10

9 9 0
                                    


Saat ini aku sedang berada di depan komputer, sedang mengecek beberapa pekerjaan. Beberapa minggu ini pekerjaan sedang banyak, membuat aku harus lembur. Aku hampir melupakan misi untuk mendapatkan hati Ardi. aku tidak sempat meluangkan waktu barang sejenak saja. Dan apalagi, Ardi juga sangat sibuk. Tapi kadang aku menemaninya makan siang, itu pun jika kita ada rapat di luar kantor.

Aku beranjak dari duduk untuk membuat teh ke ruang pantry, aku membuat dua cangkir. Aku buatkan kopi untuk Ardi satu.

Aku memasuki ruangan Ardi.

"Pak, saya buatkan kopi, untuk bapak." Aku menyimpan kopi itu diatas meja.

"Makasih, Re." jawab Ardi tanpa mengalihkan matanya dari laptop.

"Sama-sama, Pak." Aku kembali lagi ke ruanganku tapi tiba-tiba Ardi memanggilku.

"Kenapa pak?" aku kembali mendekati Ardi.

"Coba sini, kamu lihat data keuangan yang kemarin kamu kirimkan. Ini kok berbeda?"

Aku berdiri disamping Ardi dan melihat data keuangan yang kemarin aku kirimkan.

"Maaf, Pak. Saya memang belum sempat memeriksanya. Data itu langsung aku kirimkan ke bapak."

"Kamu ini bagaimana sih, periksa! Saya gak mau tahu."

Aku berdecak dalam hati.

"Iya, Pak."

Kami diam sejenak. Aku menatap Ardi yang tampak serius. – kalau dilihat begini, dia kalem juga. Ucapku dalam hati. dan tanpa sadar aku ternyum tipis.

"Ekhem... kenapa kamu menatap saya begitu?"

Aku menggeleng dan aku langsung kembali ke ruanganku.

***

Ternyata aku lembur kembali. Aku pulang jam 10 dan aku belum memesan ojek online. Aku memutuskan untuk menunggu di depan kantor, dan memesan ojek online. Aku mengedarkan mataku ke sekeliling dan sangat sepi, aku disini memang terakhir pulang, eh tidak tapi ada Ardi yang masih di dalam.

Sudah lima belas menit, ojek yang aku pesan belum datang juga. Aku menghembuskan nafas, aku berjalan ke depan lebih tepatnya ke pos satpam. Disana ada satpam, aku takut soalnya sudah gelap.

"Lagi apa, pak?" aku melihat namanya – Pak Dadi sedang menyeduh kopi.

"Lagi mau ngopi, neng. Neng, belum pulang?" Satpam itu menghampiriku yang sedang duduk.

"Ini mau pulang, Pak. Tapi, ojek yang saya pesan belum datang juga."

"Mau saya anterin, neng?"

"Tidak usah, Pak. Kan, saya lagi nungguin ojek, pak."

"Muhun, sok atuh. Saya temenin ngobrol. Sambil nungguin ojek datang," dengan nada sundanya.

Ada lengang menghampiri sejenak.

"Bapak, orang sunda asli ya?" aku menoleh sebentar.

"Iya, saya orang asli Sukabumi."

Aku menganggukan kepala.

Aku menghela nafas. Ojek yang aku pesan belum datang juga. Ini hampir setengah jam aku menunggu. Aku melihat lagi ponselku, tidak pesan atau panggilan, dari abang ojek. Tiba-tiba dari jauh lampu mobil menyorot penuh. Itu Ardi.

Dia berhenti di pos satpam. Lalu kacanya dia turunkan.

"Kamu belum pulang? Ini sudah jam setengah sebelas, lho."

"Iya, nih, Pak. Saya lagi nungguin ojek tapi gak datang-datang."

"Yasudah, naik. Daripada nunggu, mau sampai jam berapa kamu nungguin ojek."

Aku sebenarnya juga sudah sangat kesal dari tadi. Sudah capek lembur, harus menunggu lagi. Aku sudah lelah. badanku pegal semua.

"Iya, udah. Tapi, gak merepotkan, kan, pak?"

"Tidak. Ayo buruan."

Aku memasuki mobil Ardi, aku batalkan saja pesanan ojek itu. Setelah satu jam perjalanan aku sampai didepan rumah. Aku baru sadar, aku satu perumahan sama Ardi.

"Makasih, Pak. Maaf merepotkan bapak." Aku tersenyum sopan.

"Iya, sama-sama."

"Selamat malam, Pak." Kemudian aku turun dari mobil Ardi.

"Selamat malam juga, langsung tidur, Re." kemudian Ardi mengendarai mobilnya meninggalkan rumahku.

"Iya, Pak." Jawabku.

Aku memasuki rumah yang sudah sepi, mungkin ibu sudah tidur.

"Kok, baru pulang, Re?" tanya ibu yang datang dari dapur.

Ibu selalu begitu. Mungkin karena aku anak perempuan atau memang tanggung jawab seorang ibu yang merasakan khawatir terhadap seorang anak, selalu menanyakan. Entah aku dari mana, bersama siapa, mau kemana, dan hal-hal yang menurutku – bukan seperti anak kecil yang selalu laporan ketika habis bermain. Aku sudah besar, bu. aku tahu mana yang baik, dan mana yang buruk.

"Eh, ibu belum tidur? Iya aku lembur, bu."

"Lembur? Sampe tengah malem begini?" ibu mendekati aku yang sedang duduk di sofa. Terlihat ibu seperti terkejut mendengar aku lembur. Memang, dulu aku belum pernah lembur sampai pulang tengah malam begini. Tetapi ini beda situasi. Karena aku menunggu abang ojek yang telat.

"Tadi aku pulang jam sepuluh, tapi karena nunggu ojek lama jadinya pulang malem, bu. tapi untung Pak Ardi ngasih aku tumpangan,"

"Oh, begitu. Yasudah, mau mandi? Mau pake air hangat gak?"

"Kayanya aku mau langsung tidur, bu. aku capek banget." Aku beranjak dari dudukku.

"Yasudah, kalau begitu, ibu juga mau tidur."

Aku memasuki kamar, dan aku langsung ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan membersihkan diri. Aku tidak mandi, aku cukup lelah, lagian ini sudah tengah malam dan aku malas mandi malam-malam begini.






Kura-kura In Love


JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN. PLEASE BANTU YA...

Kura-kura In Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang