20

6 2 0
                                    


Hari ini sedikit berbeda dari biasanya. Entahlah aku merasa hari ini aku sangat bahagia dan bersemangat menjalani hari. Hari ini menggunakan kemeja berwarna biru muda, celana bahan berwarna putih, dan yang bikin beda biasanya aku akan memakai sepatu hak. Tapi kali ini aku memakai sneakers putih. Dan rambutku yang aku biarkan tergerai yang sedikit aku kerli di ujung rambutku.

Aku sedikit memoles bibirku dengan liptin yang berwarna segar. Lalu aku masukan ponsel serta dompet ke dalam tas. Hari ini aku siap untuk bekerja.

Aku menghampiri ibu yang sedang mempersiapkan sarapan, disana sudah ada adikku yang sedang sarapan. Aku tersenyum dan menyapa keduanya.

"Kayanya ada yang abis gajian nih," aku menoleh, aku menatap adikku dengan senyum smirk.

"Sirik aja. bilang aja ada mau,"

"Hehehe... tahu aja, sepatu ya kak." Aku memutar bola mata dengan malas.

"Emangnya sepatu yang kemarin udah rusak?"

Aku tahu adikku ini bukannya ingin membeli sepatu karena udah rusak, tapi mau koleksi katanya. Biarlah, sesuka hatinya. Tapi aku tidak semua menurutinya langsung, kadang aku akan memberinya tugas atau kalau mendapat nilai bagus saja. Dan kali ini karena aku sedang baik, jadi tidak keberatan.

"Iya, kamu tuh. Sepatu yang itu masih bagus," kata ibu.

"Tapi kan aku mau sepatu kaya temen aku itu lho, bu. lagi zaman," jawab adikku yang sedikit cemberut.

"Iya nanti kakak beliin, tapi belajarnya yang rajin ya."

"Siap." Aku tersenyum sambil mengusap kepalanya dengan sayang.

Kami mulai sarapan tidak ada lagi obrolan ketika makan. Aku melihat ibu yang sedang membereskan piring kotor.

"Bu, gimana cateringnya? Banyak yang pesen?"

"Ya, Alhamdulillah. Sekarang banyak orderan,"

"Alhamdulillah kalau begitu, tapi ibu jangan terlalu capek ya, harus banyak istirahat."

"Kalau ibu istirahat mulu, kapan ngerjain cateringnya dong?"

Aku memperlihatkan deretan gigiku.

"Yaudah, kalau begitu aku berangkat ya, bu." aku menggapai tangan ibu dan menciumnya, dan juga adikku.

"Asalamualaikum,"

"Walaikumsalam."

***

Aku melangkah ceria memasuki lift dengan senyum yang selalu aku lihatkan ketika ada orang yang menyapaku. Aku menekan tombol lantai dimana ruanganku berada. Namun, tiba-tiba ada sepasang sepatu yang memasuki lift. Aku sedikit menggeser tempatku berdiri. Aku ingin menekal tombol lift itu tapi ada tangan lain yang segera menekan tombol itu. Aku menoleh sebentar lantas aku tersenyum.

Didalam lift aku bersenandung kecil, dan sesekali menatap Ardi yang masih diam ditempatnya. Dan lift itu terbuka. Aku langkahkan kaki keluar dari lift setelah Ardi terlebih dahulu keluar. Tapi, tiba-tiba Ardi berhenti dan membalikkan badannya, kini menghadapku. Aku bingung.

Dia seperti menilai aku dari bawah ke atas, aku sedikit canggung dan malu. lalu aku berdeham.

"Cantik," gumamnya tapi aku sedikit mendengarnya.

"Kenapa pak?" tanyaku untuk memastikan.

"Ah, kenapa? Tidak ada apa-apa." Dia menggaruk pelipisnya. "Selamat bekerja."

Dia kemudian berbalik dan meninggalkan aku yang masih bergeming di tempat. Aku sebenarnya sempat kaget mendengar dia memujiku. Aku tersenyum lebar.

Kura-kura In Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang