12

7 5 0
                                    


Dikantor.

Hari senin. Pagi. Tidak bisa mencegah hari senin itu datang, rasanya baru kemarin hari libur. Memang kemarin. Awal yang baik. Tapi, rasanya masih mau libur. Tetapi tidak mungkin. Pekerjaan sudah menunggu untuk diselesaikan. Melihat berkas sudah menumpuk pagi-pagi, membuat aku malas.

Seperti biasa aku mengerjakan perintah Ardi. lebih tepatnya peraturan yang dibuat oleh Ardi. Kebersihan ruang kerjanya harus setiap hari dibersiahkan, tidak menggunakan Office Boy. Tetapi sekertaris lah yang membersihkan, lalu membuatkan kopi jika sudah datang. Banyak sekali perturannya. Aku aja belum pernah membersihkan meja kerjaku sendiri, karena memang ada Office Boy. Aku sudah terlalu lelah pagi-pagi, yang seharusnya aku habiskan untuk ngopi sejenak.

Sudah jam setengah tujuh, itu Artinya Ardi sudah datang. Ya, Ardi memang selalu tepat waktu. Aku menemui diruangannya.

"Selamat pagi, Pak." Tentu saja begitu. Dikantor harus professional.

Aku tersenyum. Ternyata dia baru datang, terlihat dia baru menyimpan tasnya di atas meja. Dia hanya menatapku sekilas.

Sudah ku kuduga. Sikapnya kembali ketika berada didalam lingkungan kerja. Datar, dan cuek. Tidak-tidak, kemarin pun begitu tapi lebih banyak bicara sedikit.

"Kopi seperti biasa,"

"Iya."

Aku segera menuju pantry untuk membuatkan kopi hitam dengan gula sedikit yang dia suka. Aku sudah hapal dengan seleranya, bahkan aku sudah hapal apa yang akan dilakukan setelah meminta kopi.

Aku menruhnya di meja. Sebelum dia menanyakan jadwal hari ini aku sudah memberitahunya tanpa diminta.

"Jadwal hari ini, hanya ada meeting dua kali. Jam Sembilan dan nanti setelah makan siang. Tempatnya di kantor. Dan bapak menyuruh saya untuk mempersentasikan."

"Iya. Segera persiapkan."

"Baik, kalau begitu saya permisi." Aku kembali ke mejaku dengan menghela nafas berat. Ini pertama kalinya aku persentasi didepan klien dan Ardi. sebagai sekertaris.

***

Ketika memasuki kantin aku merasa ada yang aneh dengan tatapan orang-orang. Banyak bisik-bisik dan membuat aku sedikit merasa malu. Aku duduk dan orang-orang masih menatapku dengan tatapan jijik. Memang aku melakukan kesalahan apa?

Dikantor ini aku memang tidak ada teman yang terlalu dekat. Mungkin karena kesibukan aku sebagai seorang sekertaris, membuat aku harus kemana-mana bersama Ardi. tidak seperti di kantor sebelumnya aku mempunyai banyak teman. Disini mungkin hanya untuk kepentingan saja baru berbicara.

Aku menghampiri teman yang aku kenal. Dia bekerja bagian keuangan disini namanya – Tasya. Aku hanya mengenalnya saja karena memang sering bertemu. Namun untuk dekat, aku tidak terlalu dekat dengannya. Dia juga hampir sama usianya, namun masih dua bulan diatasku.

Dia duduk bersama temannya. Aku menghampirinya dan duduk disampingnya. Dia terlihat bingung dan kaget. Aku sedikit berbisik.

"Kenapa? Memangnya aku ada yang salah? Kenapa orang-orang melihatku seperti itu?"

"Lo gak tahu. Nih!" Dia memberikan ponselnya dan disana ada beberapa foto yang terlihat mesra, seperti orang pacaran.

Aku mengernyit bingung. Ini fotonya bersama Ardi namun kenapa orang-orang melihatnya seperti jijik?

"Orang-orang beranggapan lo ada main sama bos kita. Memangnya benar, lo.."

Aku menggeleng cepat. "Maksudnya bagaimana? aku tidak punya hubungan apapun dengan Pak Ardi."

Kura-kura In Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang