6.🔸

8.5K 645 31
                                    

Ambil baiknya, buang buruknya !!!

Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸

Keep VOTING !!!✨

--------------------------------------------------------------

Lisa membaringkan Jisoo di tempat tidur di lain kamar. Rose mengikutinya, sedangkan Jennie menyusul karena khawatir pada sahabatnya.

"Kau yakin dia baik-baik saja Li?" tanya Jennie, Lisa mengangguk.

"Em, setahuku nanti dia akan terbangun dari rasa pusingnya setelah dua sampai tiga jam. Sudah. Ayo kita kembali ke kamar hm?" ajak Lisa.

"Dan jangan mengganggu mereka, karena aku juga tidak mau diganggu" bisik Lisa di telinga Jennie, refleks Jennie mencubit perut Lisa.

"Aw aw sakit baby" Lisa cemberut sambil mengusap bekas cubitan Jennie. Jennie hanya terkekeh melihatnya.

"Rose, jaga dia untukku. Kau tidur bersamanya di sini. Karena aku akan bersama Jennie di kamarku"

"Kau jangan tuli jika aku nanti memanggilmu ya Lisa! Eonni, kau harus hati-hati padanya. Jangan sampai kau hamil!" tegas Rose, membuat Jennie mengerutkan dahinya.

"Sudah, ayo baby? Aku tidak mungkin membuatmu hamil malam ini, Rosé ngawur, ayo baby kita ke kamar" ajak Lisa sambil menggandeng tangan Jennie.

❄❄❄

Lisa POV🌸

Kami tiba di kamar, suasana menjadi canggung akibat celotehan Rose sialan tadi. Arg anak itu benar-benar membuatku ingin membiarkannya kelaparan.

Tapi ucapan Rose mengingatkanku pada sesuatu yang memang belum aku katakan pada Jennie. Dia belum tahu bahwa aku bukan wanita seutuhnya.

Lambat laun juga semua akan terbuka 'kan? Jadi lebih cepat lebih baik aku katakan. Walau sebenarnya aku menahan takut. Aku takut dia akan menjadi aneh dan jijik padaku. Tapi aku tetap harus berterus terang.

"Emh, Jennie?" panggilku mengalihkan dia dari handphonenya , mungkin dia sedang memberitahu ibunya kalau dia akan menginap di rumahku. Dia menatapku sambil menaikan alisnya, mungkin maksudnya adalah kenapa? Tapi kata itu tak keluar dari bibir mungilnya.

Gulp..

Aku menelan ludahku susah payah karena tenggorokanku sudah sangat kering. Aku memutuskan untuk minum sebelum melanjutkannya.

"Jennie, aku ingin berbicara sesuatu padamu. Tapi setelah ini kau jangan menjauhiku ya? Berjanjilah bahwa tidak akan ada yang berubah" Aku memohon padamu Tuhan, semoga Jennie tidak benci padaku, apalagi sampai memutuskan hubungan ini, aku tidak mau Tuhan, aku ingin tetap bersama Jennie.

"Kenapa sayang, kenapa kau harus berbicara demikian? Apa kau merasa takut em?" Dia menyimpan handphonenya ke dalam tas, lalu memelukku, membelai punggungku lembut dan menyandarkan kepalanya di bahuku.

"Jennie, sebenarnya ada yang belum kau ketahui dari diriku"

Aku takut sekali untuk mengatakannya. Tapi aku harus berani. Diterima atau tidak, aku sudah berkata yang sebenarnya.

"Kau masih merahasiakan sesuatu dariku? Apa itu? Kenapa tidak langsung bilang saja? Apa itu sulit? Li, aku pacarmu" ucapnya, semakin mengeratkan pelukan kami.

"Tapi aku takut kau akan membenciku, Jennie"

"Katakan dulu apa itu hm?"

"Kau tahu tidak kenapa aku selalu memakai celana ke sekolah? " Akupun bertekad.

360° Loving you ☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang