24

4 1 0
                                    


Pagi ini aku dengan semangat dan langkahku yang ringan. Aku memasuki kantor. Aku membalas senyum ketika ada orang yang menyapaku. Aku menaruh tas dimejaku, hari ini aku sangat siap untuk bekerja. Suasana hati sedang sangat baik.

Aku pergi ke pantry untuk membuat kopi. Aku mulai memeriksa pekerjaanku, aku mengerjakannya dengan baik.

"Kayaknya mbak Rere semangat banget pagi ini." celetuk seorang OB.

"Iya dong, kamu juga harus semangat." Aku terkekeh kemudian.

"Tumben mbak gak buat kopi buat Pak Ardi?"

Aku hanya menggedikan bahuku. Dan kemudian melengos pergi dari pantry.

Baru saja aku akan memulai pekerjaanku tiba-tiba pintu di buka dengan keras. "Re, kamu gak buatkan saya kopi? Cepat buatkan kopi saya sekarang!"

Aku menghembuskan nafas. "Memangnya bapak gak punya tangan ya? gak lihat saya lagi bekerja?"

"Mau saya pecat?"

Aku terpaksa harus menuruti perintahnya, pekerjaan ini sangat penting. Apalagi zaman sekarang sangat susah mencari pekerjaan.

"Nih, pak kopinya, saya mau bekerja."

Baru beberapa menit memeriksa berkas, pak Ardi sudah memanggil. "Iya ada apa pak?"

"Berkas kemarin yang saya berikan sudah kamu kerjakan?"

"Baru saja saya mau kerjakan bapak sudah memanggil saya."

"Ok, baik lah. Kembali bekerja." Baru aku ingin melangkah keluar dari ruangannya dia sudah memanggilku kembali.

"Ada apa sih pak?"

"Hm... kemarin kamu ngapain aja sama Ceri dan Tara?"

"Kepo banget pak," aku langsung pergi dari sana.

Aku kembali menghembuskan nafas secara kasar. Aku kembali menyalakan komputer, dan mulai mengerjakan projek yang sedang di kerjakan.

Setelah dua jam aku habiskan untuk menyelesaikan projek yang sedang dikerjakan, aku sedikit merenggangkan otot punggungku sebentar. tidak lama dering telepon memecahkan suasana.

"Halo dengan sekertaris pak Ardi disini,"

"Cepat ke ruangan saya sekarang!" aku menatap heran gagang telepon yang sedang aku pegang. Tetapi tetap saja aku menemuinya.

"Iya ada apa pak?" dengan sabar aku mencoba untuk tetap tersenyum.

"Apa kamu percaya takdir sangat lucu?"

Baru tiba di ruangannya aku sudah dilempar pertanyaan yang membuat aku bingung.

"Maksud bapak apa sih?" aku menatap Ardi dengan malas.

"Apa kamu percaya takdir sangat lucu?" ucapnya sekali lagi.

"Kalau bapak gak serius, saya lebih baik kembali bekerja."

"Saya serius tanya sama kamu."

Menarik nafas entah sudah berapa kali, aku sudah di buat kesal olehnya.

"Takdir memang lucu. Saat kita menginginkan apa yang kita harapkan, kita sudah berusaha untuk mendapatkan itu, tapi ternyata takdir tidak mendukung itu." Jawabku.

"Ya, benar. Tapi, maksud saya lucu. Kenapa ketika saya pergi jauh hati saya tetap memilih kamu? Bahkan ada wanita lain yang menginginkanku?"

Aku terkekeh.

"Kayanya bapak harus banyak minum vitamin ya... dan kayanya bapak kurang istirahat, permisi saya kembali bekerja."

Aku sudah tidak tahan dengan tingkahnya, kenapa hari ini Ardi begitu sangat aneh?

***

"Ar, aku butuh jawabannya. Kamu gak bisa kaya gini dong?"

Aku mengernyit mendengar suara dibalik pintu. Aku seperti tidak asing dengan suara itu, sepertinya wanita yang kemarin menembak Ardi. siapa lagi kalau bukan, Enzy. Wanita yang terlihat kalem eh ternyata menghanyutkan.

Apa maksudnya?

"Sudah berapa kali gue kasih jawaban. Masa lo masih gak ngerti zy?"

"Gak. Kamu pasti bohong. aku ingin kamu benar-benar jujur, Ar?"

"Jujur apalagi? Gue udah jujur gue gak bisa karena hati gue udah terisi sama seseorang."

"siapa?"

"Lo gak perlu tahu, siapa itu."

Aku mengurungkan niat ingin menemui Ardi untuk menyampaikan berkas yang sudah aku selesaikan. Aku kembali ke meja, dan malah memikirkan ucapan Ardi. ternyata Ardi sudah mempunyai seseorang yang sangat istimewa di hatinya. Aku sudah tidak mempunyai kesempatan itu. Aku menghela nafas. Memang tidak ada harapan, dan seharusnya aku segera melupakannya bukan terus memikirkannya.

Apa jangan-jangan Ardi masih mencintai Vina?

Aku menggeleng kuat. Tidak. Dia kemarin terlihat tidak suka dengan kedatangan Vina. Lalu siapa perempuan yang di cintai Ardi?

Lalu untuk apa tadi pagi Ardi terus menanyakan Aku yang pergi bersama Tara. aku pikir dia benar-benar cemburu. Aku sudah terlalu berharap sama Ardi. Ah, aku termakan ekspektasiku sendiri.

Haruskah aku mengakhiri kisah cinta ini? mencintai sendiri memang tidak enak. Cinta bertepuk sebelah tangan pun bukan, karena dia tidak tahu.

Apakah aku harus menyerah? Memang harus.






Kura-kura In Love 2

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kura-kura In Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang