21

22 2 0
                                    



"Ar, kamu tahu temen-temen di jerman katanya kangen sama kamu. Kamu gak kangen sama mereka?" tanya si perempuan cantik dengan pakaian yang sangat fashionable, yang sudah berada di kantor Ardi pagi-pagi.

"Kamu ngapain pagi-pagi udah disini?"

Ardi merasa terganggu dengan keberadaan Enzy, yang sejak tadi tidak berhenti bercerita tentang berbagai hal. Tapi Ardi tak mendengarkannya sama sekali, karena dia sibuk mengerjakan pekerjaannya.

"Memangnya aku gak boleh main disini Ar? Aku masih kangen tahu sama kamu."

Aku yang baru memasuki ruangan Ardi untuk menyampaikan jadwal meeting hari ini, menghela nafas. Aku menatap Ardi yang sibuk dengan berkasnya.

"Maaf Pak, zy. Mengganggu." Ucapku.

"Iya gapapa, santai aja." jawab Enzy.

Ah, bagaimana aku tidak cemburu dengan perempuan yang sangat cantik dan baik hati ini?

"Saya mau menyampaikan meeting hari ini pak, dan soal proposal yang di ajukan Pak Brata sudah saya selesaikan."

"Kalau begitu untuk proposal yang ayah saya berikan itu nanti saja, setelah meeting selesai."

Aku menganggukan kepala. "Baik, Pak."

Aku kembali ke ruanganku.

"Ar, kamu sama sekertaris kamu kaku banget. Kayanya dia seumuran sama kamu?"

"Iya. Namanya kerja harus professional zy."

***

Kenapa aku harus bertenu dengan dua orang ini? aku sengaja ke restoran yang sedikit jauh dengan kantor. Enzy memang baik, ramah. Tapi kenapa aku tidak menyukai sikapnya? Seakan dibalik baiknya itu ada sesuatu yang disembunyikannya. Apakah aku terlihat berlebihan menilai seseorang? Apalagi dengan pikiran negative.

"Re, duduk disini aja."

Aku sempat melirik Enzy, nampaknya dia tidak suka jika aku berada di meja yang sama. "Hm... bangku disana masih kosong,"

"Disini aja. lagian gak enak sendiri, iya gak zy?"

Eh, lelucon macam apa ini?

Perempuan yang ada dihadapan Ardi mengangguk malas. Tapi dari pada aku terus dipaksa, kapan aku makannya? Aku sudah sangat lapar.

Akhirnya aku duduk saja, aku tidak peduli jika harus mendengarkan obrolan yang membuat kupingku panas yang penting perut terisi dan hati senang. Eh, tidak.

"Re, kamu sudah lama kerja sama Ardi?" tanya Enzy.

Aku menghentikan makan. "Hm... belum,"

"Ardi pernah marah sama kamu?"

Aku melirik sebentar kearah Ardi yang juga sama-sama sedang menatapku.

Aku menyeringai. "Pernah."

"Kamu jahat banget sih, Ar?"

"Ya, aku marah juga ada sebabnya. Gak asal marah-marah gak jelas."

"Kamu sabar ya, Re."

Aku tersentak ada tangan yang mengusap tanganku, tangannya sangat halus, seperti perkataannya yang halus tapi aku tahu ini hanya akal-akalannya saja.

Aku tersenyum.

"Ardi dulu gitu sama aku. tapi aku tahu supaya dia gak marah lagi sama aku,"

Aku mengernyit heran. apakah dia membanggakan dirinya? Seakan Ardi tunduk padanya? Aku melirik Ardi yang tampak biasa saja. Nafasku sudah berkejar-kejaran. Apakah yang di katakan Enzy benar?

Kura-kura In Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang