14

9 6 0
                                    


Aku tidak menyangkal perasaan itu masih ada sampai sekarang. Namun, adanya gosip itu aku seperti ingin membuktikan bahwa gosip itu semua benar. Aku mencintai Ardi. tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku masih menghargai Ardi dan privasi Ardi. kecuali memang Ardi sendiri yang mengklarifikasinya.

Dengan caranya berbicara dan caranya bersikap aku sudah bisa menyimpulkan bahwa Ardi sudah tidak ada lagi rasa, perasaan yang dulu sempat membuat aku benar-benar merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. mungkin sudah tidak ada lagi. Dan aku sadar aku tidak bisa memaksa perasaan yang sudah hilang. Aku sadar aku terlalu berharap.

Apakah aku harus menghapus perasaan itu?

Aku menghela nafas berat.

Aku memaninkan ponselku sebentar. Sepi. Tak ada chat sama sekali. Bahkan dari para sahabatku, Tuti dengan kehidupannya sebagai ibu rumah tangga dan mungkin sebentar lagi akan mempunyai anak, Selin, sebentar lagi akan menikah. Aku merasa semua orang pergi meninggalkan aku, perlahan-lahan orang yang dulu dekat kini satu per satu pergi dengan kehidupannya. Tinggal aku disini.

Aku merasa tidak ada perubahan sama sekali, hidupku tidak ada yang special, datar. Semuanya datar. Aku merasa kesepian. Apalagi sekarang orang-orang menjauhiku dengan tuduhan yang tidak-tidak.

Aku melirik jam didekat komputer, sudah jam 3 sore. Seharian ini aku tidak bertemu Ardi, entahlah dia kemana. Mungkin sedang ada keperluan dengan keluarganya. Dan aku sedikit lega, karena itu lebih baik. Untuk sekarang aku tidak mau bertemu Ardi terlebih dahulu.

Sejam lagi waktunya pulang. Memang pekerjaan hari ini tidak terlalu banyak, jadi aku bisa pulang lebih cepat.

***

Aku kepikiran kemarin. Aku belum benar-benar meminta maaf ke Tara. aku merasa tidak enak hati, mungkin sebaiknya aku menemuinya untuk meminta maaf. Aku memutuskan untuk bertemu di sebuah mall, sekalian belanja keperluanku.

"Pak, ke mall ya!" ucapku pada supir taksi.

"Baik, neng."

Setelah beberapa menit, aku turun dari taksi dan langsung aku membayarnya. Lalu aku mengetikan sesuatu pesan yang sudah aku kirimkan, aku janjian di sebuah tempat makan. Sambil menunggu Tara datang, aku membeli keperluanku terlebih dahulu.

Aku membayar belanjaanku di kasir. Sudah setengah jam aku menunggu Tara namun belum muncul juga. Sebentar lagi mau magrib, mungkin aku melaksanakan shalat magrib terlebih dahulu.

Setelah selesai shalat magrib aku akhirnya menunggu disebuah tempat makan cepat saji. Aku kembali mengecek ponselku ternyata Tara mengatakan akan sampai sebentar lagi.

Aku menunggu sebentar.

Srek

Aku tersentak kaget mendengar kursi yang digeser, melihat siapa yang duduk. Aku tersenyum tipis saat melihat siapa yang duduk didepanku.

"Hai... udah lama nunggu ya? sorry tadi ada meeting mendadak," ucapnya.

"Ya, gapapa." Aku tersenyum kemudian.

"Mau pesan apa?" tanyaku.

Tara tersenyum lalu membenarkan duduknya. "Samain aja,"

Aku mengangguk dan memanggil pelayan.

Aku kembali menatap Tara yang masih memainkan ponselnya. Aku berdehem pelan. Dan Tara menatapku kemudian ditaruh ponselnya diatas meja.

"Ada apa ngajak gue ketemuan?" Tara mulai dengan pembicaraannya, terlihat Tara sangat tidak nyaman dan terlihat malas. Aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.

Kura-kura In Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang