1

21 14 0
                                    


Satu tahun kemudian. 

    Dengan perasaan yang masih sama dan berharap dia adalah rumah tempat untuk pulang. Namun setelah setahun belakangan ini dia tidak terlihat, bahkan Rere sampai ke kantornya untuk menemuinya tetapi tidak ada.

    Kabar tentangnya juga sudah tidak terdengar lagi. Hubungan dengan sekertaris Tara juga, tidak terlihat lagi. Atau mungkin dia sudah putus? Dan sekertarisnya pun sekarang sudah resign. Tidak tahu karena apa?

    Banyak pertanyaan dan juga kabar burung yang membuat Rere semakin pusing dengan keadaan hatinya yang terus terbelenggu oleh bayang-bayang Ardi.

    "Gue gak bisa gini terus, gue harus melakukan sesuatu." Rere terus mondar-mandir tidak jelas didepan Selin yang sedang ngemil dengan santai.

    Selin sebenarnya sudah jengah dengan curhatan Rere yang tidak ada kemajuan sama sekali. Selin sudah memberikan saran tetapi, ya. Namanya Rere, keras kepala. Tidak didengar sama sekali.

    "Dari tadi ngemil mulu, bantuin apa?" Rere menatap Selin kesal.

    Selin hanya menggedikan kedua bahunya tanpa menghiraukan tatapan Rere.

    Rere merebut makanan itu dari tangan Selin dengan kasar.

    Selin mendesis kesal. "Bosen gue dengerin curhatan lo yang itu-itu mulu, udah gue kasih saran. Gak pernah lo dengerin gue."

    Rere mengerjapkan matanya.

    "Udah. Gue mau pulang." Selin pergi dari rumah Rere.

    "Sel, tunggu. Gue gak maksud gitu." Rere mengejar Selin kemudian berdiri didepan Selin.

    Selin menatap jengah Rere. "Mau apalagi? Mau curhat kegalauan yang gak selesai itu? Gue kan udah bilang, gue kasihan sama lo. Gue gak mau lihat lo sedih terus Re."

    Rere kemudian memeluk selin. "Gue gak tahu kenapa, gue cinta sama Ardi."

    Selin hanya membalas pelukan Rere. Selin mengambil nafas, "Gue ngerti kok. Gue sekarang sadar gue gak bisa melarang lo buat cinta sama Ardi, gue akan dukung keputusan lo dan gue akan selalu ada di sisi lo."

    "Makasih Sel." Kemudian Rere melepaskan pelukannya.

    "Yaudah gue pulang dulu, soalnya Si Reno udah kangen." Selin menampilkan seluruh giginya.

Rere hanya tersenyum.

***

    Udara di Bandung memang sangat menyegarkan, dikelilingi kebun teh yang luas. Dengan secangkir teh hangat yang sudah agak dingin tersimpan di meja. Disebuah villa yang sudah lama tidak dikunjungi oleh pemiliknya, hari ini dia menginap selama tiga hari bersama keluarga. Dan hari ini hari terakhir dia di Bandung, dan kembali ke Jakarta melanjutkan aktivitasnya seperti biasa.

    Sebenarnya dia tidak ingin libur, tetapi karena keluarganya memaksa. Bukan sepenuhnya memaksa namun dia juga ingin sedikit saja rehat dari pikirannya dan kegundahannya yang selama ini dia pendam.

    Tetapi salah. Justru bukannya hilang sedetik saja pikiran itu, tapi dia malah sering melamun dan pikiran itu terus mengganggunya.

    Pikiran itu bukan tentang mantan pacarnya, Vina. Sekertaris Tara. mengapa dia berpacaran dengan Vina? Karena Ardi hanya ingin melihat kegiatan Rere selama dikantornya Tara. namun yang dilihat Rere selalu bersama Tara. Anggap saja Ardi ingin membuat Rere cemburu, tapi Rere terlihat biasa saja. Perasaannya masih sama. Namun sekarang Ardi tidak begitu menunjukan bahwa dia masih punya perasaan yang sama, biarlah ini sebagai pelajaran buat Rere karena sudah menggantungkannya.

    "Woy, ngelamun aja lo." Ternyata keluarga yang datang cukup banyak, Feri. Sepupu Ardi yang paling dekat dengan Ardi.

    Feri pernah bekerja dikantor Ardi sebagai sekertarisnya, itupun karena dia magang. Sebenarnya Ayahnya Feri punya perusahaan tapi jika harus magang diperusahaan ayahnya, dia tidak mau tertekan karena ayahnya yang suka menekan anaknya yang ingin selalu mendapatkan nilai yang bagus. Bisa dibilang ayahnya terlalu menuntut Feri untuk menjadi yang terbaik dalam bidang akademik, padahal Feri tidak terlalu pintar dalam akademik. Tidak sepert Ardi yang otaknya encer.

    Makanya dia magang di perusahaan Ardi supaya tidak ada yang menuntutnya, tetapi sekarang Feri sudah mempunyai perusahaan sendiri dibidang kuliner. Uang selama ia magang ia tabungkan dan tabungannya selama ini dia simpan, ia membangun restoran jepang kesukaannya.

    Ardi yang sedang melihat pemandangan teh, tersentak karena Feri menepuknya. Ardi menghela nafas, "Yang lain lagi pada ngapain?"

    "Lagi pada sarapan surabi. Gila si Ceri abis sepuluh, doyan apa laper dia." Ardi hanya tersenyum tipis.

    "Lo gak sarapan?"

    "Gue udah minum teh. Tuh !" Ardi menunjukan tehnya yang terletak dimeja tidak jauh dengannya.

    "Gimana keadaan kantor? Baik-baik aja?"

    "Baik kok. Cuma sekarangkan lo keluar jadi gue butuh sekertaris baru. Tapi gue gak mau cewek lagi."

    "Gak normal lo?" Feri menyeringai.

    Feri tahu Ardi pernah digoda sekertarisnya yang dulu sebelum Feri yang akhirnya penyelamat Ardi. dalam hati Feri menertawakan sikap Ardi.

    "Enak aja. Gue gak suka cewek cabe-cabean gitu. Jadi gue lagi buka loker, kalau ada temen lo yang ingin kerja lo suruh aja ke kantor."

    "Tapi mantan lo kemarin, lebih kayanya."

    "Itu terpaksa. Lagian gue cuma jemput doang, itupun ya lo tahu lah."

    "Masih cinta lo sama dia?"

    "masih lah." Feri tertawa keras atas pengakuan Ardi.

    "Lalu kenapa lo pergi ke Jerman selama setahun ini? Bukan karena Rere kan?"

    Ardi menghembuskan nafasnya perlahan. Dalam hati Ardi membenarkan perkataan Feri. Tetapi tidak semuanya benar. Selama satu tahun kemarin Ardi memilih ke Jerman karena pekerjaan, namun di manfaatkan Ardi untuk berliburan bersama temannya disana.

    "Gue ada pekerjaan,"

    "Oh... begitu."

    "Yasudah gue kedalam dulu." sambil menepuk pundak Ardi, Feri memilih masuk kedalam Vila.

    Ardi menghela nafas lelah. setelah ini entah apa yang terjadi mau itu sesulit apapun kehidupan ini akan terus berjalan, dan soal perasaan ini hanya butuh sedikit waktu untuk mendapatkan jawabannya.

Kura-kura In Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang