Double date?

49 33 14
                                        

Riyana sudah berdiri di depan halte, di sana dia sedang menunggu angkutan umum yang akan lewat, dia tidak pulang bersama Gatara karena Gatara ada urusan mendadak di cafe yang membuatnya terpaksa harus ke sana lebih awal.

Ambara dan Nadine juga tidak bisa mengantar Riyana pulang karena mereka harus bersiap untuk presentasinya besok.

Mengenai Nadine, sepertinya kali ini dia akan berhenti mengharapkan Ardi, karena Riyana yakin kali ini rasa sakit yang di terima Nadine berdampak besar terhadap hatinya saat ini.

Bayangkan saja, perempuan mana yang tidak sakit hati ketika disebut pelacur oleh orang yang dia sukai? Jika ada mungkin hati perempuan itu sudah mati rasa karena sudah terbiasa dengan kalimat seperti itu. Lain halnya dengan Nadine, dia begitu mengandalkan perasaannya dan berdampak dengan hatinya sendiri saat ini.

Huft, Riyana hanya menghela napas panjang ketika memikirkan bagaimana perasaan temannya yang satu itu. Pasti tidak mudah jika harus melepaskan Ardi begitu saja.

Karena lelah berdiri menunggu angkutan, Riyana memilih duduk sejenak karena sudah merasakan kakinya yang pegal.

Saat Riyana sedang fokus dengan ponselnya tiba-tiba datang sebuah motor ninja hitam di depannya, Riyana menengadahkan kepalanya untuk melihat siapa yang ada di depannya ini.

"Gata," ujar Riyana bingung dengan kehadiran Gatara di depannya ini.

"Buru naik gue anterin pulang," ujar Gatara sambil memberikan helm ke tangan Riyana.

"Bukannya lo ada urusan ya di cafe?" tanya Riyana bingung dengan kehadiran Gatara.

"Iya, ini gue cuman punya waktu sebentar doang buat anterin lo pulang, ini juga motor bos gue," ujar Gatara yang membuat Riyana tersenyum menanggapinya.

"Jadi demi gue lo rela kayak gini?" goda Riyana yang membuat Gatara salah tingkah.

"Apaan sih lo, gue takut lo nyasar aja," alibi Gatara untuk menutupi salah tingkah nya.

"Gue suka, suka lo yang perhatian kayak gini," ujar Riyana sambil memamerkan deretan giginya yang rapih.

Gatara mengacak rambut Riyana sayang, kemudian mengambil alih helm yang ada di tangan Riyana dan berinisiatif untuk memakaikan nya.

"Ta kalau gue baper gimana?" tanya Riyana polos yang membuat Gatara terdiam sejenak.

Gatara memperhatikan wajah Riyana yang berada di bawah dagunya, pertanyaan itu membuat Gatara bingung harus menjawab apa.

"Ya nggak gimana-gimana," jawab Gatara enteng dan membuat Riyana mendengus kesal dibuatnya.

"Jangan di pikirin," ujar Gatara sambil menangkup wajah Riyana sedangkan Riyana hanya mengangguk kecil.

"Ayo naik," Riyana menuruti perkataan Gatara dan segera naik ke atas motor.

----

Ambara dan Nadine kini sudah berada di salah satu cafe disekitaran rumah Nadine untuk mengerjakan tugas presentasinya, Ambara memperhatikan Nadine yang sepertinya masih memikirkan tentang Ardi dan tentunya kehilangan peluang menjadi atlet nasional juga pasti akan mengganggu nya.

"Lo mau pesan apa Nad?" tanya Ambara yang sedang fokus memilih makanan di menu.

"Nadine," ujar Ambara sambil menggoyangkan tangan Nadine.

"Ah iya kenapa Bar?" Ambara menggeleng pelan, Ambara harus mencari cara untuk bisa membuat Nadine seperti dulu lagi.

"Lo mau pesan apa?" tanya Ambara untuk kedua kalinya yang membuat Nadine mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

About Time (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang