Setengah jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit tempat Dirga mendapat perawatan. Disana sudah ada Siregar dan beberapa anggota tni lainnya.
"pi," Vika memeluk papinya, Siregar.
"udah, gak pa-pa. Dirga tinggal nunggu siuman, tadi sudah diperiksa dokter, pelurunya sudah di keluarin juga" kata Siregar mengusap pundak anaknya
"eh anak papi, sini nak" panggil Siregar, Ais yangerasa dirinya dipanggil mendekat dan menyalami Siregar.
"Kapan balik kesini, nak?" tanya Siregar
"tadi, pi"
"langsung kesini?"
"iya, pi" jawab Ais tersenyum
"lapor ndan, Dirga sudah siuman" lapor seorang yang berpakaian loreng
"ya, terimakasih" jawab Siregar
Setelah satu hari Vika menemani Dirga dirumah sakit, sore ini ia berencana untuk balik. Sebelumnya ia nampak menolak untuk balik, karna paksaan Dirga meyakinkan kalau dirinya sudah baik-baik saja untuk ditinggalkan, lagian disini orang juga banyak yang menemaninya.
"vika, kak Dirga, Ais keluar sebentar mau cari makanan sebentar" kata Ais meninggalkan mereka berdua, itu hanyalah alasan semata, karna dia tau bahwa mereka butuh bicara berdua
"mas," Kata Vika setelah pintu tertutub
"hmm?"
"gak pa-pa kan, aku balik sekarang? Mas gak marah kan?" tanya Vika
"gak pa-pa, seharusnya mas yang takut papi mu bakal marah karna udah buat anak gadisnya nangis" gurau Dirga
"ih, aku serius loh, mas"
"kamu kan udah mas seriusin, tu buktinya kita sudah tunangan" canda Dirga kembali
"bukan gitu maksud vika, mas"
"ah, iya. Ngomong soal tunangan tadi mas gak sengaja lihat cincin di jarinya Ais, dia sudah tunangan?" tanya Dirga membenarkan duduknya,
Tadi ia sepintas melihat cincin melingkar di jari manisnya Ais, untuk membenarkannya ia menanyakan langsung ke tunangannya yang sebagai sahabat gadis itu
"cincin? Mas serius? Lah aku kok gak liat, ya? Kita butuh penjelasan dari Ais kalo begitu, masa aku sahabatnya gak tau sih," jawab Vika tampak terkejut
"lah kirain kamu tau"
"jangan-jangan iya gak, mas? Soalnya kak Ais izin pulkam kemaren, baru malam tadi nyampe. Eh, aku juga baru ngeh loh kalo kak Ais kemaren sama cowok deh," Vika masih mengingat kalau Ais barengan sama cowok, dan ia hafal betul wajah pria itu
"tapi aku gak pernah liat cowok itu" sambungnya kembali
"mungkin itu ya, kasian Catur" kata Dirga
"kak Catur kok gak keliatan ya, mas? Gak biasanya loh, secara kalian udah keya upin ipin mulu slalu barengan"
"dia lagi dapat dinas ke Papua, tapi jangan kamu bilang sama temenmu itu ya. Dia udah pesan sama mas sebelum berangkat kemaren" tutur Dirga
Sudah lima bulan ini Catur mendapatkan dinas di Papua, menjaga keamanan di perbatasan. Karna itu ia tidak bisa menghubungi Ais, dia juga belum mau menyatakan perasaannya karna dia tau jika mendapatkan tugas menjaga keamanan di perbatasan Papua itu bukanlah suatu hal yang main-main.
Flassback
"gimana sasuh, sudah diterimakah atau bagaimana tadi?" tanya sang sahabat duduk di kasur sahabatnya
"saya tunggu balik dinas dulu," jawabnya
"kenapa nunggu balik dinas dulu? Lama loh, lebih cepat lebih baik, nanti keduluan orang" kata sang sahabat lagi
"bukannya saya gr, andai niat baik saya diterima saya. Tapi percuma kalau saya tidak disini, dan dinas di perbatasan Papua itu bukan hal yang main-main. Jika allah lebih cepat menjemput takdir saya, saya tidak bisa meninggalkan orang yang saya cintai dengan air mat" tuturnya dengan mantap
"terlampau jauh sekali pemikiran mu sasuh. Jika saya jadi kamu, mungkin sudah saya ikat dulu"
"Dirga.... Dirga. Jodoh gak bakal kemana, mana tau Dek Vika mu itu jadi jodoh saya," ya, mereka Dirga dan Catur yang membahas hubungan Catur dan Ais
"wah... kalau seperti itu. Mungkin saya yang dulu menjemput takdir sasuh" gurau Dirga
"hahahah, coba saja kalau bisa." kata Catur mengilak dari aksi dorong mendorong dengan Dirga
Flassback off
"kasian kak Catur ya, mas" kata Vika setelah Dirga menceritakannya
"Mau bagaimana lagi. Betul kata mas, Catur sudah dilangkahi orang. Emangnya kamu gak tau kalau temanmu itu lagi dekat dengan siapa" kata Dirga
"gak ada, palingan cowok yang deket cuma Andi temen satu lokal, itupun kak Ais sudah nolak." jawab Vika kembali
"mas, hari sudah mau sore. Vika balik dulu gak pa-pa kan? Mas lebih hati-hati lagi, jaga kesehatan,"
"jangan lupa jaga hati" kata mereka berbarengan
"iya, kamu hati-hati di jalan. Sampaikan salam sama ortumu ya, dek. Satu lagi jangan sampai tau temenmu yang mas ceritain tadi"
"iya, mas. Mas jangan kasih tau kak Catur dulu"
"assalamualaikum." Vika meniggalkan ruangan tersebut dan bergantian dua orang berpakaian loreng yang masuk keruangan tersebut.
*See you*
Hay...
Selamat menjalani puasa ya bagi yang muslim, dan aku minta maaf sebelumny karna udah 2 hari gak upd, kmaren mood aku bener-bener hancur. Ya endingnya gak bisa lanjutin, heheh sorry ya jadi curhat. Jangan lupa vote dan komen ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
TERUNTUK LETTU ABI (HIATUS)
Ficción GeneralPerjodohan seorang abdi negara dengan sorang mahasiswi keperawatan yang membuat mereka terikat dalam tali pernikahan yang dilandasi tanpan rasa cinta dan kasih sayang. Permasalahan berawal dari sang ibunda dari Abisam Rafif Kareem yang notabennya s...