11

8 8 0
                                    


Setelah kesibukan yang melanda, lembur hampir setiap hari. Dan belum lagi proyek-proyek baru yang sedang dijalankan, kerja sama dari berbagai pihak dan masih banyak lagi kerjaan yang membuat kepala pusing akhir-akhir ini.

Dan akhirnya Aku bisa bernafas dengan tenang. Aku bisa bersantai, tanpa harus terburu-buru untuk beranjak dari ranjang. Ah, setelah sekian lama, momen ini tidak bisa dinikmati. Sekarang akhirnya datang juga. Aku mengambil buku yang belum sempat aku baca. Aku ingin mengawali pagi ini dengan membaca buku. Aku juga sudah memikirkan apa saja yang akan aku lakukan di hari libur ini.

Baru beberapa halaman ibu sudah memanggilku. Sebenarnya aku sangat malas. "Iya, bu. bentar." Aku segera beranjak dari ranjang untuk menemui ibu.

"Ada apa, bu?" tanyaku yang kini sudah didekat ibu. Aku lihat ibu sedang memasak.

Ibu menyimpan spatulanya. Lalu menatapku. "Kamu belum mandi?" aku menyengir dan menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Kemudian ibu kembali mengambil spatulanya untuk membalikkan goreng ikan.

"Ibu mau minta tolong. Tolong beliin ibu cabe, tadi ibu lupa beli." Ibu merogoh saku dasternya dan memberika uang sepuluh ribu.

"Nih! Kamu tahu kan, tukang sayur yang didepan gang. Nah, beli disitu aja."

"Iya, bu." kemudian aku mengambil uang itu dan segera membeli cabe yang ibu butuhkan.

Aku mengendarai motor saja, supaya cepat. Motor ini punya ibu, motor matic yang beberapa bulan ibu beli dengan kredit. Alasan ibu membeli motor yaitu adikku yang sudah besar dan harus antar jemput untuk ke sekolah.

***

Aku kembali dengan menenteng cabe yang ibu pesan. Aku memberikannya kepada ibu. Dan aku kembali ke kamar untuk melanjutkan baca buku. Setengah jam aku berada dikamar, namun aku belum mandi juga. Perutku sudah bunyi. Aku ingin makan. Aku keluar dari kamar dan Aku melihat ke meja makan ada ikan yang tadi ibu masak. Aku duduk dan mulai makan.

"Mandi belum. Makan udah," sindir adik Rere.

Aku mendelik. "Biarin, emang kamu udah mandi?"

"Udahlah." Dia duduk dan mulai sarapan.

Adik Rere – Kia. Kini sudah memasuki sekolah dasar. Kia tak lagi bicara, dia menikmati masakan ibu. Aku pun memilih diam. Tiba-tiba ponselku berdering ada pesan masuk. Aku mengecek, aku mengernyit bingung. Ardi?

Aku segera membuka dan segera aku membalas.

Kenapa, Ar? Kangen ya, Ar?

Aku tersenyum membalas pesannya.

Gak! Saya mau nanya kamu ada acara gak?

Nggak ada sih.

Aku buru-buru menyelesaikan sarapanku dan ingin segera mandi.

Hari ini temani saya. nanti saya jemput ke rumah.

Siap!

Aku segera membersihkan tubuh dan segera siap-siap.

Aku tersenyum lebar. Hari ini aku di ajak Ardi, tidak tahu kemana. Dan ini sungguh kesempatan yang tidak datang dua kali. Ini adalah keajaiban.

Aku sudah berpakaian rapi dan aku menunggu di ruang tv. Tiba-tiba Kia duduk disebelahku sambil memakan es krim yang ibu beli kemarin.

"Mau kemana kak? Aku ikut ya,"

"Kepo. Gak! Sana main, ngapain masih dirumah."

Kia mendesis. "Nyebelin," Kia kemudian pergi dari sana. Ya, begitulah interaksi adik-kakak.

Kura-kura In Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang