, pertanyaan kamu saya anggap memawikili pertanyaan teman-teman mu di sini dan daerah-daerah lainnya. Untuk biaya sekolah memanglah salah satu kendala untuk melanjutkan pendidikan anak  di Indonesia, tapi kalian tidak usah kawatir.

Sekarang sudah ada bantuan pendidikan untuk anak-anak berprestasi dan kurang mampu yang di sediakan oleh pemerintah, mungkin ada yang bertanya kenapa saudara kami yang sudah tamat smp tidak mendapatkan bantuan itu?

Jawabannya mungkin bantuan itu belum sampai ke sini atau belum rezeki mereka, tapi kami akan mengusahakan bantuan pendidikan gratis di daerah ini." ucap Abi menjawab pertanyaan dari Rinja

"apa ada yang mau bertanya lagi?" sahut David di sebelah Abi

"kak, apa jadi tentara itu susah kak?"

"kak aku mau jadi tentara perempuan, seperti kakak cantik itu"

"apa tentara cuma berperang kak?"

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan anak-anak sekolah itu.

"Pertanyaan adek-adek nanti kami jawab di kelas masing-masing ya, nanti kami akan datang ke kelas kalian. Segitu dulu dari kami, selamat siang dan terima kasih" David menutup acara pembukaan di lapangan ini dan akan melanjutkannya nanti di kelas masing-masing.

"MERDEKA" lontar David berteriak sambil mengepalkan tangannya keatas

"MERDEKA" jawab seluruh siswa dengan semangat.

*See you*

TERUNTUK LETTU ABI (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang