8

13 12 0
                                    


    Betapa senangnya. Satu bulan penuh dengan berbagai kerjaan yang membuatku sedikit pusing dan lelah. gaji pertama. Aku sudah berpikir, aku akan mengajak ibu dan adikku jalan-jalan.

    Ketika senyum itu terukir. Tanpa sadar ada seseorang yang sedang memperhatikan Rere. Dengan senyum smirknya dia mendekati Rere yang sedang duduk dimejanya.

    "Jangan lupa! Kamu harus mentraktir saya!"

    Aku melihat wajah yang sangat menyebalkan itu kini sedang melipat tangannya di depan dada.

   "Iya. Saya ingat."

    Aku menghela nafas. Aku memberengut kesal, tidak habis pikir melihat laki-laki di depannya. Bukannya dia yang menggaji dirinya dan sekarang dia meminta untuk mentraktirnya? Bukannya traktir itu tanpa harus minta tapi inisiatif yang punya gaji tetapi ini sebaliknya. Sudah begitu, sudah diberi hati malah minta jantung.

    "Ok. Kalau begitu, siapin duitnya!" diakhir kalimatnya terdengar kekehan.

    Aku sudah ingin melemparkan buku yang aku pegang. Kalau tidak ingat dia bosku. Aku hanya bisa mengusap dada.

***

    Harusnya senang bisa berduaan dengan Ardi. tapi, entah kenapa hari ini aku merasa akan dikerjai habis-habisan sama Ardi. Dulu aku ingin mengerjai dan godain Ardi, tapi kenapa aku yang kebalik?

    Hari minggu ini, justru rencanaku untuk mengajak Ibu dan juga adiknya. Gagal. Aku harus menunda rencana itu, tapi tadi malam aku sempat membelikan banyak makanan. Membeli dengan uang gaji pertamaku. Aku sangat senang, walau bukan pertama kalinya. Tetapi, ini gaji pertama aku menjadi sekertaris.

    Aku sudah menunggu sepuluh menit yang lalu. Di sebuah mall yang sudah ramai, mengingat ini weekend. Banyak keluarga yang menghabiskan waktu liburnya disini. Aku memilih duduk di dekat permainan, sambil melihat anak-anak yang sedang bermain.

    Ada nada dering yang terdengar, lantas aku segera merogoh ponselku yang aku simpan ditas.

    "Kamu dimana?" suara disebrang sana.

    "Saya didekat permainan, Pak!"

    Disana sudah mematikannya dengan sepihak. Aku hanya berdecak kesal.

    Aku segera bangkit dari duduk dan sedikit keluar dari area permainan. Aku mengedarkan penglihatanku, tatapanku berhenti ke satu titik. Dimana laki-laki sedang berjalan kearahnya dengan berpakaian yang santai. Dan terlihat tampan. Masih sama kaya dulu.

    "Rere! Maaf saya terlambat, kamu pasti sudah menunggu lama." Kini Ardi sudah berada didepan Rere.

    "15 belas menit. Telat!" jawabku ketus.

    Aku sudah tidak peduli jika dia bos. Kalau terlambat, tetap saja telat. Dan apalagi dia yang minta traktir tapi dia juga yang terlambat. Aku merasa sudah dipermainkan. Memangnya dia saja yang bisa, aku juga bisa. Lihat saja.

    "Ok. Maaf."

    Alisku terangkat satu, sejak kapan Ardi bisa mengucapkan maaf. Makasudnya dalam sebulan ini, dia begitu datar dan juga seenaknya kepadaku.

    Aku meninggalkannya dan tidak peduli dia terus memanggilku. Aku sudah berada ditempat makan di sebuah mall. Alangkah lebih baik, dipercepat acara traktiran ini. Aku sudah kesal melihat wajahnya.

    "Ngapain kita kesini?" tanyanya.

    "Ngapain nanya, kita mau makan. Dan saya yang akan mentraktir bapak makan!"

Kura-kura In Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang